Mohon tunggu...
Rendy ZubhanRamadhani
Rendy ZubhanRamadhani Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Markom UEU

senang jalan jalan, fotographi, otomotif dan tentunya menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa Kata Guru Besar tentang Hari Rabies Sedunia

28 September 2023   08:06 Diperbarui: 28 September 2023   08:38 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Prof. Maksum, Hari Rabies Sedunia yang ditetapkan oleh Global Alliance for Rabies Control (GARC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tanggal 28 September, adalah guna mempromosikan upaya melawan penyakit rabies dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya pencegahannya. Penyakit rabies tersebar luas di semua benua, kecuali Antartika. Penyakit ini terjadi di lebih dari 150 negara di seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi di negara berkembang.

"Rabies merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, yang angka kematiannya mendekati 100%. Rabies merupakan penyakit endemik di berbagai belahan dunia yang setiap tahunnya mengakibatkan sekitar 60.000 orang meninggal di seluruh dunia, dimana 40% di antaranya adalah anak-anak", paparnya".

Dengan melansir data dari Kemenkes RI, Prof Maksum menambahkan bahwa di Indonesia, sebagian besar kasus rabies pada manusia berasal dari gigitan anjing yang terinfeksi. Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 8 provinsi bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sedangkan 26 provinsi lainnya masih endemis rabies. Kasus infeksi dan kematian akibat rabies di Indonesia pada periode Januari hingga Juni 2023 terus meningkat. Kasus ini bahkan sempat ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) rabies di sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hingga April 2023 dilaporkan terdapat 11 kasus kematian akibat rabies, dimana 95% kasus rabies tersebut disebabkan oleh gigitan anjing.

Patogenesis Rabies

Prof. Maksum menjelaskan bahwa Rabies disebabkan oleh virus RNA dari famili Rhabdoviridae dan genus Lyssavirus. Cara penularan virus rabies ini umumnya masuk ke tubuh manusia melalui cakaran, gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies, serta daei jilatan hewan yang terinfeksi pada mulut, mata, atau luka terbuka. Rabies seringkali ditularkan melalui gigitan anjing. Namun, hewan mamalia lainnya seperti kucing, kera, kelelawar, serigala, rubah dan tupai juga dapat terinfeksi rabies yang dapat menularkannya pada manusia.

"Patogenesis virus rabies ini terdiri dari 2 fase yaitu fase inkubasi dan fase masuknya virus ke dalam otak. Virus rabies yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui luka gigitan atau cakaran hewan terinfeksi, akan bereplikasi dalam jaringan otot di daerah luka. Pada fase ini Micro-ribonucleic acid endogen otot akan terikat pada proses transkripsi genom virus dan membatasi sintesis protein virus sedemikian rupa sehingga virus rabies ini tidak terdeteksi oleh antigen-presenting cells (APC) pada sistem kekebalan tubuh, sehingga virus rabies dapat bereplikasi dengan cepat. Virus rabies ini kemudian terikat pada motor neuron junctions pada reseptor asetilkolin nikotinik sehingga mempengaruhi kinerja dari sistem saraf motorik. Selanjutnya, virus secara cepat masuk melewati akson motorik dan sinaps kimia menuju ganglia dan radiks neuron dan masuk ke dalam ganglion spinalis, sehingga akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf", jelasnya.

Prof. Maksum menambahkan bahwa selama masa inkubasi virus rabies, yang umumnya berlangsung selama 2-3 bulan, belum menunjukkan gejala penyakit. Pada masa inkubasi ini virus rabies tidak terdeteksi oleh sistem imun, sehingga tidak menimbulkan respon antibodi.

"Fase selanjutnya adalah masuknya virus rabies ke dalam sel otak. Setelah virus mencapai sistem saraf pusat, virus akan melakukan replikasi dengan cepat dan menyebar luas melalui reseptor-reseptor asetilkolin nikotinik di otak. Multiplikasi virus di dalam ganglion akan memunculkan gejala awal berupa nyeri dan parestesia. Selanjutnya, virus akan menyebar dari sistem saraf pusat ke organ tubuh lainnya, sehingga berakibat fatal karena terjadi blokade neurotransmiter menyeluruh dan disfungsi neurologi yang luas. Berdasarkan berbagai penelitian menunjukkan bahwa terikatnya virus pada reseptor neurotransmiter asetilkolin bersifat neurotoksik pada sel-sel saraf, terutama pada sistem sarap pusat," ujarnya.

Gejala Klinis

Menurut Prof. Maksum, gejala klinik umumnya muncul 20-90 hari setelah penderita tergigit hewan yang terinfeksi virus rabies. Gejala awal biasanya mirip dengan flu biasa, termasuk demam, sakit kepala, dan kelelahan. Tahap berikutnya disebut dengan fase prodromal berupa gangguan perilaku berupa gelisah atau kecemasan, gatal-gatal atau rasa terbakar pada tempat gigitan. Setelah itu akan memasuki fase akut, dimana pada fase ini akan terjadi kesulitan menelan, kejang, gelisah, insomnia, dan paralisis otot yang progresif. Tahap selanjutnya adalah fase terminal, dimana pasien akan kehilangan kesadaran dan koma, gagal pernapasan, dan kematian.

Upaya Pencegahan dan Pengobatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun