Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perdagangan Manusia di Indonesia: Menghadapi Kondisi Darurat yang Memprihatinkan

31 Juli 2023   11:01 Diperbarui: 31 Juli 2023   16:42 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

Tanggal 30 Juli setiap tahunnya, dunia memperingati Hari Anti Perdagangan Manusia Internasional. Hari ini diangkat untuk memberikan peringatan kepada banyak orang tentang kenyataan pahit bahwa praktik perdagangan manusia masih berlangsung di muka bumi. 

Meskipun sudah berlalu begitu lama sejak Konvensi Pemberantasan Perdagangan Orang dan Eksploitasi Pelacuran Orang dibentuk oleh PBB pada tahun 1949, praktik ini masih menghantui dan merenggut masa depan manusia. 

Tujuan dari peringatan ini adalah untuk membuka mata dunia terhadap bahaya dan dampak buruk perdagangan manusia serta mengajak kita semua untuk berjuang mengakhiri praktik ini yang menghancurkan kehidupan banyak orang.

Indonesia, sebagai salah satu negara yang telah diakui dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri Amerika tentang Perdagangan Manusia (Trafficking in Persons), menduduki posisi Tier 2. 

Laporan ini menunjukkan adanya upaya yang signifikan dari pemerintah Indonesia dalam memberantas praktik perdagangan manusia, tetapi juga mencatat bahwa negara ini belum sepenuhnya memenuhi standar minimum yang ditetapkan. TIPs memiliki empat kategori, yakni Tier 1, Tier 2 , Tier 2 Watchlist, dan Tier 3 (status terburuk dalam hal penanganan praktik perdagangan orang).

Gabriel Goa, seorang tokoh penting dalam bidang Hak Asasi Manusia di Indonesia, menyatakan keprihatinannya tentang kondisi perdagangan manusia saat ini. Menurutnya, Indonesia telah menjadi wilayah pengirim dan juga menjadi destinasi bagi perdagangan manusia. 

Modus operandinya semakin kompleks, dengan kerja paksa dan potensi eksploitasi seksual yang mencengkeram berbagai wilayah, termasuk Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur yang dulunya hanya menjadi wilayah pengirim. 

Fenomena ini menunjukkan ironi yang menyedihkan bahwa Indonesia sekarang harus berhadapan dengan permasalahan di dalam negeri yang selama ini menjadi sorotan ketika membahas perdagangan manusia.

Dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri Amerika tentang Perdagangan Manusia, diperkirakan bahwa pada tahun 2020, antara 70 hingga 80 ribu anak dijual untuk industri seks di Indonesia, dengan mayoritas korban berada di pulau Bali yang selama ini dikenal sebagai destinasi pariwisata. 

Sementara kerja paksa terjadi di perkebunan kelapa sawit di berbagai tempat di Indonesia. Fenomena ini semakin menguatkan pandangan bahwa perdagangan manusia adalah situasi modern slavery yang mengenaskan.

Pater Feliks, seorang tokoh agama yang aktif dalam advokasi melawan perdagangan manusia, menyatakan keprihatinannya terhadap jumlah migran asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal di luar negeri. 

Sejak tahun 2018 hingga Juni 2023, telah tercatat 520 korban meninggal, dan dia meyakini bahwa angka sebenarnya bisa lebih tinggi karena beberapa wilayah belum melaporkan data secara akurat. Jumlah kematian yang tragis ini harus menjadi peringatan serius bagi masyarakat untuk tidak lagi terjebak dalam praktik kekejaman perdagangan manusia.

Namun, fenomena ini menimbulkan pertanyaan serius tentang apa yang menyebabkan aspiran masih tergoda untuk menjadi korban praktik perdagangan manusia. 

Pater Feliks menjelaskan bahwa jaringan sindikat perdagangan manusia menggunakan propaganda dan iming-iming pekerjaan yang bagus dan upah tinggi untuk menarik aspiran dari desa-desa yang kehilangan lahan dan hak-hak mereka akibat dampak pandemi COVID-19. 

Jaringan ini memiliki cara-cara canggih untuk menyusun kampanye yang menarik dan menyelubungi praktik kejahatan mereka dengan baik, sehingga aparat keamanan dan petugas di pelabuhan atau perjalanan darat kesulitan untuk mendeteksi dan mencegahnya.

Dalam situasi yang semakin darurat ini, pemerintah Indonesia harus meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat tentang perdagangan manusia serta modus-modus yang sulit dikenali. Kampanye edukasi harus ditingkatkan untuk membantu masyarakat mengenali tanda-tanda peringatan dan melaporkan dugaan kasus ke pihak berwenang. 

Perlunya kolaborasi dan kerja sama antarlembaga pemerintah dan LSM dalam memberantas jaringan perdagangan manusia tidak dapat diabaikan. Upaya ini harus ditingkatkan dengan pendekatan yang komprehensif, meliputi penguatan regulasi dan penegakan hukum, serta dukungan dan rehabilitasi bagi korban yang berhasil diselamatkan.

Penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk bersatu melawan perdagangan manusia. Sindikat perdagangan manusia mungkin menggunakan cara-cara canggih untuk menarik korban, tetapi jika kita semua bersama-sama meningkatkan kesadaran, tidak ada perbudakan modern yang tidak bisa diatasi. Jangan biarkan tragedi kehilangan nyawa di luar negeri dan eksploitasi di dalam negeri terus berlanjut. 

Mari bersama-sama memerangi perdagangan manusia, menjaga setiap nyawa, dan menciptakan Indonesia yang lebih aman dan manusiawi bagi semua warganya.

Perang melawan perdagangan manusia adalah perjuangan yang panjang dan kompleks. Namun, kita tidak boleh menyerah. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, agama, dan seluruh masyarakat harus bersatu dan berkomitmen untuk memberantas praktik kekejaman ini. Kita harus menjadi suara bagi mereka yang tak terdengar, dan tangan yang membantu mereka yang terjebak dalam jerat perdagangan manusia. 

Mari bersama-sama menjaga masa depan manusia dan menciptakan dunia yang bebas dari perbudakan modern. Hanya dengan solidaritas dan kerja sama yang kuat, kita dapat melawan praktik perdagangan manusia dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.

Sebagai bangsa yang berkomitmen pada hak asasi manusia, Indonesia harus menunjukkan keseriusannya dalam menghadapi tantangan ini. Peringatan Hari Anti Perdagangan Manusia Internasional harus menjadi momen refleksi dan aksi nyata untuk mengakhiri perdagangan manusia. 

Marilah kita bersama-sama mengejar visi dunia tanpa perdagangan manusia dan memastikan bahwa hak-hak setiap individu dihormati dan dilindungi. Saatnya untuk menjadi garda terdepan melawan perbudakan modern dan mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi kita semua.

Sumber data: voaindonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun