Mohon tunggu...
Laurensius Rendy
Laurensius Rendy Mohon Tunggu... profesional -

I'm a Mentalist and Tarot Reader. Ready to help people with tarot reading or entertain people with mentalism show.\r\n\r\nFor my info visit my web http://rendyfudoh.com\r\nor sms/call 081808034145\r\n\r\noh, and my newest blog about short stories inspired by tarot card:\r\nhttp://tarotss.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Fool - Part 3

24 Juni 2013   23:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:29 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2012….

“Jadi…, bagaimana dari suatu bacaan kartu tarot bisa merubah diri bapak ?”

“Oh…, dari situlah semuanya mulai membuat saya terkagum – kagum.”, terang Ricardo.

Tanpa disadari, Bondan memasang raut muka yang terheran – heran. Pertama kalinya dia mewawancarai seorang CEO dan pertama kalinya pula dia mendengar pengakuan seorang CEO kalau dia diselamatkan oleh seorang tarot reader, via konsultasi online gratis pula.

“Kartu yang si Red Tarot keluarkan adalah kartu Death, The Star, dan King of Wands, dan saya masih ingat pokok dari apa yang dia ucapkan ke saya.”

“Apa yang dia ucapkan waktu itu?”, tanya Bondan sambil tetap dengan raut muka terheran – herannya.

“Sederhananya, kartu The Death menunjukkan kalau segala usaha saya sudah habis dan dengan kemampuan saya waktu itu, belum bisa untuk dipulihkan lagi usahanya. Lebih baik ditinggalkan saja sebagai bagian dari pelajaran hidup.”

“Hmmm…, bukan suatu kabar yang menggembirakan tampaknya.”

“Nah, kartu The Star disini menunjukkan akan adanya harapan untuk pulih meskipun dengan cara yang tidak biasa.”, lanjut Ricardo dengan nada bicara yang lebih bersemangat.

Saat itu juga, Bondan merasa kembali bagaikan anak kecil yang mendengar cerita wejangan dari seorang kakek – kakek. Posisi duduknya menjadi lebih tegap, badan condong kedepan tanda ia ingin menyimak lebih jelas cerita dari Bapak Ricardo.

“Di kartu The Star tersebut, si Red Tarot menyarankan untuk bekerja terlebih dahulu dengan saudaranya saya yang memiliki suatu usaha meskipun kecil – kecilan. Apapun kerjaan yang saudara saya tawarkan, saya harus terima katanya.”

Bondan mengangguk – anggung tanda dia mengerti apa yang Ricardo ucapkan.

“Dan di kartu Knight of Wands tersebut, si Red Tarot membacakan kalau tugas saya adalah mendapatkan kepercayaan dari saudara saya layaknya seorang prajurit atau knight itu. Dan ketika saya sudah mendapatkan kepercayaan tersebut, saya perlu mengajukan proposal usaha baru ke saudara saya dimana saya yang menangani perusahaannya dan saudara saya yang memodali.”

“Dan Bapak Ricardo mengikuti sarannya?”, tanya Bondan dengan tatapan mata yang menunjukkan harapan akan jawaban ‘iya’.

“Tentu saja saya menuruti sarannya. Memang itu bukan hal yang cepat dan mudah, namun semuanya berjalan sesuai dengan gambaran umum yang dibacakan Red Tarot tersebut. Saya bekerja banting tulang, saudara saya akhirnya percaya kepada saya, saya membuat proposal subuh – subuh dan menyerahkan kepada saudara saya paginya, dan sampai saya dipercayakan sebuah usaha baru dari saudara saya.”

“Lalu…, usaha apa yang dipercayakan oleh saudara bapak?”

“Yah, pada awalnya baru sebatas jasa bordir pakaian saja. Namun karena saya berusaha mengembangkan usaha tersebut, saudara saya mempercayakan saya dengan usaha barunya yang lain sampai – sampai saking banyaknya usaha saudara saya yang betumbuh, penghasilan saya juga meningkat dan perusahaan pembuat perangkat telekomunikasi dengan produk termutakhir Aces One ini…., juga merupakan hasil joinan dengan modal dari kantung saya sendiri dan saudara saya.”

“Jadi, semuanya karena bapak menjaga kepercayaan saudara bapak sehingga bapak menjadi seperti sekarang ini?”

“Kepercayaan itu …, sangat penting dalam bisnis bukan?”

Wajah Bondan menunjukkan sebuah senyuman yang sekaligus tanda dia setuju akan kalimat retoris Bapak Ricardo. Sebuah jawaban yang memang sering sekali diutarakan oleh para pemimpin suatu perusahaan namun lebih sering diutarakan dalam tulisan artikel narsistik di koran – koran bisnis dan investasi; baru kali ini dia mendengar kalimat tersebut keluar dari seorang pemimpin sendiri.

Hanya saja, Bondan kemudian tersadar, kalau Ricardo lebih menunjukkan keberhasilannya dalam memutar kembali roda kesuksesannya dalam bisnis. Ricardo sama sekali tidak menyinggung soal istrinya ataupun anak – anaknya sehingga Bondan menjadi penasaran akan cerita Ricardo dengan keluarganya saat ini.

“Saya yakin, pertanyaan berikutnya yang anda ajukan ke saya adalah…., bagaimana hubungan saya dengan istri dan anak saya terdahulu?”, terang Ricardo sambil berpostur seakan – akan dia bisa membaca pikiran Bondan.

“Jujur sih, pak……, memang saya penasaran. Tapi kalau bapak tidak mau memberitahu juga tidak masalah, pak.”

“Yah…, saya sudah mengikhlaskan anak dan mantan istri saya. Saya masih berkomunikasi dengan anak pernikahan saya yang pertama hingga sekarang, sementara mantan istri saya sudah berbahagia dengan suaminya yang sekarang. Saya pun juga sangat bahagia dengan pernikahan saya yang sekarang karena dia juga menerima situasi saya apa adanya ketika saya masih berjuang keras untuk usaha bordir pakaian.”

“Informasi itu saja sudah cukup jelas, pak. Tapi saya masih ada satu pertanyaan lagi yang mengganjal.”, tanya Bondan dengan niat memotong pembicaraan masalah keluarga Ricardo.

Bagi Bondan, biarlah soal masalah keluara Ricardo menjadi masalah pribadinya sendiri karena Bondan hendak membuat buku berisi kisah keberhasilan orang – orang; bukan gosip hiburan layaknya infotainment yang lebih menekankan kekurangan objek berita.

Pertanyaan terakhir yang Bondan ingin tanyakan pun sebenarnya pertanyaan yang cukup sederhana dan entah kenapa baru terpikir di saat – saat terakhir.

“Gini, Pak Ricardo. Dari cerita bapak, hidup bapak benar – benar berubah 180 derajat setelah bapak menuruti saran seorang tarot reader yang ID nya di dunia maya adalah Red Tarot. Apakah sekarang bapak tahu siapa identitas asli Red Tarot tersebut?”

“Oh, si Red Tarot bapak sudah tahu identitasnya. Setelah saya berhasil di usaha bordir pakaian, saya pernah ketemu dia dan makan siang bareng. Itupun menjadi satu – satunya waktu saya ketemu dia secara langsung.”

“Kenapa bapak tidak mencoba bertemu untuk konsultasi lagi atau semacamnya?”, tanya Bondan yang kembali heran.

“Yah…, karena kesibukan kami masing – masing juga. Saya rasa kalau saya beritahu nama aslinya dia, anda sudah pasti sering mendengar namanya.”

“Siapa dia?”, tanya Bondan….semakin penasaran.

“Sekarang dia sudah menjadi tarot reader dan sekaligus mentalist yang dikenal masyarakat seluruh Indonesia. Selain dia pernah memiliki acara sendiri di TV, saat ini dia sedang sibuk menghibur para tamu di kapal pesiar mewah di Asia.”

“Tunggu, pak. Dia saat ini sudah terkenal di Indonesia dan sekarang sedang mengadakan pertunjukan di kapal pesiar? Jangan – jangan…….”

“Begitulah, Bondan…., nama Tarot Reader yang telah membantu saya adalah …..”

-- Selesai –

notes: saya membuat cerita ini terinspirasi dari kartu tarot saya dan sebagian juga dari kisah nyata yang saya alami maupun yang klien - klien saya alami. Namun sekali lagi saya tekankan, ini termasuk cerita fiksi sehingga ada yang memang ‘fiksi’ di cerita tersebut dan ada bagian - bagian tertentu yang inspirasinya dari kisah nyata. Untuk update terbarunya, selain di fiksiana, saya juga mengpost cerita ini di web saya pribadi ditarotss.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun