Prof. Maksum menambahkan bahwa pada temuan terbaru ini dilaporkan oleh peneliti utama Hiroshi Kimoto, seorang mahasiswa kandidat doktor di Sophia University, Jepang menggunakan suatu platform baru untuk mendeteksi endotoksin dengan cepat dan efisien.Â
"Komponen utama dari sistem deteksi endotoksin yang dikembangkan adalah ratiometric fluorescent chemosensor yang disebut dengan Zn-dpa-C2OPy. Senyawa ini, dirancang untuk mengikat secara selektif endotoksin (LPS) yang terdapat pada spesimen, sehingga menghasilkan signal atau fluoresen yang unik. Bila tidak terikat pada LPS, ia akan membentuk vesikel bulat kecil yang memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada sinar UV. Namun, bila terikat pada molekul LPS, kemosensor akan membentuk agregat kompleks dengan LPS dalam larutan. Agregat ini secara struktural berbeda dengan agregat baik kemosensornya atau LPS saja. Agregat kompleks chemosensor-LPS yang terbentuk, memancarkan cahaya pada panjang gelombang yang sama sekali berbeda ketika tereksitasi oleh sinar UV, dan keberadaannya diverifikasi lebih lanjut melalui pengukuran spektrometri. Untuk meningkatkan high-throughput LPS detection, tim peneliti juga menggabungkan kemosensor dengan sistem flow injection analysis (FIA) dan dual-wavelength fluorophotometer, yang mereka dikembangkan sendiri. Sehingga dengan metode baru ini dapat diperkirakan konsentrasi LPS dalam sampel. Â Salah satu keunggulan utama sistem ini adalah kecepatannya. Menurut tim peneliti yang mengembang metode ini, hanya diperlukan waktu sekitar satu menit mulai dari pengumpulan sampelnya hingga hasil analisisnya, dan dapat mendeteksi sebanyak 36 sampel tiap jam melalui high-throughput LPS detection. Penemuan ini memberikan harapan sebagai uji cepat dan tepat serta praktis untuk uji dagnostik endotoksin (LPS) baik di rumah sakit maupun untuk menentukan adanya kontaminasi bakteri dalam sampel air atau sediaan farmasi" tuturnya.
Prof. Maksum menambahkan bahwa para peneliti telah berancang-ancang dalam jangka panjang untuk mengembangkan suatu monitor endotoksin online yang dapat dipasang  di lokasi-lokasi tertentu misalnya di ruang produksi sediaan farmasi, di samping tempat tidur rumah sakit, dan di unit perawatan intensif guna memantau konsentrasi endotoksin pada produk sediaan farmasi, atau pada darah pasien yang terinfeksi.
"Dengan demikian, melalui metode deteksi cepat ini, ancaman endotoksin yang dapat menyebabkan pasien dalam kondisi kritis dapat diminimalkan dan menjadikan rumah sakit lebih aman dari infeksi nosokomial, yang umumnya disebabkan oleh bakteri Gram negatif, serta dapat meningkatkan diagnostik penyakit infeksi bakteri", pungkasnya mengakhiri perbincangan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H