Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pertambangan Nikel dan Lithium di Indonesia: Menyeimbangkan Potensi Ekonomi dan Konservasi Alam

14 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 14 Juli 2023   07:04 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Senin 3 Juli 2023 lalu Presiden Jokowi menuju Sydney untuk kunjungan resmi guna mendorong ambisi Jakarta sebagai pusat baterai kendaraan listrik dengan memanfaatkan sumber daya lithium melimpah di Australia.

Australia adalah tempat bagi setengah dari sumber daya lithium dunia, komponen kunci dalam baterai kendaraan listrik, dan Widodo telah mengajak Albanese untuk bekerjasama dalam produksi baterai kendaraan listrik saat KTT G20 di Bali pada bulan November.

Pada bulan Februari, Kamar Dagang Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Australia Barat untuk lebih jauh mengeksplorasi kemitraan tersebut. Negara bagian yang kaya akan sumber daya alam ini mengungkapkan bahwa lithium akan segera menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber pemasukan terbesar kedua. Hampir seluruhnya dijual ke China, pasar kendaraan listrik terbesar di dunia, namun pemerintah Australia berkeinginan untuk mendiversifikasi rantai pasokan mineral penting dari Beijing karena meningkatnya ketegangan politik.

Di balik potensi ekonomi yang menjanjikan, pertambangan nikel di Indonesia juga menimbulkan masalah serius terkait dampak lingkungan. Dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, perlu diperhatikan baik potensi nikel Indonesia maupun dampak lingkungannya.

Salah satu masalah lingkungan yang signifikan terkait dengan pertambangan nikel adalah pencemaran air. Air limbah dari aktivitas pertambangan mengandung partikel-partikel yang mencemari sumber air, seperti ore nikel yang terbuang ke perairan. Dampaknya terasa di berbagai daerah, termasuk Air Terjun dan Sungai Toduku, di mana air tercemar telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat sekitar. Meskipun tercemar, warga masih terpaksa menggunakan air tersebut karena keterbatasan pilihan. Bagi mereka yang memiliki kemampuan ekonomi, mereka dapat membeli air kemasan, namun bagi mereka yang berpenghasilan rendah, mereka tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan air yang tercemar tersebut. Hal ini mencerminkan kesenjangan sosial yang terjadi di tengah pertambangan nikel yang menguntungkan secara ekonomi.

Selain pencemaran air, pembongkaran hutan di daratan hingga pesisir juga menjadi dampak lingkungan yang serius. Perusahaan tambang nikel seringkali melakukan pembongkaran hutan yang luas untuk membuka lahan pertambangan. Hal ini berdampak pada hilangnya habitat alami dan keanekaragaman hayati, serta mengancam keseimbangan ekosistem. Air Cermin dan Sungai Loji, yang sebelumnya menjadi sumber air bersih untuk masyarakat sekitar, kini telah lenyap akibat pembongkaran tersebut. Di Pulau Obi, Sungai Ake Lamo, sungai terbesar di pulau tersebut, juga mengalami kerusakan akibat pembongkaran oleh perusahaan tambang. Bukit-bukit dan daerah aliran sungai yang telah dikupas mengakibatkan sungai ini menjadi tercemar dan rusak.

Dalam menghadapi dampak lingkungan dari pertambangan nikel, perlu diambil langkah-langkah yang efektif untuk meminimalkan kerusakan dan melindungi ekosistem. Pertama-tama, pemerintah Indonesia perlu menerapkan regulasi yang ketat terkait lingkungan dan pengelolaan limbah tambang. Pengawasan yang ketat terhadap perusahaan tambang juga diperlukan untuk memastikan bahwa mereka mematuhi standar lingkungan yang ditetapkan. Upaya pencegahan pencemaran air dan pemulihan kualitas air di sekitar tambang harus menjadi prioritas.

Selain itu, upaya rehabilitasi dan pemulihan ekosistem harus dilakukan setelah tambang ditutup. Restorasi lahan tambang dan daerah aliran sungai yang rusak harus menjadi fokus utama. Pemulihan hutan dan tumbuhan asli serta pemulihan kualitas air menjadi penting untuk memperbaiki ekosistem yang terganggu. Di samping itu, penting untuk melibatkan masyarakat setempat dalam upaya pemulihan. Masyarakat harus diberdayakan dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan. Mereka juga perlu diberikan pengetahuan dan pelatihan terkait pengelolaan lingkungan agar mereka dapat terlibat secara aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan di daerah mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa industri pertambangan nikel memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Namun, dalam memanfaatkan potensi nikel ini, perlu diingat bahwa perlindungan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat juga harus menjadi prioritas. Tantangan nyata dihadapi dalam mengelola pertambangan nikel secara bertanggung jawab. Pemerintah, perusahaan tambang, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mencapai keselarasan antara pengembangan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

Di samping itu, perlu diingat bahwa masalah lingkungan yang dihadapi oleh pertambangan nikel di Indonesia juga memiliki implikasi global. Sebagai produsen terbesar nikel di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Kolaborasi dengan negara-negara lain dalam mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas juga penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun