Mohon tunggu...
rendy  pribadi
rendy pribadi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

pengajar di perguruan tinggi, aktif dalam kegiatan seni dan beladiri, senang membaca dan nongki.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Menyoal Tren Fashion Generasi Z di Indonesia

4 Maret 2024   08:02 Diperbarui: 4 Maret 2024   08:19 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menurut "Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Digital 2045" oleh Kementerian PPN/BAPENAS Republik Indonesia, tahap awal strategi ini berfokus pada penguatan berbagai sub-sektor, termasuk film, animasi, game, kuliner, dan fashion. Industri fashion dianggap sebagai aset bagi perekonomian Indonesia. 

Pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai program dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk mendukung ekonomi kreatif, khususnya di industri fashion. 

Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh globalisasi, desainer Indonesia tetap tangguh dan mencari bahan evaluasi untuk memastikan stabilitas dan relevansi merek mereka. 

Mereka melakukan penelitian dan memprioritaskan preferensi konsumen sambil juga menggabungkan warisan seni rupa Indonesia yang kaya untuk memberikan karakteristik yang berbeda pada merek mereka. Dari perspektif pemasaran strategis, manajemen produksi, dalam hal penciptaan produk, dianggap sebagai faktor yang dapat dikendalikan dalam lingkungan manajemen, sementara pelanggan dipandang sebagai faktor eksternal dan tidak terkendali (Evan dan Berman, 1992).

Dalam kasus-kasus tertentu, tantangan yang dihadapi oleh desainer dalam mengembangkan karya mereka juga dapat berasal dari faktor-faktor internal, seperti idealisme mereka yang kuat. Meskipun ini mungkin tidak menimbulkan masalah, kadang-kadang dapat menghambat kemampuan desainer untuk tumbuh. 

Menurut Ketua Nasional Indonesian Fashion Chamber (IFC), banyak desainer memprioritaskan kepentingan mereka sendiri tanpa mempertimbangkan preferensi pasar internasional. Ketua, Ali, mengungkapkan harapannya bahwa praktisi mode dapat mendekati pekerjaan mereka dengan cara yang lebih menarik secara global. 

Ini akan melibatkan mempertimbangkan aspek-aspek seperti ukuran dan penampilan, memastikan bahwa kreasi mereka dapat dipakai tidak hanya oleh konsumen Indonesia tetapi juga oleh individu dari negara lain. 

Ali menekankan bahwa sementara kain tradisional dapat memiliki karakteristik unik, mereka juga dapat disesuaikan dengan selera internasional. Dia berpendapat bahwa pemain mode Indonesia belum sepenuhnya beradaptasi dengan pasar yang ada, karena desain yang terlalu berat atau berfokus pada etnis berjuang untuk mendapatkan penerimaan di panggung internasional. Ali menyarankan bahwa kain tradisional dapat dibuat lebih ringan agar selaras dengan preferensi pasar global.

Peran pemerintah adalah faktor penting lainnya dalam perjalanan Indonesia menuju menjadi pusat mode global dalam tujuh tahun ke depan. Secara historis, dukungan pemerintah terutama terbatas pada partisipasi acara, dengan sedikit dampak yang nyata. Ali mengungkapkan harapannya bahwa pemerintah akan memberikan bantuan yang lebih besar lagi kepada industri fashion di Indonesia. 

Dia mengutip contoh pameran batik di luar negeri, di mana produk yang dijual sering kekurangan desain kualitatif. Ali percaya bahwa pemerintah harus mengkurasi partisipasi peserta pameran untuk memastikan bahwa produk mereka dapat bersaing secara efektif di pasar internasional. 

Dia mengungkapkan kekecewaannya atas keadaan saat ini dan mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan. (Sumber: cnbcindonesia.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun