Setiap kali waktu lebaran tiba, umumnya dimulai pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia pasti melakukan perjalanan kembali ke kampung halaman. Mereka yang bekerja di kota-kota besar khususnya wilayah Jabodetabek memilih untuk merayakan lebaran bersama keluarga di daerah asal. Hal ini sudah menjadi budaya yang turun termurun di Indonesia apalagi bagi mereka yang berdomisili di Pulau Jawa.
      Begitupun pula menjelang 1 Syawal 1444H lalu, arus mudik ramai lancar seperti tahun-tahun sebelumnya. Seluruh moda transportasi baik yang umum seperti kereta api, pesawat dan bus penuh ketika waktu mudik tiba. Tak sedikit juga yang membawa kendaraan pribadi dari kota-kota besar menuju ke desa dan kota-kota kecil yang menjadi destinasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), volume kendaraan mudik lebaran 2023 tembus 26,4 juta, naik sebesar 45 persen dibandingkan pada periode Lebaran 2022.
      Pergerakan manusia dalam jumlah besar ini tentu akan mempengaruhi kondisi kualitas udara baik di tempat yang ditinggalkan sementara maupun wilayah yang menjadi tujuan utama perjalanan mudik lebaran tahun ini.
       Berdasarkan data kualitas udara PM 2,5 di Jakarta (Kemayoran), nilai rata-rata harian sudah mengalami penurunan drastis pada 11 April 2023 kemudian terus menanjak naik terutama hingga puncak lebaran yakni 20 April 2023. Nilainya kemudian turun kembali hingga 28 April 2023 dan menanjak naik setelah itu menuju garis rata-rata tahun 2022, hal yang menandakan arus balik para pemudik ke kota Jakarta. Berdasarkan grafik, rentang waktu antara tanggal 11 April hingga 28 April 2023, yang ditandai garis berwarna oranye, boleh dikatakan sebagai waktu mudik bagi masyarakat yang bekerja di wilayah ibukota. Nilai PM 2,5 berada di bawah rata-rata tahun 2022, meskipun melampaui rata-rata bulan April 2023 beberapa hari sebelum dan setelah lebaran tiba. Nilai rata-rata tahun 2022 di wilayah Jakarta yang tinggi diduga akibat masih diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada tahun tersebut serta masih terkonsentrasinya manusia di wilayah Jakarta tanpa keleluasaan dan dukungan fasilitas untuk melakukan mudik seperti pada tahun 2023.
      Tak sampai di sini, kita dapat membandingkan data di atas sebagai representasi dari data daerah yang ditinggalkan dengan data kualitas udara di Yogyakarta sebagai salah satu destinasi mudik pada lebaran 1 Syawal 1444H lalu dalam kurun waktu yang sama.
      Di Yogyakarta sendiri sudah terjadi peningkatan konsentrasi rata-rata harian PM 2,5 mulai tanggal 17 April 2023 dan terus naik hingga 10 Mei 2023. Nilainya baru mulai turun menuju ke garis rata-rata tahun 2022 dan rata-rata bulan April 2023 pada 11 Mei 2023. Hal ini dapat menunjukkan keberadaan Kota Yogyakarta yang menjadi salah satu destinasi mudik favorit. Data PM 2,5 rata-rata tahun 2022 di Yogyakarta dan rata-rata bulan April 2023 memiliki nilai hampir sama, hanya berbeda sekitar 0,02 gram/m3.
      Tentunya dengan melihat data ini kita dapat menunjukkan bahwa perpindahan populasi penduduk dapat mengakibatkan perubahan kondisi kualitas udara. Terbukti dengan penurunan kondisi kualitas udara di Yogyakarta dan naiknya kondisi kualitas udara di Jakarta. Â