Resolusi terbaru PBB kembali merespon kekejaman Israel terhadap Palestina. Sebanyak 124 negara mendukung resolusi PBB yang mendesak Israel mengakhiri pendudukan ilegal di Palestina. Resolusi ini mengharuskan Israel untuk menghentikan pendudukannya di wilayah Palestina dalam 12 bulan, dan menyerukan ganti rugi untuk warga Palestina. Resolusi juga mendukung putusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang menegaskan pendudukan Israel ilegal. Pemungutan suara ini dilakukan di tengah perang di Gaza, dengan ribuan warga Palestina tewas.
Sudah berapa jumlah resolusi PBB yang hanya menjadi 'gonggongan anjing' belaka bagi pemerintah Israel? Saya sudah sering mendengarnya berkali-kali, bahkan selalu terulang. Tidak ada yang bisa melakukan apa-apa ketika Amerika Serikat, yang selalu melindungi Israel, menolak keputusan tersebut. Seolah apa yang diperjuangkan dan menjadi keputusan bersama itu hanyalah lembaran kertas-kertas usang yang hanya pantas masuk tong sampah. Semua hanya omong kosong, kesepakatan yang tidak membuahkan hasil apapun, bahkan tidak lagi bisa memberikan kemanfaatan yang nyata bagi rakyat Palestina.
Ketidakmampuan untuk melanjutkan resolusi ke sebuah tindakan nyata yang berarti merupakan sebuah kegagalan. Ketidakberdayaan PBB untuk menghentikan apa yang terjadi di Irak misalnya, menunjukkan bahwa PBB tsudah tidak memiliki arti penting lagi bagi perdamaian dunia. Tidak ditemukannya senjata pemusnah massal di sana juga tidak membuat Amerika merasa takut atau bertanggung jawab kepada PBB. Lalu apa artinya PBB jika hanya bisa memberikan aksi nyata hanya jika didukung oleh negara-negara barat? Bagaimana jika itu terjadi di Global South yang kebetulan bertentangan dengan kepentingan barat? Apakah nasibnya akan sama dengan Palestina?
Perlunya Aksi Nyata
Potensi bahaya yang timbul dari ketidakberdayaan PBB akan menyebabkan berbagai hal di masa yang akan datang. Yang pertama tentu saja rasa tidak percaya, yang pasti muncul dari negara-negara yang telah bersusah payah menghasilkan resolusi supaya perdamaian yang bersifat permanen segera terwujud di Palestina. Slow genocide yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina semenjak akhir perang dunia pertama yang semakin parah di dekade-dekade selanjutnya merupakan bentuk kesewenang-wenangan. Padahal dahulu umat Yahudi, Nasrani, dan Islam dapat hidup berdampingan di Palestina dengan damai. Namun, justru pasca pembentukan Negara Israel ketidakamanan, pertikaian, dan perang semakin menjadi.
Yang kedua adalah munculnya rasa egois dari negara-negara yang dipimpin oleh pemerintahan otoriter di seluruh dunia, untuk apa mendengar pendapat negara-negara lain? Lebih baik mengurus diri sendiri saja. Sikap individualis yang ditunjukkan negara-negara kuat dapat membahayakan keamanan dan perdamaian yang ada. Negara-negara lemah tentu tidak akan tingal diam dalam rasa takut, aliansi akan terbentuk sebagai respon terhadap ancaman. Hal yang pasti juga terjadi di dalam negerinya sendiri, terutama dari oposisi dan pihak-pihak yang merasa tertindas.
Yang ketiga adalah kemunduran nilai-nilai normatif. Ketidakmampuan PBB melanjutkan resolusi menjadi sebuah aksi nyata membuat negara-negara lain yang berpikiran sama dengan Israel untuk mengambil langkah-langkah represif yang sama. Caranya? Tentu dengan mengajak kerjasama Amerika dan barat. Dengan backing-an yang kuat hal-hal berbahaya yang dianggap wajar bisa dilakukan oleh negara-negara lain untuk melakukan tindakan agresif bahkan kepada warga negaranya sendiri.
Kemunduran nilai-nilai normatif ini sebenarnya sudah sedemikian nampak di berbagai lapisan. Namun, pembiaran atas kejahatan penjajahan di tanah Palestina bisa memicu kemunduran nilai-nilai normatif yang lebih besar lagi. Kesewenang-wenangan negara penjajah dalam melakukan aksinya akan melahirkan perang yang lebih besar, bahkan bisa mengarah ke perang dunia ketiga, karena pasti ada pemberontakan dan perlawanan ketika tindak kesewenang-wenangan terjadi.
Potensi TNI sebagai Pasukan Perdamaian di Gaza
Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah sering mengirim pasukan dengan misi perdamaian ke luar negeri. Kontingen Garuda selalu berhasil menunjukkan kepiawaiannya tak hanya dalam menjaga keamanan dan perdamaian, tetapi juga kesigapannya dalam membantu masyarakat lokal seperti membangun jembatan, jalan, mencari mata air, hingga membantu usaha-usaha yang berkaitan dengan kepentingan bersama bagi rakyat setempat.