Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Merefleksikan Masa Depan Melalui Hari Internasional Anak Afrika

16 Juni 2023   10:10 Diperbarui: 16 Juni 2023   10:19 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Anak-Afrika Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Juni untuk menghormati dan meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak-anak di seluruh benua Afrika. Di tengah keindahan dan kekayaan alam Afrika yang memukau, sayangnya, masih banyak anak di benua ini yang menghadapi kesulitan dan pelanggaran hak asasi manusia. Kemiskinan, ketidaksetaraan, konflik bersenjata, akses terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, dan air bersih, serta berbagai bentuk eksploitasi, adalah beberapa masalah yang dihadapi oleh anak-anak di Afrika.

Ketika kita melihat statistik pendidikan di Afrika, terdapat beberapa fakta yang harus diperhatikan. Menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), pada tahun 2021, lebih dari 30 juta anak di Afrika Sub-Sahara tidak mengenyam pendidikan dasar. Masih ada kesenjangan gender yang signifikan, di mana anak perempuan sering kali menghadapi hambatan akses yang lebih besar dibandingkan dengan anak laki-laki.

Kemiskinan juga menjadi masalah serius yang mempengaruhi anak-anak Afrika. Menurut data Bank Dunia terbaru, pada tahun 2021, sekitar 41% penduduk di Sub-Sahara Afrika hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem. Angka ini menggambarkan persentase penduduk yang hidup dengan pendapatan kurang dari $1,90 per hari, yang merupakan ukuran kemiskinan ekstrem yang ditetapkan oleh Bank Dunia. Kemiskinan ekstrem adalah kondisi yang mengindikasikan kekurangan ekstrem dalam akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, perumahan, pendidikan, dan layanan kesehatan. Kondisi ini memiliki dampak langsung terhadap kesehatan dan pendidikan anak-anak.

Tidak hanya itu, ancaman terhadap kesejahteraan anak juga mencakup masalah kesehatan. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa 1 dari 13 anak meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun di Afrika Sub-Sahara. Masalah gizi buruk juga masih menjadi masalah yang serius di beberapa negara.

Konflik dan kekerasan juga menyebabkan dampak yang merugikan bagi anak-anak Afrika. Laporan UNICEF mengatakan selama lima tahun terakhir konflik di kawasan itu meningkat pesat. Lebih dari 21 ribu anak-anak direkrut pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata. Sejak tahun 2016 lebih dari 2.200 anak di kawasan itu juga menjadi korban kekerasan seksual. UNICEF menambahkan lebih dari 3.500 anak-anak diculik. Kondisi ini membuat kawasan Afrika Barat dan Tengah menjadi kawasan dengan angka penculikan tertinggi kedua di dunia.

Masalah kesehatan seperti HIV/AIDS, malaria, dan malnutrisi juga terus mempengaruhi anak-anak di benua ini, karena akses terhadap perawatan medis yang memadai sering kali tidak tersedia. Air bersih yang aman juga masih menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi bagi banyak anak-anak Afrika, menyebabkan risiko penyakit dan kondisi pemenuhan kebutuhan dasar yang buruk.

Menurut data dari WHO dan UNICEF, wilayah Sub-Sahara Afrika masih merupakan fokus perhatian. Diperkirakan sebanyak 80% orang yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum yang telah berkembang berada di Sub Sahara Afrika, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Akibat pertumbuhan penduduk selama 1999-2004, jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum di Sub-Sahara Afrika meningkat hingga 23%. Kini, hanya 56 % penduduk yang memiliki akses terhadap penyediaan air minum yang telah berkembang. Hanya 37% dari penduduk di Sub-Sahara Afrika memiliki akses terhadap sanitasi dasar pada tahun 2004, dibandingkan dengan rata-rata di seluruh dunia, sebesar 59%.

Bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan gempa bumi juga dapat menghancurkan infrastruktur pendidikan dan kesehatan, meningkatkan kerentanan anak-anak.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi komunitas internasional untuk bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat di Afrika. Bantuan pembangunan yang berkelanjutan perlu diberikan untuk memperkuat infrastruktur pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan akses terhadap air bersih yang aman. Program-program pendidikan dan pelatihan bagi guru dan tenaga medis juga harus didukung agar mereka dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada anak-anak.

Selain itu, perlu juga dilakukan investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan air bersih di daerah pedesaan yang terpencil. Teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk memberikan pendidikan jarak jauh kepada anak-anak yang tidak dapat mengakses sekolah secara fisik. Inovasi dalam bidang kesehatan juga dapat memperluas jangkauan layanan medis dan mempercepat diagnosis dan pengobatan penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun