Runtuhnya Penjara Sednaya, Simbol Kekejaman RezimÂ
Penjara Sednaya menjadi sensasi yang luar biasa dalam pekan-pekan terakhir kemarin lalu. Video para wanita yang dibebaskan para pemberontak maupun pejuang kebebasan melawan rezim Bashar Al-Assad menjadi viral. Wanita-wanita ini, banyak diantaranya yang bahkan memiliki anak di penjara akibat diperkosa oleh tentara rezim Ashad, terlihat kebingungan saat pintu-pintu selnya dibuka. Beberapa diantaranya belum percaya kalau Rezim yang menjajah mereka selama sekitar lima puluh tahun kebelakang (semenjak Hafez al-Assad, ayah dari Bashar al-Assad) sudah tidak ada.
Kondisi orang-orang yang dipenjara di sini bermacam-macam, ada yang sampai kehilangan ingatan dan lupa dengan identitas dirinya sendiri, kata-kata yang terucap dari mulutnya hanyalah "Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah...". Ada lagi yang mentalnya terganggu, ia merasa panik ketika ada yang masuk ke dalam selnya. Di dalam sel tersebut ada seorang perempuan yang entah itu anak atau istrinya, setiap hari ia harus menyaksikan perempuan itu diperkosa oleh orang-orang biadab yang menjadi anak buah Bashar al-Assad.
Beberapa membandingkan foto-foto di Auschwitz concentration camp zaman Nazi Jerman dengan kondisi yang terjadi di penjara Sednaya yang terkenal dengan julukan "human slaughterhouse" atau rumah jagal manusia ini. Setelah para pemberontak dan pejuang membebaskan para tahanan yang rata-rata masuk ke penjara itu karena menentang pemerintahan rezim yang barusan kabur, masyarakat Syiria pun berbondong-bondong mencari sudara mereka yang mungkin masih hidup. Beberapa diantaranya dapat bertemu kembali sementara yang lainnya hanya termenung duduk di sekitaran Sednaya atau beberapa masih mencari dokumen dan menyisir satu per satu area penjara Sednaya, dengan harapan menemukan sedikit petunjuk atau hanya pasrah saja akhirnya.
Keberhasilan HTS dengan cepat merebut Aleppo, Hama, Homs, dan akhirnya Damascus, tak lepas dari sibuknya Iran dalam menghadapi Israel serta konsentrasi penuh Rusia di Ukraina. Meski bombardir pesawat tempur Rusia masih sempat terlihat merepotkan para pemberontak dan pejuang, HTS akhirnya berhasil membebaskan Syiria dari rezim yang selama ini menyiksa rakyat Syiria. Namun, benarkah mereka memang membebaskan Syiria? Atau kita terlalu cepat menyimpulkan? Apakah HTS akan sama dengan ISIS yang ternyata tidak sejalan dengan apa yang menjadi harapan rakyat syiria sesungguhnya?
Kondisi yang Belum Stabil
Sayangnya HTS bukan satu-satunya yang memegang kendali, di sebelah timur ada pasukan Kurdi dimana sayap kirinya merupakan SDF (Syirian Democratic Forces) yang di back-up oleh Amerika. ISIS memang sudah tidak memiliki wilayah yang luas seperti dulu, akan tetapi pasukan Kurdi malah dengan signifikan berhasil memperluas wilayahnya di bagian timur Syiria. Sementara itu di bagian paling utara terdapat kekuatan oposisi yang mendapat dukungan dari Turki. Di bagian tengah kini telah menjadi milik pemberontak HTS yang dengan mulus dan hampir tanpa perlawanan berarti dapat menguasai wilayah-wilayah penting bahkan akhirnya memaksa Sang Presiden yang hampir tak terkalahkan kabur ke Rusia. Lalu di bagian selatannya lagi terdapat jaringan kekuatan oposisi lain.
SDF dahulu mendapat dukungan penuh Amerika Serikat untuk membatasi wilayah kekuasaan ISIS, namun sebenarnya sudah semenjak 2019 pasukan Amerika menarik diri dari wilayah di timur laut Syiria, sehingga mereka tidak lagi mendapat bantuan tempur langsung. Meski masih menjadi partner Amerika di Syiria, mundurnya pasukan Amerika dari wilayah mereka membuat posisi yang kini rentan terhadap serangan dari arah utara yakni Turki. Pemerintah Turki memiliki keyakinan bahwa pasukan Kurdi memiliki koneksi yang erat dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang bersifat separatis. Sudah selama beberapa dekade pasukan ini memerangi Turki. Â Â