Musim Kemarau dan Kebakaran Hutan: Dua Penyebab Utama
Musim kemarau di Indonesia telah menjadi periode kritis yang memperburuk kualitas udara. Tahun 2023, peristiwa El Nino moderat dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif menyebabkan cuaca menjadi lebih panas dan kering. Hal ini mengakibatkan penurunan curah hujan, mengeringkan tanah, dan meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan.
Di Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, kebakaran hutan dan lahan menjadi penyebab utama memburuknya kualitas udara. Asap tebal yang mengendap di udara tidak hanya mengganggu kesehatan masyarakat setempat tetapi juga merambah ke wilayah lain. Hal serupa yang juga terjadi di Sumatera Selatan.
Fenomena Lapisan Inversi: Jakarta di Bawah Kabut
Kota Jakarta memiliki fenomena khusus yang disebut sebagai "lapisan inversi" selama musim kemarau. Fenomena ini terjadi ketika udara di permukaan bumi cenderung lebih dingin dibandingkan dengan udara di atasnya. Lapisan inversi ini berfungsi sebagai "tutup" yang mencegah udara tercampur dan terdiversi. Hasilnya, polutan tetap terperangkap di lapisan udara yang lebih rendah, menjadikan Jakarta terlihat keruh dan penuh dengan kabut.
Semua faktor ini, mulai dari emisi kendaraan, pembangkit listrik, hingga kebakaran hutan dan fenomena lapisan inversi, saling berhubungan dan saling mempengaruhi, menciptakan tantangan kompleks dalam upaya menjaga kualitas udara yang baik.
Langkah-langkah Meningkatkan Kualitas Udara
Meningkatkan kualitas udara yang layak untuk dihirup adalah tugas bersama yang dapat kita capai melalui langkah-langkah konkret. Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kualitas udara:
Beralih ke Energi Bersih: Investasi dalam sumber energi bersih, seperti energi surya dan angin, serta mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, adalah langkah penting. Ini dapat dilakukan melalui kebijakan pemerintah yang mendukung energi terbarukan dan insentif untuk kendaraan listrik.
Transportasi Berkelanjutan: Mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan, seperti berjalan kaki, sepeda, dan angkutan umum yang ramah lingkungan, dapat mengurangi emisi dari kendaraan bermotor. Peningkatan infrastruktur untuk transportasi umum yang efisien juga diperlukan.
Pengelolaan Lalu Lintas yang Efisien: Mengurangi kemacetan lalu lintas dapat mengurangi emisi polutan. Ini melibatkan perencanaan perkotaan yang bijak, penggunaan teknologi untuk mengelola lalu lintas, dan promosi carpooling.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya