Mohon tunggu...
Rendy ZubhanRamadhani
Rendy ZubhanRamadhani Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Markom UEU

senang jalan jalan, fotographi, otomotif dan tentunya menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peringati Hari TBC Sedunia, Apa Kata Guru Besar Esa Unggul

23 Maret 2023   14:21 Diperbarui: 23 Maret 2023   14:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu upaya pencegahan.

Prof Maksum menambahkan bahwa menurut laporan WHO terbaru, tuberkulosis merupakan penyebab kematian ke-13 di dunia, dan penyakit menular kedua tertinggi  setelah COVID-19. Infeksi tuberkulosis laten dianggap sebagai reservoir bakteri penyebab penyakit tuberkulosis dan dapat berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Hampir sepertiga populasi dunia terinfeksi bakteri tuberkolosis dan rata-rata, 5 -10% dari mereka yang terinfeksi tuberkulosis laten akan menjadi sumber penularan dalam masyakarat.

"Oleh sebab itu upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC yang sangat menular ini penting untuk dilakukan. Pengobatan TBC tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama, minimal selama 6 bulan secara terus menerus, dan jika tidak ditangani secara tuntas, dapat menyebabkan resistansi obat. Selain itu bakteri Mycobacterium tuberculosis ini dapat menular dengan mudah, yakni melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya", paparnya.

Prof. Maksum menjelaskan bahwa di Indonesia, angka keberhasilan pengobatan TBC pun masih di bawah target pengobatan yang harus dicapai yaitu 90 persen. Sedangkan sistem pelacakan kasus TBC yang dilaporkan pada tahun 2022 masih di bawah target temuan yaitu masih di bawah target 85 persen. Pengidap TBC yang belum terlacak ini dapat menjadi sumber penularan TBC di masyarakat sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi program penanggulangan TBC di Indonesia.

Kerjasama semua pihak.

Menjawab tentang apa saja yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan penyakit TBC ini, Prof. Maksum menjelaskan bahwa sebagaimana penyakit menular lainnya, penyakit TBC juga memerlukan kerjasama seluruh unsur masyarakat dalam upaya penanggulangannya. Penyakit TBC ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Keberhasilan eliminasi TBC ditentukan oleh kontribusi dan kerjasama lintas sektoral dan seluruh lapisan masyarakat. Para pemangku kepentingan mempunyai peran penting guna menyukseskan target eliminasi TBC sebelum tahun 2030, paparnya.

Bagaimana dengan Indonesia.

Prof. Maksum mengatakan bahwa saat ini Indonesia termasuk salah satu negara dengan beban tinggi TBC. Indonesia sebagai salah satu negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia, nomor dua setelah India, tentu Indonesia harus bekerja secara sistematis dan strategis dalam upaya mengeliminasi kasus TBC di Indonesia.

"Saat ini Indonesia sudah memiliki aturan tentang Penanggulangan TBC, yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021. Salah satu aspek penting dalam Perpres 67/2021 ini adalah upaya peningkatan peran serta seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat luas dalam penanggulangan TBC. Upaya mensukseskan Hari Tuberkulosis Sedunia pada 24 Maret 2023, merupakan momen yang tepat untuk mengajak keterlibatan seluruh multi-sektor. Indonesia telah memilih slogan yang tepat untuk mencegah dan mengeliminasi TBC, yaitu "Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa!". Tema yang diformulasikan bersama dengan beberapa negara yang memiliki beban tinggi TBC ini diyakini mampu untuk mempercepat  upaya mengakhiri TBC pada tahun 2030 mendatang", ujarnya.

Prof. Maksum juga menambahkan bahwa selain slogan di atas Indonesia juga memiliki gerakan atau kampanye dengan tema: Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh TBC di Indonesia, yang dikenal dengan TOSS TBC. Kampanye ini menjadi salah satu pendekatan utama untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien TBC, serta menghentikan penularan TBC di masyarakat. TOSS TBC menargetkan 90 persen penurunan insiden TBC dan 95 persen penurunan kematian akibat TBC pada tahun 2030. Langkah-langkah yang dilakukan TOSS TBC antara lain meliputi, mencari dan menemukan penderita tuberkulosis di masyarakat, mengobati TBC dengan tepat, hingga memantau pengobatan TBC sampai sembuh.

"Prinsip dan strategi program elinimasi TBC di Indonesia antara lain meliputi, penguatan program TBC berbasis kabupaten/kota, meningkatkan akses layanan TBC yang bermutu, penguatan kemitraan penanggulangan TBC melalui forum koordinasi multi sektoral. Kita yakin bisa mengatasi penyakit TBC di Indonesia jika kita dapat meningkatkan keterlibatan dan berpartisipasi aktif seluruh masyarakat dan semua pihak dalam mendukung penanggulangan TBC baik dalam aspek pencegahan, penemuan kasus, serta dukungan dalam upaya pengobatan sampai sembuh, guna mengeliminasi TBC di Indonesia. Selain itu masyarakat perlu terus meningkatkan upaya perilaku hidup bersih dan sehat", tutup Prof. Maksum mengakhiri perbincangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun