Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merenungi Teknologi dan Ideologi

29 Desember 2024   13:13 Diperbarui: 29 Desember 2024   13:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teknologi robot terbaru buatan Tesla. Sumber gambar: Wikimedia Commons.

Teknologi mengubah hidup manusia, terutama sejak zaman revolusi industri, yang kebetulan waktunya bertepatan dengan kolonialisme yang dilakukan oleh sebagian besar bangsa-bangsa Eropa. Kemajuan teknologi ini diiringi dengan tersedianya sumber-sumber daya serta yang tak kalah penting adalah pasar yang luas. Negara-negara di Eropa sendiri sudah terbiasa untuk bersaing satu sama lain, apalagi di era ini adalah era kolonialisme. yang membuat pertanyaan, siapa yang berhak atas penguasaan sebuah negara? Inggris yang kala itu paling luas wilayah jajahannya tentu akan sangat diuntungkan dengan sumber-sumber daya serta pasar yang lebih luas pula.

Kemajuan teknologi kemudian dimanfaatkan oleh negara-negara Eropa untuk tak hanya menjajah, namun juga memberikan pengaruh terhadap 'ideologi' yang dianut oleh negara-negara yang dijajah. Pendidikan terhadap calon-calon pengganti raja di wilayah-wilayah yang dikuasainya dapat secara efektif mengubah cara pandang masyarakat, lalu dengan teratur pula akan mengubah ideologi secara massif dalam tataran sebuah bangsa. Dari kesemua hal yang dapat berubah karena pengaruh teknologi yang berasal dari barat salah satu yang terpenting yakni ideologi sekuler.

Sebelumnya padahal, tidak ada bangsa di dunia ini yang tidak mengkaitkan teknologi dengan kekuasaan Sang Pencipta. Di Yunani sekalipun, mereka mengkaitkannya dengan kekuatan dewa-dewa mereka. Barulah saat teknologi ini dibawa oleh peradaban barat, ideologi sekuler berkembang dengan sangat pesat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa tidak ada satu jengkal tanah pun di bumi ini yang pemerintahannya tunduk kepada aturan Tuhan. Tak ayal, teknologi yang semakin canggih justru bukan mendekatkan seseorang kepada Sang Pencipta, namun semakin menjauhkannya karena ia tak bisa lagi berpikir apa hubungan antara teknologi ini dengan kebesaran Tuhan Pencipta Langit dan Bumi.

Namun demikian, itu tidak menjadikan teknologi sebagai sesuatu yang salah, karena sekulerisme yang datang bersamanya berarti bahwa teknologi itu bisa dipasangkan dengan apapun juga. Sekuler mengandung pengertian memisahkan, yang bisa dimaknai juga dengan memasangkannya dengan hal yang lain. Hollywood misalnya memasangkan teknologi dengan hipnotisme, bentuk sihir kuno yang berhubungan dengan alam bawah sadar. Film-film yang diproduksi tentu memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak kepada khalayak umum yang skalanya sudah global. Lain lagi dengan masa perang dingin, teknologi bisa dikaitkan dengan dua hal besar waktu itu yakni demokrasi dan komunisme. Lalu bagaimana dengan di tempat-tempat yang jauh, misal di suku-suku yang jauh dari kota besar? Tentu teknologi disandingkan dengan kebutuhan, entah itu berasal dari individu atau masyarakatnya yang secara umum berarti terkait erat dengan kondisi sosial yang ada.      

Teknologi 'hanya' sebagai Alat

Ketika seorang yang cacat menggunakan tongkat, maka tongkat itu hanya berfungsi sebagai alat bantu, ketika seorang muadzin melantunkan adzan sekalipun pengeras suara yang digunakannya hanyalah sebagai alat bantu, begitu pula ketika seorang polisi menjalankan tugasnya untuk menangkap penjahat maka pistol itu hanya digunakan sebagai alat bantu. Barulah dibalik itu kitab isa melihat ideologi yang dibawanya, seorang muadzin membawa ideologi agama Islam dimana ia mengingatkan kepada para pengikutnya untuk menjalankan ibadah, polisi menjalankan misinya dalam ideologi pertahanan dan keamanan, sementara tongkat yang digunakan oleh pemiliknya yang cacat akan turut membawa ideologi apapun yang menjadi milik si empunya.

Coba sekarang kita ubah sedikit kondisinya, misal nuklir digunakan oleh Amerika Serikat untuk memenangkan sekutu atas jerman dan jepang. Tapi kemudian ada kesan yang timbul di kemudian hari bahwa senjata-senjata canggih yang berasal dari barat itu digunakan untuk memaksakan ideologi dan cara hidup sang pembawanya. Ekonomi politik dunia kemudian pasca perang dunia kedua amat sangat ditentukan oleh keberadaan dollar sebagai satu-satunya mata uang sah yang dapat ditukarkan dengan emas atau sebaliknya. Selain itu dollar, yang bahkan dicetak oleh lembaga non negara, dipakai sebagai alat tukar perdagangan antar negara. Hal yang sebenarnya menunjukkan bahwa teknologi digunakan untuk mempengaruhi atau mengubah ideologi. Amerika bisa memaksakan penggunaan uang kertas terkhusus dalam hal ini miliknya sendiri agar tak hanya dapat menguasai, pun mengontrol ekonomi dunia.

Misal logika di awal tadi diubah menjadi seorang pencuri yang menggunakan tongkat untuk naik ke atap rumah yang akan dicurinya, seorang provokator menggunakan pengeras suara agar aksi demo yang berjalan dapat rusuh dan merusak keamanan, lalu penjahat menggunakan pistol yang sama yang juga digunakan oleh polisi untuk merampok korban-korbannya. Tentu hal ini akan memberikan konsekuensi yang berbeda karena ideologi yang dibawa juga berbeda.

Di sini kita bisa memberikan analogi lanjutan tentang bagaimana teknologi informasi sejak zaman televisi dulu ada digunakan untuk menyebarkan pornografi, judi, minuman keras misalnya. Seolah semua itu hanya sebuah cemilan ringan, padahal membawa cara hidup bebas ala barat yang akhirnya bisa kita lihat ujung-ujungnya di masa ini yang sungguh sangat mengerikan. Dekadensi moral bangsa lambat laun kian tergerus, kini kita bisa menyaksikan sendiri berbagai keanehan, yang sayangnya hanya bisa dilihat oleh mereka yang berumur sudah cukup tua dan memiliki banyak pengalaman tentang hidup itu sendiri karena pernah lekat dan dekat dengan nilai-nilai moral yang lebih tinggi.

Mekanisme penyaringan yang digembar-gemborkan melalui pendidikan Pancasila maupun agama pun sudah mulai ditinggalkan. Orang-orang kini sudah tidak begitu peduli tentang dari mana teknologi itu berasal dan apa yang dibawanya. Meskipun itu benar dari sudut pandang bahwa teknologi itu adalah sebuah alat, namun apa-apa yang ikut dibawa atau terbawa oleh teknologi itu haruslah kita perhatikan juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun