Mohon tunggu...
Rendy ZubhanRamadhani
Rendy ZubhanRamadhani Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Markom UEU

senang jalan jalan, fotographi, otomotif dan tentunya menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Selamat Hari Malaria 2023

25 April 2023   10:05 Diperbarui: 25 April 2023   10:10 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Melansir laman https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html Prof. Maksum menguraikan bahwa pada prinsipnya siklus hidup parasit malaria melibatkan dua inang yaitu nyamuk dan manusia sebagai inangnya. Selama mengisap darah, nyamuk Anopheles spp. betina yang terinfeksi menginokulasi sporozoit ke manusia. Sporozoit ini kemudian menginfeksi sel hati manusia dan matang menjadi skizon, yang pecah dan melepaskan merozoit. 

Sel parasit merozoit ini dapat dorman (hipnozoit) dapat bertahan di sel hati dan dapat menyebabkan kekambuhan dalam berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun kemudian. Setelah replikasi awal ini di hati (skizogoni ekso-eritrositik), parasit menjalani multiplikasi aseksual dalam eritrosit (skizogoni eritrositik). Selanjutnya merozoit menginfeksi sel darah merah. Beberapa merozoit berdiferensiasi menjadi tahap eritrositik seksual (gametosit). Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit) ini, saat nyamuk menghisap darah manusia, akan ditelan oleh nyamuk Anopheles spp. Selanjutnya, perkembangbiakan parasit pada nyamuk dikenal dengan siklus sporogonik. Di dalam perut nyamuk, mikrogamet berkembang menjadi zigot. Zigot ini pada gilirannya menjadi motil dan memanjang (ookinetes) yang menyerang dinding usus nyamuk di mana mereka berkembang menjadi ookista. Ookista tumbuh, pecah, dan melepaskan sporozoit, yang menuju ke kelenjar ludah nyamuk. Inokulasi sporozoit ke inang manusia dapat meneruskan siklus hidup malaria dengan menggigit inang manusia lainnya.

"Multiplikasi parasit plasmodium pada fase siklus eritrositik ini meningkatkan jumlah parasit, sehingga terjadi parasitemia dalam darah manusia yang terinfeksi yang meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan ruptur skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan zat hasil metabolik ke sirkulasi darah. Tubuh yang mengenali antigen tersebut kemudian melepaskan makrofag, monosit, limfosit, dan berbagai sitokin, seperti tumor necrosis factor alpha (TNF- ). Sirkulasi sitokin, TNF- dalam darah ini akan menstimulasi munculnya demam. Selain TNF-, juga ditemukan senyawa sitokin proinflamasi lainnya, seperti interleukin 10 (IL-10) dan interferon (IFN- ). Parasitemia pada malaria falciparum lebih hebat dibandingkan parasitemia spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat menginvasi semua fase eritrosit, sedangkan Plasmodium vivax lebih dominan menginfeksi retikulosit dan Plasmodium malariae menginvasi eritrosit yang matang. Anemia pada malaria terjadi akibat proses hemolisis dan fagositosis eritrosit. Peningkatan aktivitas limpa menyebabkan splenomegali. Hemolisis dapat meningkatkan serum bilirubin sehingga menimbulkan jaundice", urainya.

Cara Diagnosis Malaria

Prof. Maksum mengatakan bahwa malaria dapat didiagnosis menggunakan tes yang menentukan keberadaan parasit Plasmodium penyebab penyakit malaria. Ada 2 jenis tes utama yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan darah dan tes diagnostik cepat. WHO merekomendasikan tes diagnosis cepat malaria pada semua pasien yang dicurigai menderita malaria sebelum pengobatan diberikan. Tes diagnostik cepat malaria (Rapid Diagnostic Test, RDT) memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan infeksi malaria, terutama di daerah terpencil dengan akses terbatas ke layanan pemeriksaan mikroskop yang berkualitas baik. RDT relatif sederhana untuk dilakukan dan diinterpretasikan, memberikan hasil dengan cepat, hanya memerlukan pelatihan singkat, dan memungkinkan diagnosis malaria di tingkat masyarakat.

Kasus Malaria di Indonesia

Prof. Maksum mangungkapkan bahwa menurut data Kemenkes disebutkan bahwa pada akhir tahun 2022, tercatat sebanyak 372 dari 514 kabupaten (72,4%) di Indonesia yang telah dinyatakan bebas malaria. Namun di Indonesia bagian timur, masih banyak kabupaten/kota yang merupakan daerah endemis tinggi. Sehingga sekitar 90% kasus malaria yang dilaporkan secara nasional berasal dari Indonesia bagian Timur. 

Dengan melansir laman https://www.who.int/indonesia/news/events/world-malaria-day/2023 di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 1.412 kematian akibat malaria dari sekitar 811.636 kasus baru malaria pada 2021 di Indonesia, dimana sekitar 89% dari kasus malaria di Indonesia terjadi di Provinsi Papua. Oleh sebab itu, guna mencapai tujuan program malaria di Indonesia antara lain diperlukan langkah-langkah penguatan program eliminasi malaria, tinjauan komprehensif terhadap kinerja program, dan mengidentifikasi permasalahan untuk terus dilakukan upaya-upaya perbaikan, termasuk untuk mendapatkan vaksin malaria Mosquirix melalui Gavi (the global vaccine alliance), yang merupakan vaksin malaria pertama yang telah disetujui oleh WHO. Vaksin malaria Mosquirix buatan GlaxoSmithKline (GSK) ini telah direkomendasikan oleh WHO guna mencegah terjadinya penyakit malaria terutama pada anak-anak, tutup Prof. Maksum mengakhiri perbincangan ini. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun