Meja diangkat ke samping, membuka rahasia yang ada di bawahnya, sebuah pintu kecil.
      "Apa kau melihat apa yang terjadi dengan kapal kita yang lain?" tanya Imam Hassan.
      "Tidak tahu Imam, hanya saja kapal di belakang seperti semakin menjauh dan ada cahaya berkelap-kelip, mungkin mereka sudah..."
      Suara-suara terdengar baik dari lorong maupun dari bawah.
      "Hmm, sebentar, ada yang perlu saya lakukan, Abdi tarik pintunya ke atas!"
      Abdi mendekati pintu itu, ternyata ada gagangnya agar dapat ditarik ke atas, dengan sekali tarikan yang kuat ia membukanya. Di bawah ada tangga kecil menuju lantai dasar. Dilihatnya Imam Hassan sekarang sedang menghadap sebuah benda yang berbentuk tabung mirip kaleng besar. Ia pun berbicara di corongnya,
      "Semua DIAM! JANGAN PANIK! Saya ulangi, semua DIAM! JANGAN PANIK! Siapapun yang mendengarkan SAMPAIKAN PADA YANG LAIN! Yang barusan bangun tetap TENANG! TETAP TENANG!" Ia menarik nafas lalu sesaat kemudian meneruskan,
"BERKUMPUL DI ATAS SEMUA! JANGAN LEWAT LUAR! SAYA ULANGI, BAGI YANG BERADA DI BAWAH JANGAN NAIK LEWAT LUAR! PADAMKAN API HANYA DARI DALAM!"
      "Hufff..." Imam Hassan berusaha mengatur nafas dan berbalik menghadap Abdi.
      "Semoga mereka dengar, ayo kalau begitu Abdi," Imam Hassan mengambil di dalam lemari senjata cukup besar serta mengantongi beberapa benda bulat yang sepertinya cukup berat, kemudian berjalan ke arah pintu yang sudah terbuka di samping Abdi.
      "Para prajurit dulu di bawah, itu yang penting..."