Â
      Sebuah Negara yang minim akan sumber daya, bahkan rakyatnya banyak yang hidup seadanya, miskin, namun tak pernah mau menyerah. Negeri-negeri yang lain merdeka, tapi mereka masih saja terus dijajah. Dahulu Britania Raya atau Inggris ketika menjadi penguasa di dunia, yang pasukannya hampir sudah menjelajahi isi bumi seluruhnya, pernah menjajah wilayah ini. Lalu disusul oleh Uni Soviet, sebuah entitas yang bahkan jauh lebih besar dibandingkan Rusia saat ini, juga pernah menjajahnya. Setelah keduanya gagal menaklukkan, baik dari segi wilayah maupun ideologi, dua dekade lamanya kita ditunjukkan betapa bernafsunya Amerika dan NATO yang mengeroyok bersama wilayah tersebut, tetapi akhirnya harus pulang dengan tangan hampa. Bahkan memberikan sedikit banyak tambahan amunisi dan persenjataan bagi mereka yang berjuang demi kemerdekaannya di wilayah tersebut untuk mempertahankan diri dari serangan lain di masa depan atau bahkan membebaskan negeri yang terjajah nantinya.
      Sekilas gambaran di atas memberikan contoh ekstrem akan keberhasilan dari sebuah misi menjaga pertahanan dan keamanan bangsa. Meski sudah dijajah sekalipun, ideologi yang diusung tak berubah jauh dari apa yang nenek moyangnya perjuangkan. Kemerdekaan sudah pasti menjadi pintu gerbang utama yang selalu dicari mereka dengan ideologi bersama yang kokoh. Tak jauh berbeda dengan Nusantara di era-era perjuangan melawan penjajah, Afganistan yang bertahan dan berjuang hingga tahun 2020-an ini menunjukkan semangat pantang menyerah untuk meraih kemerdekaan.
      Biasanya sebuah negara yang dijajah pasti akan berubah ideologinya, menjadi lebih cenderung kepada negara yang menjajah. Tak heran, kata pemerintahan yang demokratis selalu disematkan setiap kali pemerintah boneka didirikan di bekas negara yang diduduki penjajah. Kata-kata tipuan seperti itu seudah seharusnya bisa dilihat dengan jelas karena sudah berkali-kali dimainkan, atau apakah kita semua buta? Â
      Hal-hal penting yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari peristiwa di atas adalah kemenangan itu tidak bisa diraih dengan terburu-buru maupun tergesa-gesa. Butuh kesabaran dan koordinasi yang baik untuk mempertahankan kedaulatan bangsa. Bangsa yang sudah memiliki ideologi sendiri tentu akan mempertahankannya mati-matian demi keutuhan dan persatuan. Serangan ideologi dari luar itu jauh lebih dahsyat dibandingkan serangan peluru dan bom. Kenapa? Karena serangan ideologi akan memberikan perpecahan, menceraiberaikan dan adu domba, yang dijadikan sebagai metode politik saat Belanda menguasai negeri ini dahulu, terbukti dapat memberikan hasil yang lebih baik ketimbang serangan langsung ke pusat-pusat kota saat perang mempertahankan kemerdekaan berlangsung. Hitungan ketika serangan ideologi itu berhasil bisa mecapai abad, tidak seperti serangan fisik yang bisa jadi hanya dalam skala harian hingga tahunan.
      Kota Bandung yang terbakar, Jakarta yang jatuh, serta Yogyakarta yang sejenak tunduk, dapat bangkit dalam sekejap karena sudah ada kepahaman bersama untuk meraih kemerdekaan. Saat itu ideologi asing tidak begitu dapat masuk dan melakukan penetrasi, karena semuanya fokus kepada usaha-usaha mempertahankan kemerdekaan. Semua elemen bangsa bersatu di dalam ideologi perjuangan meraih kemerdekaan. Barulah setelah komunisme merusak kehidupan politik berbangsa dan bernegara, negeri ini harus kembali berhadapan dengan bangsanya sendiri.
      Oleh karena itu konsep pertahan dan keamanan bangsa dan negara, utamanya adalah pertahanan akan pandangan hidup bangsa yang tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa.
      Sebuah negara akan sangat bergantung kepada pemimpinnya, pemimpin yang bisa membawa bangsanya bersatu di bawah satu ideologi bersama. Nah, ideologi itu harus bisa menjawab tantangan segala masa, segala zaman, ia tidak harus diupdate atau malah digantikan ketika zaman berubah. Ideologi itu pastilah berasal dari zat yang tak pernah mati, selalu ada dan Maha segala-galanya. Hanya dengan menggantungkan diri kepada-Nya maka ideologi yang ada pun dapat menjadi tameng ketika serangan datang dari luar. Harusnya ketika para pemimpin-pemimpin dapat melihat itu semua, sebuah negara dapat bertahan dari serangan ganas ideologi yang merusak yang datangnya dari luar.
      Teknologi kerap dijadikan sebagai alat untuk membawa ideologi dan cara hidup bangsa lain. Ia dapat digunakan sebagai sarana untuk menyerang, yang tanpa disadari akan mengubah cara hidup masyarakat di sebuah negara. Lihat saja bedanya sekarang ketika hampir seluruh manusia di Nusantara memegang gadget, kesehariannya sangatlah berbeda dengan dahulu ketika pos yang mengirimkan surat dari kertas masih sangat dirindukan dan dinantikan kehadirannya. Tingkat kemudahan akses kepada hal-hal yang merusak seperti judi online, pornografi, dan kejahatan cyber sekarang sudah mengalahkan persentase kejadian di masa-masa ketika surat menyurat masih menjadi hal biasa. Perlu adanya mekanisme pertahanan yang kuat, yang hal ini tidak terdapat secara fisik, namun berada di tingkatan lain, yakni norma, tata krama, dan aturan agama.
      Kebanyakan dari kita tidak menyadari betapa efektifnya kekuatan norma, tata krama, dan aturan agama di Nusantara ini dalam melakukan mekanisme filter terhadap serangan ideologi serta cara hidup sehari-hari. Mereka yang dekat dengan agamanya tentu lebih cenderung bisa mengendalikan diri dalam mengakses hal-hal yang berbahaya dan tidak bermanfaat sama sekali. Sejak komunisme hingga demokrasi yang memelihara suara-suara setan, pertahanan dari hal-hal yang tak kasat mata ini selalu bisa diatasi oleh mereka yang dekat dengan Tuhan.
      Agama yang diturunkan oleh-Nya memiliki aturan dan tentu saja tafsir terhadap ayat-ayatnya, baik yang maknanya jelas maupun samar. Perlu pemahaman yang komprehensif untuk memahami perubahan zaman dan menghadapi ancaman yang bakal datang dibaliknya. Ulama atau pemimpin agama bahkan selalu menjadi penasehat utama raja-raja di Nusantara untuk mewujudkan keamanan. Inilah bagian krusial dari pertahanan Bangsa dan Negara, dimana mereka yang paham betul mengenai aturan Tuhan menjadi penasehat-penasehat raja untuk menjaga pertahanan dan keamanan bangsa.