Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

EYD - Transformasi Bahasa Menjadi Sempurna

16 Agustus 2023   06:09 Diperbarui: 16 Agustus 2023   06:19 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni mengungkapkan pikiran dan emosi telah lama menjadi ciri khas manusia. Bahasa, sebagai sarana komunikasi utama, memainkan peran krusial dalam peradaban kita. Di balik kata-kata yang kita pilih, tersembunyi sejarah panjang dan perubahan yang tidak terelakkan. Salah satu perubahan penting dalam evolusi bahasa Indonesia adalah peralihan dari ejaan-ejaan sebelumnya ke Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Mengulik Akar: Ejaan Van Ophuijsen dan Titik Awal

Pada pergantian abad ke-20 sebuah revolusi bahasa memulai langkah pertamanya. Ejaan Van Ophuijsen, yang diperkenalkan oleh C. C. Berg, menjadi fondasi bagi pengembangan ejaan bahasa Indonesia. Saat itu, ejaan Van Ophuijsen tak hanya membawa perubahan segar, namun juga menimbulkan tantangan baru. Penggunaan tanda hubung berlebihan dan "oe" untuk bunyi /u/ adalah beberapa ciri yang memberikan sentuhan khas pada ejaan tersebut.

Jejak Soewandi: Menuju Pembebasan Bahasa

Setelah dua dekade berlalu sejak penemuan ejaan Van Ophuijsen, tahun 1947 adalah tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Kemerdekaan yang baru saja dicapai membawa harapan baru, termasuk harapan untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme bahasa. Inilah saatnya munculnya "Ejaan Soewandi," sebuah perubahan ejaan yang membawa semangat dekolonisasi. Soewandi, seorang ahli bahasa Indonesia, mengusulkan perubahan yang tidak hanya mencakup ejaan, tetapi juga menghargai pelafalan sehari-hari.

Ejaan Soewandi menghilangkan tanda hubung yang merajalela, mengganti "j" dengan "y", dan menyesuaikan suku kata pendek dengan pelafalan yang tepat. Tindakan ini melambangkan semangat perubahan, ketidak bergantungan lagi pada model ejaan Belanda, dan keberanian untuk menjunjung tinggi identitas bahasa Indonesia.

Tahun 1972: Kelahiran EYD

Akhirnya standardisasi yang paten terdengar jelas pada 17 Agustus 1972, ketika pemerintah Indonesia, di bawah pimpinan Presiden Soeharto, meresmikan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 1972 mengukuhkan EYD sebagai standar ejaan baru. Prosesnya bukanlah tanpa perdebatan, melibatkan kolaborasi para ahli bahasa dan kebijakan pemerintah untuk merumuskan ejaan yang lebih konsisten dan mudah dimengerti.

Dalam langkah monumental ini, EYD mengusung serangkaian perubahan. Tanda hubung yang berlebihan ditinggalkan, "dj" kini diganti dengan "j", dan penggunaan huruf kapital diatur dengan lebih terperinci. Tujuannya adalah menghadirkan konsistensi ejaan yang mendukung komunikasi yang lebih efektif.

Namun, lebih dari sekadar perubahan-perubahan yang terlihat, EYD menggali lebih dalam ke dalam struktur bahasa Indonesia. Pengenalan "y" menggantikan "j" bukan hanya soal huruf, melainkan soal memahami perubahan dalam bunyi dan pelafalan. Ini adalah tonggak penting dalam evolusi bahasa, mencerminkan respons terhadap perkembangan fonetik dan perubahan dalam cara kita berbicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun