Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menatap Kekerasan Domestik: Antara Angka Statistik dan Kisah Tragis di Jagakarsa

21 Desember 2023   10:53 Diperbarui: 21 Desember 2023   11:37 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

Kasus Tragis di Jagakarsa: Mengungkap Wajah Kekerasan

Tapi, kekerasan tidak hanya tentang angka dan statistik. Di Jagakarsa, Jakarta Selatan, empat anak berinisial VA (6), SP (4), AR (3), AS (1) ditemukan tewas dalam satu kamar di sebuah rumah kontrakan pada Rabu, 6 Desember 2023. Terungkap berawal dari kecurigaan warga sekitar yang mencium aroma tidak sedap, ayah keempat anak itu, P, ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan anak-anaknya. Selain itu, P juga menjadi tersangka kasus KDRT terhadap istrinya, D.

Inilah realitas yang mengiris, menghadirkan tragedi yang nyata. Angka sekarang memiliki wajah dan nama, memberikan dimensi lain pada laporan statistik yang terkadang terasa dingin dan jauh.

Dari Kekerasan ke Pemahaman: Peran Masyarakat yang Peka

Dalam menghadapi pandemi kekerasan ini, panggilan untuk kesadaran masyarakat menjadi semakin mendesak. Kementerian PPPA menekankan pentingnya memiliki sensitivitas terhadap kondisi keluarga yang mengalami kekerasan. Tetangga, teman, dan keluarga dekat harus lebih sensitif terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi pada anak-anak dan perempuan yang masih terjebak dalam ketidakamanan.

Kita tidak bisa lagi membiarkan kekerasan menjadi cerita yang hanya terbaca dalam angka. Kita harus mengubah cerita itu menjadi perjuangan kolektif melawan segala bentuk ketidakadilan dan kekerasan. Dengan membuka mata dan telinga, kita dapat menjadi agen perubahan yang mendorong transformasi sosial menuju masyarakat yang lebih aman dan peduli.

Menilai angka dan statistik hanyalah langkah awal. Merenung lebih dalam dan meresapi kisah nyata di balik setiap data adalah tanggung jawab kita sebagai masyarakat yang ingin melihat perubahan. KDRT tidak hanya menimpa keluarga atau individu; ini adalah cerminan dari kelemahan dalam masyarakat kita.

Kita harus bersatu melawan kekerasan, memberikan suara bagi mereka yang terdiam, dan membentuk masyarakat yang menghormati hak asasi manusia. Dengan melakukan itu, kita tidak hanya mengisi kolom-kolom statistik, tetapi juga mengisi hati dan pikiran dengan pemahaman, empati, dan tekad untuk menciptakan perubahan yang lebih baik.

sumber: berbagai sumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun