Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspada terhadap Lonjakan Kasus Hipertensi di Indonesia

9 Juni 2023   14:32 Diperbarui: 9 Juni 2023   14:35 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: freepik.com

Hipertensi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Jumlah pengidap hipertensi yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan RI mencapai angka yang mengkhawatirkan, dengan lebih dari 70 juta warga Indonesia, atau lebih dari 34 persen populasi, menderita kondisi ini. Data dari Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa setidaknya satu dari setiap tiga orang di Indonesia mengidap hipertensi. Angka ini mengindikasikan tingginya prevalensi penyakit ini di tengah masyarakat.

Tingginya angka prevalensi hipertensi menjadi perhatian serius, terutama jika melihat peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tren ini. Dalam data tersebut, kelompok usia pengidap hipertensi pada usia 25 tahun ke atas mencapai 20,10 persen, sementara di kelompok dewasa muda antara usia 34 hingga 44 tahun mencapai 31,60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya kelompok usia yang lebih tua yang terpengaruh, tetapi juga kelompok usia yang lebih muda.

Prevalensi hipertensi yang tinggi ini juga memiliki perbedaan berdasarkan jenis kelamin. Data menunjukkan bahwa 36,80 persen perempuan dan 31,3 persen pria mengidap hipertensi. Hal ini mengindikasikan bahwa hipertensi tidak mengenal batasan gender dan memengaruhi kedua kelompok secara signifikan.

Faktor risiko yang berkontribusi pada prevalensi tinggi hipertensi di Indonesia adalah gaya hidup yang tidak sehat. Aktivitas fisik yang minim, pola makan yang buruk, dan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) yang berlebihan menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji telah mengatur batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang dianjurkan. Namun, sayangnya, banyak masyarakat Indonesia masih melebihi batas tersebut.

Asupan gula yang berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas dan resistensi insulin, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hipertensi. Begitu pula dengan asupan garam yang berlebihan, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Lemak jenuh dan trans yang berlebihan dalam makanan juga dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Tingginya prevalensi hipertensi juga berhubungan dengan gaya hidup yang kurang aktif. Aktivitas fisik yang minim dan kurangnya olahraga dapat menyebabkan peningkatan berat badan, tekanan darah tinggi, dan penurunan kebugaran jantung. Menggunakan teknologi modern, seperti komputer dan gadget, seringkali membuat orang menjadi kurang aktif secara fisik.

Pentingnya penanganan hipertensi secara dini tidak dapat diabaikan. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, gagal jantung, dan kerusakan organ lainnya. Oleh karena itu, masyarakat perlu menyadari pentingnya tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat.

Selain itu, penting bagi masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat dengan rajin berobat dan memperhatikan pola makan sehari-hari. Rutin berobat dan memantau tekanan darah secara teratur dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan meminimalkan risiko komplikasi.

Kegiatan olahraga juga memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengendalian hipertensi. Menggunakan minimal 15 hingga 20 menit setiap hari untuk berolahraga dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, mengontrol berat badan, dan menjaga kesehatan jantung. Aktivitas fisik yang bervariasi, seperti jalan cepat, bersepeda, berenang, atau yoga, dapat menjadi pilihan yang baik.

Selain upaya individu, pemerintah juga memiliki peran penting dalam mengatasi epidemi hipertensi ini. Diperlukan kebijakan yang mendukung, termasuk peningkatan aksesibilitas layanan kesehatan. Fasilitas pemeriksaan tekanan darah yang memadai di berbagai daerah perlu disediakan agar masyarakat dapat dengan mudah memeriksa tekanan darah mereka. Kampanye kesadaran juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko hipertensi dan pentingnya mengadopsi gaya hidup sehat.

Untuk memperoleh wawasan yang lebih baik tentang penanganan hipertensi yang efektif, kita dapat melihat beberapa studi kasus di negara lain yang telah berhasil mengurangi tingkat hipertensi.

Jepang, misalnya, telah mencapai kesuksesan dalam mengatasi masalah hipertensi dengan menerapkan pendekatan yang komprehensif. Mereka mengadopsi kebijakan publik yang kuat, termasuk kampanye kesadaran masyarakat yang agresif, pembentukan kelompok dukungan masyarakat, dan peningkatan aksesibilitas pemeriksaan tekanan darah di tingkat lokal. Selain itu, Jepang juga mengatur kegiatan olahraga yang dianjurkan dan mendukung masyarakat untuk menjalani pola makan yang sehat.

Di Finlandia, pemerintah telah berhasil mengurangi prevalensi hipertensi melalui pendekatan yang berfokus pada pola makan. Mereka mempromosikan pola makan kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan ikan, sambil membatasi konsumsi garam, gula, dan lemak jenuh. Kebijakan ini juga didukung oleh kampanye penyuluhan masyarakat yang melibatkan berbagai pihak, seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat kerja.

Di Amerika Serikat, program National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) telah berhasil mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengukuran tekanan darah secara teratur dan pengendalian hipertensi. Program ini menyediakan panduan praktis untuk penanganan hipertensi, mempromosikan perubahan gaya hidup sehat, dan mendukung pemeriksaan tekanan darah yang rutin.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Lonjakan kasus hipertensi yang tinggi, terutama pada kelompok usia 25 tahun ke atas dan dewasa muda, mengindikasikan perlunya tindakan yang lebih serius dalam mengatasi silent killer ini.

Penting bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan risiko hipertensi dan pentingnya mengadopsi gaya hidup sehat. Rutin berobat, mengendalikan pola makan, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah langkah penting dalam mengendalikan tekanan darah dan menjaga kesehatan jantung.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menangani epidemi hipertensi ini. Meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan dan mendukung kampanye kesadaran masyarakat adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi prevalensi hipertensi di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun