Desain busana Indonesia meliputi proses menciptakan dan mengembangkan pakaian, aksesoris, dan elemen fashion lainnya sambil mempertimbangkan identitas budaya, nilai-nilai tradisional, dan tren kontemporer yang menjadi ciri khas Indonesia.Â
Desain busana Indonesia sering menampilkan keragaman seni, tekstil tradisional, dan warisan lokal, menghasilkan gaya yang unik dan berbeda. Di era globalisasi, perancang busana Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan kreativitas dan kemampuan beradaptasi. Industri fashion telah mengalami pertumbuhan pesat di panggung internasional, khususnya di Indonesia, di mana ia merupakan sub-sektor ekonomi.Â
Salah satu keuntungan yang dimiliki desainer Indonesia adalah kemampuan mereka untuk memanfaatkan kekayaan budaya Indonesia, termasuk banyaknya pola indah dan motif batik dari berbagai daerah, sementara juga menggali lebih dalam nilai-nilai filosofis yang terkait dengannya.Â
Desain fashion diharapkan melampaui keindahan visual dan keunggulan estetika saja; itu juga harus mempertimbangkan nilai fungsional dan kepraktisan mengenakan produk fashion dalam kehidupan sehari-hari. Contoh konkret dari hal ini dapat dilihat di tempat kerja, di mana aturan tertentu mungkin mengharuskan pegawai negeri untuk memakai batik pada hari-hari tertentu.Â
Motif batik juga sering dimasukkan ke dalam pakaian tradisional seperti neglig dan selubung. Selain itu, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober untuk memperingati pengakuan UNESCO terhadap batik sebagai Warisan BudayaÂ
Kemanusiaan. Populix melakukan survei berjudul "Indonesia in 2022: Looking at Fashion Trends & Economy Revival," yang mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia, di berbagai demografi, lebih menyukai gaya berpakaian yang sederhana.Â
Survei menemukan bahwa 73% responden, baik pria maupun wanita, menyukai gaya berpakaian sederhana. Preferensi untuk kesederhanaan ini meluas ke semua kelompok umur juga (databoks.katadata.co.id) .
Data menunjukkan bahwa perancang busana Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan dalam memenuhi permintaan konsumen sambil juga melestarikan unsur-unsur tradisional budaya Indonesia. Konsep minimalis, yang diperkenalkan oleh budaya Barat, tidak hanya mempengaruhi arsitektur tetapi juga desain fesyen, membuat motif estetika tidak mungkin diterima begitu saja.Â
Seperti dicatat oleh desainer terkenal Barli Asmara, menjadi desainer yang sukses tidak hanya membutuhkan konsistensi dalam menciptakan karya yang menarik, tetapi juga kemampuan untuk menunjukkan karakter dan identitas yang kuat untuk mempertahankan permintaan pasar.Â
Di Jakarta, Barli Asmara menyatakan, "Mempertahankan lebih sulit daripada menang. Ketika kita sudah dalam profesi ini, desainer dituntut untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam menciptakan karya yang up to date dan unik.Â
Tantangan bagi desainer muda tidak terletak pada mencapai glamor atau menampilkan karya mereka di panggung besar pekan mode, melainkan dalam proses menciptakan citra merek. (sumber: okezone.com)
Menurut "Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Digital 2045" oleh Kementerian PPN/BAPENAS Republik Indonesia, tahap awal strategi ini berfokus pada penguatan berbagai sub-sektor, termasuk film, animasi, game, kuliner, dan fashion. Industri fashion dianggap sebagai aset bagi perekonomian Indonesia.Â
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai program dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk mendukung ekonomi kreatif, khususnya di industri fashion.Â
Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh globalisasi, desainer Indonesia tetap tangguh dan mencari bahan evaluasi untuk memastikan stabilitas dan relevansi merek mereka.Â
Mereka melakukan penelitian dan memprioritaskan preferensi konsumen sambil juga menggabungkan warisan seni rupa Indonesia yang kaya untuk memberikan karakteristik yang berbeda pada merek mereka. Dari perspektif pemasaran strategis, manajemen produksi, dalam hal penciptaan produk, dianggap sebagai faktor yang dapat dikendalikan dalam lingkungan manajemen, sementara pelanggan dipandang sebagai faktor eksternal dan tidak terkendali (Evan dan Berman, 1992).
Dalam kasus-kasus tertentu, tantangan yang dihadapi oleh desainer dalam mengembangkan karya mereka juga dapat berasal dari faktor-faktor internal, seperti idealisme mereka yang kuat. Meskipun ini mungkin tidak menimbulkan masalah, kadang-kadang dapat menghambat kemampuan desainer untuk tumbuh.Â
Menurut Ketua Nasional Indonesian Fashion Chamber (IFC), banyak desainer memprioritaskan kepentingan mereka sendiri tanpa mempertimbangkan preferensi pasar internasional. Ketua, Ali, mengungkapkan harapannya bahwa praktisi mode dapat mendekati pekerjaan mereka dengan cara yang lebih menarik secara global.Â
Ini akan melibatkan mempertimbangkan aspek-aspek seperti ukuran dan penampilan, memastikan bahwa kreasi mereka dapat dipakai tidak hanya oleh konsumen Indonesia tetapi juga oleh individu dari negara lain.Â
Ali menekankan bahwa sementara kain tradisional dapat memiliki karakteristik unik, mereka juga dapat disesuaikan dengan selera internasional. Dia berpendapat bahwa pemain mode Indonesia belum sepenuhnya beradaptasi dengan pasar yang ada, karena desain yang terlalu berat atau berfokus pada etnis berjuang untuk mendapatkan penerimaan di panggung internasional. Ali menyarankan bahwa kain tradisional dapat dibuat lebih ringan agar selaras dengan preferensi pasar global.
Peran pemerintah adalah faktor penting lainnya dalam perjalanan Indonesia menuju menjadi pusat mode global dalam tujuh tahun ke depan. Secara historis, dukungan pemerintah terutama terbatas pada partisipasi acara, dengan sedikit dampak yang nyata. Ali mengungkapkan harapannya bahwa pemerintah akan memberikan bantuan yang lebih besar lagi kepada industri fashion di Indonesia.Â
Dia mengutip contoh pameran batik di luar negeri, di mana produk yang dijual sering kekurangan desain kualitatif. Ali percaya bahwa pemerintah harus mengkurasi partisipasi peserta pameran untuk memastikan bahwa produk mereka dapat bersaing secara efektif di pasar internasional.Â
Dia mengungkapkan kekecewaannya atas keadaan saat ini dan mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan. (Sumber: cnbcindonesia.com).
Beberapa tahap penulis lalui agar tulisan ini mencapai kadar keilmiahan yang cukup. Pertama, penulis harus melakukan riset berdasarkan fakta di lapangan agar mengetahui data seberapa besar minat konsumen terhadap suatu tren. Kedua, melakukan pengumpulan data dengan melakukan survei, wawancara dan observasi langsung terhadap para pekerja atau pegiat dalam dunia fashion.Â
Berlalunya waktu yang tak terhindarkan mengharuskan kita memiliki kapasitas untuk beradaptasi, yang dapat dicapai melalui pemeriksaan menyeluruh terhadap perilaku konsumen di Indonesia. Sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara fungsionalitas dan daya tarik estetika.Â
Oleh karena itu, desainer Indonesia harus berusaha untuk sepenuhnya mengoptimalkan teknologi untuk membangun merek pribadi mereka sendiri, serta memastikan bahwa hasil desain mereka dapat diakses oleh semua individu. Pemanfaatan platform online dapat berfungsi sebagai cara yang efektif untuk mempromosikan produk, sementara memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan ranah digital memungkinkan individu untuk beradaptasi dengan lanskap yang selalu berubah.Â
Selain itu, melakukan penelitian komprehensif dan menjunjung tinggi standar etika dalam produksi barang-barang fashion, sehingga mempromosikan ekonomi kreatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, adalah yang paling penting.
Sumber Referensi
Rossanty, Y., Nasution, M. D. T. P., & Ario, F. 2018. Consumer Behaviour In Era Millennial. Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah AQLI.
Sinurat, Matius. 2023. "Impact of the Fashion and Design Industry on Social Economic Development in Indonesia." International Journal of Fashion and Design.
Ramadhanty, Siti Djandini Selma. 2022. TANTANGAN DAN PELUANG KERJASAMA INDONESIA DAN KOREA SELATAN DALAM EKONOMI KREATIF MELALUI YOUNG CREATOR INDONESIA FASHION INSTITUTE. Diss. Universitas Muhammadiyah Malang.
 Yulistara, Arina. 2018. 3 Hambatan Fesyen Indonesia untuk Go Global. Jakarta, CNBC Indonesia.
Ikhsania, Annisa Amalia. 2017. Tantangan Besar yang Bakal Dihadapi Desainer Fashion. Jakarta, okezone.
Trihatmoko, Agus. 2020. Entrepreneurial Creativity Towards A Global Market: Regionalism-Based Marketing of Clothing Products. ResearchGate.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H