Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syiria di Tengah Pusaran Kepentingan dan Pertarungan Geopolitik

20 Desember 2024   13:16 Diperbarui: 20 Desember 2024   13:16 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang di Syiria yang melibatkan banyak pihak. Sumber: freepik.com

HTS memang sudah berhasil membebaskan wilayah-wilayah yang menjadi pusat Syiria, namun demikian perang sipil belum usai. Masih ada oposisi yang didukung oleh Turki di sebelah utara, lalu oposisi lain di sebelah selatan, Kurdi di sebelah timur, dan sisa-sisa dari ISIS. HTS memang telah melakukan langkah-langkah yang cukup bagus dengan dibukanya kembali kedutaan besar di Syiria. Akan tetapi jika mereka benar-benar menjadikan Turki sebagai sekutu itu berarti mereka harus berperang dengan tentara Kurdi. Padahal opsi moderat yang selama ini menjadi ciri HTS masih terbuka, sayangnya itu berarti harus menolak bersekutu dengan Turki yang memerangi SDF.

HTS pastilah mencari jalan tengah melalui perundingan saat ini, setelah mereka memberikan pernyataan "terlalu lelah" untuk berperang dengan Israel. Hal yang sebenarnya wajar, karena perjuangan bertahun-tahun untuk melawan rezim yang juga membuat kakek dan ayah mereka menderita sejak lama. Makna dari pernyataan itu juga berrarti mencari jalan yang lebih moderat untuk menetralisir pasukan-pasukan lain di Syiria, atau dengan skenario yang lebih baik ikut mendukung pemerintahan yang baru. Akan tetapi di lapangan sebenarnya grup pasukan yang memegang senjata berjumlah empat puluhan lebih. Beberapa diantara dapat diajak berkoalisi, sementara yang lain tetap pada jalannya sendiri-sendiri. Yang dituliskan di bagian atas hanyalah grup-grup yang besar saja seperti ISIS, pecahan-pecahan Al-Qaeda, dan SDF, meski masih banyak lainnya yang memiliki potensi ancaman maupun bisa juga menjadi bagian dari jaringan.   

Di luar semua itu masih ada Rusia yang menjadi sekutu utama rezim yang sebelumnya, lalu Iran yang juga selalu memberikan bantuan bagi rezim. Belum lagi Hezbollah yang kehilangan rute pasokan dari Iran, kesemuanya menambah keruwetan tersendiri yang harus dihadapi oleh HTS. Belum lagi serangan Israel yang semakin membabi buta sampai detik ini yang juga ikut menjadikan Syiria sebagai bagian dari target-target serangannya.

Melihat Kemungkinan di Masa Depan

Axis of Resisance. Sumber: wikipedia.org
Axis of Resisance. Sumber: wikipedia.org
Sekilas kita bisa melihat posisi HTS yang terjepit karena dianggap oposisi oleh Rusia yang mendukung Ashad. Rusia dalam hal ini juga dekat dengan Iran karena sanksi ekonomi yang diatuhkan negara-negara barat kepada keduanya. Axis of resistance yang terdiri dari Iran, Hezbollah, grup syiah di Iraq, Houthi di Yaman serta tentu saja grup syiah di Syiria sedang berperang dengan Israel. Posisi Syiria berada di tengah-tengah koalisi pertahanan yang besar ini yang tentu saja memegang peran strategis sebagai jalur utama pasokan antara kekuatan-kekuatan yang ada.

Iran dan Hezbollah memiliki 2 opsi, yang pertama adalah menjadikan Syiria sebagai bagian dari resistance atau sekutu. Hal ini tentu saja akan memberikan solusi bagi jalur pasokan antar negara-negara yang tergabung dalam Axis of Resistance. Masalahnya HTS sudah mengumumkan kalau mereka 'terlalu lelah' untuk bertempur sehingga menutup kemungkinan untuk bergabung melawan Israel. Tentu yang kedua adalah yang paling mungkin, yakni menjadikan HTS sebagai musuh karena tentu saja perbedaan lama antara sunni dan syiah serta aliansi mereka dengan rezim Bashar sebelumnya.

Barat tentu akan selalu berusaha menginfiltrasi dan membuat pemerintah boneka di Syiria (proxy government) atau paling tidak memberikan 'pengaruh'-nya supaya Syiria tetap sejalan atau paling tidak jangan sampai mengganggu 'agenda penting' Amerika di Timur Tengah. HTS dikabarkan sudah menjalin komunikasi dengan Gedung Putih beberapa waktu lalu, yang tentu bisa kita baca sebagai upaya dari 'gerakan nasionalis' untuk mengamankan wilayahnya yang baru saja bebas. Hal ini sejalan dengan apa yang mereka sampaikan kepada Israel.

Sayangnya Israel tidak bisa dicegah, atau bahkan mendengarkan pun tidak. Serangan mereka pada tanggal 16 Desember 2024 lalu menjadi bukti bahwa bombardir ke wilayah Syiria masih terus dilakukan. Israel berdalih munculnya kestabilan politik di Syiria akan membawa ancaman baru bagi exsistensinya.

Lagi-lagi HTS berada dalam posisi terjepit, hal yang membuat Syiria sama seperti Iraq dan negara-negara lain saat Arab Spring terjadi, yakni unstability atau ketidakstablian wilayah. Hal yang akan sangat menguntungkan bagi mereka yang memang berkepentingan sejak lama di Timur Tengah. Siapa lagi kalau bukan Zionis?

Tidak hanya Kurdi yang di back-up oleh Amerika, ISIS yang tercium dekat dengan CIA juga sebenarnya merupakan bagian dari 'agenda' itu. Intinya sekali lagi yakni unstability atau ketidakstablian politik di Timur Tengah terutama di sekitar Israel agar ia bisa menjalankan misi utamanya mewujudkan Negara Israel Raya (Greater Israel) seperti yang sudah direncanakan semenjak lama. Oleh karena itu perang di Timur Tengah baru akan mencapai puncak dan masih menuju pada kemunculan aktor-aktor penting yang akan membawa perang ini semakin besar, bahkan mungkin akan menjadi yang terbesar dalam sejarah nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun