Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Kehidupan

29 Desember 2023   08:48 Diperbarui: 29 Desember 2023   08:50 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen karya Rendy Artha Luvian.

Sobekan kertas itu ternoda setitik bercak berwarna kuning, merah, dan hitam. Di atasnya tertulis sebuah kalimat sederhana, ditulis dihari terakhir ayahanda tinggal di dunia. Bentuk tulisannya terlihat masih kokoh saat ku menerimanya, namun bercak yang mungkin berasal dari penyakit ayah tak mungkin bisa kulupakan sampai saat ini. Kadang jika kulihat bercak berwarna sama di kertas biasa, ingatanku hampir selalu melayang ke kertas itu, di waktu dulu saat kukecil.

'Jagalah tali agama Allah sampai mati', itu tulisan yang tertera di atas cuilan kertas kecil di hari ayahku meninggalkan kami semua, diriku, ibu serta adikku. Kami sungguh berduka dan kehilangan sekali apalagi dua tahun setelah itu krisis ekonomi menghantam negeri ini. Ibu harus membanting tulang dan mengatur ekonomi keluarga sekuat tenaga supaya kami bertiga dapat terus bertahan hidup. Kadang kurelakan uang jajanku sebulan untuk ditabung saja, demi menghadapi masa depan yang pasti lebih susah.

Baca juga: Perempuan Mulia

Pesan ayah di selembar kertas kecil itu tak pernah kulupakan dan selalu kujaga setiap hari. Ada beberapa makna penting dari pesan itu, yang pertama tentu berarti Sholat. Satu-satunya arti pesan ayah yang bisa kutangkap sewaktu SD dahulu berasal dari hadis nabi Muhammad SAW, "Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat." (HR. Ahmad 5: 251). Maka sejak saat itu sholat lima waktu selalu kuusahakan untuk kukerjakan, tak pernah kutinggalkan dan sudah menjadi kebiasaan dalam keseharianku.

Semakin beranjak dewasa, semakin kutahu kalau ada makna lain dari tali agama Allah. Dulu ayah sempat berpesan kepadaku langsung, ketika itu dia menjemputku dari rumah teman saat aku kelas tiga SD. 'Besok kalau besar cari teman yang baik ya Nak', entahlah kenapa tetapi kata-kata itu juga sering terngiang di benakku, memberikan hubungan yang kuat kepada pesan yang dituliskannya untukku. Berkumpulah dengan orang-orang sholeh, itu hal yang kutangkap dari pesan ayah ketika ku mulai beranjak remaja.

Memilih-milih teman sepermainan yang sama-sama rajin sholat, mengaji, dan baik tutur kata serta perilakunya menjadi karakterku sejak itu hingga saat ini. Masa-masa SMA dan kuliah banyak kuhabiskan bersama mereka yang dekat dengan masjid, enggan rasanya diri ini jika harus ikut mereka yang suka berfoya-foya dan menghabiskan waktunya dengan hal haram. Lebih baik sesekali mengaji Al-Quran sambil bermain dan belajar. Untunglah keadaan ekonomi membaik kala itu, sertifikasi guru yang didapat oleh ibuku serta kegigihanku dalam menabung sambil mengambil pekerjaan sampingan saat kuliah membantu kondisi keluarga kami.  

Meskipun sempat terputus karena harus bekerja di luar Jawa, tapi akhirnya aku kembali lagi mengaji bersama saat pandemi datang. Walau hanya pertemuan rutin yang dilakukan secara online, karena tempat tinggal yang mengikuti tempat bekerja, kehadiran orang-orang sholeh di kehidupan kita sungguh sangat menentramkan.

Kini setelah memiliki seorang anak perempuan pun, aku tetap terus menjaga pesan Ayah. Pergaulan di kantor dan di masyakat sekitar tempat tinggal selalu kuusahakan dekat dengan mereka yang sama-sama beribadah lima waktu. Anakku kupilihkan sekolah yang juga bernafaskan Islam supaya ia terbiasa bergaul dengan mereka yang sama-sama berada dalam agama Allah.

Peran dan dampak sahabat serta orang dekat di sekitar kita sangatlah besar, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Oleh karena itulah selalu kujaga pergaulan diri dan keluarga serta anak supaya selalu dekat dengan mereka yang sholeh dan sholehah. Hanya teman yang baik lah yang selalu setia apapun keadaan kita, baik suka maupun duka, dan hanya mereka yang sholeh dan sholehah lah yang akan terus menemani hingga akhirat nanti.           

Itulah pesan yang dititipkan Ayah kepadaku menjelang kematiannya, menjadi sebuah pesan kehidupan yang begitu penting. Menuntunku untuk selalu menjaga sholat, memilih teman yang baik, rutin mengaji kitab Allah. Alhamdulillah Allah selalu menjaga dan membimbing diri ini di setiap episode hidup yang terus berjalan. Semoga negeri ini nantinya juga bisa ikut menjaga 'tali agama Allah' supaya kehendak langit tak lagi berpisah dengan bumi, sebagai sebuah harapan dan doa, seperti pesan Ayah padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun