Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ziarah Kubur Saat Lebaran, Tradisi Khas Indonesia

22 April 2023   15:15 Diperbarui: 22 April 2023   15:18 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik saat lebaran memunculkan sejuta agenda di kampung halaman. Pertama, tentu saja silaturahmi bersama keluarga baik yang dekat maupun yang jauh. Berwisata kemudian menjadi tujuan kedua yang juga tak kalah penting. Mulai hari ketiga lebaran, tempat-tempat destinasi wisata akan banyak dikunjungi oleh mereka yang berkumpul. Warung-warung kuliner juga dipadati pengunjung, tak lagi hanya waktu sore hari tiba hingga malam, namun juga di saat pagi, siang, sore, sampai malam hari.

Kegiatan ketiga yang tak kalah penting, sudah acap dilakukan semenjak kita kecil, apalagi bagi mereka yang keluarganya memang berada di desa atau kampung, tempat untuk berkumpul sedari kecil hingga tutup usia. Ya, bahkan hingga meninggal sekalipun, di sanalah ia akan dibaringkan. 

Penuhnya tempat-tempat pekuburan di kota-kota besar tak menjadi alasan bagi mereka memilih dimakamkan di kampung halaman. Memang hal itu sudah menjadi kebiasaan sejak nenek moyang, karena pilihan untuk berkumpul bahkan setelah ajal datang. Mudahnya untuk berziarah kubur setiap kali pulang ke kampung halaman menjadi salah satu alasan pula mengapa pilihan itu diambil.

 Biasanya acara ziarah dilakukan setelah silaturahmi dengan keluarga inti, di hari pertama sampai hari kedua lebaran. Tradisi ini sudah mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang melaksanakan mudik. Berziarah kubur ke tempat peristirahatan terakhir anggota keluarga, baik itu Kakek, Nenek, Buyut, atau yang lainnya tak pernah ditingggalkan dan menjadi kegiatan rutin yang tak perlu dijadwal.

 Secara hukumnya, tak ada waktu khusus yang dipersyaratkan untuk melaksanakan ziarah kubur, kecuali hanya hari jum’at saja.

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat, maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya." (HR Abu Hurairah). 

Sunnahnya memang hari Jum’at namun biasanya disesuaikan dengan waktu mudik tiba, yakni saat libur lebaran syawal tiba.

Baca juga: Seri Tadabbur Qur

Hal-hal yang dilakukan tentu tak berlebihan, hanya mendoakan saja serta membersihkan area sekitar makam. Tidak meminta yang aneh-aneh kepada leluhur atau memuja secara berlebihan, terutama ketika ziarah dilakukan di makam para wali karena hal itu bisa menuju ke arah syirik. Meminta kepada ahli kubur, memohon pertolongan mereka, tawasul dengan mereka, dan meminta keberkahan dari mereka merupakan hal-hal yang dilarang.

Baca juga: Seri Tadabbur Qur

Cukup dengan doa sederhana agar dosa-dosa mereka yang telah mendahului kita diampuni dan dimaafkan, dilapangkan kuburnya, dan diringankan siksa/azabnya di alam kubur/akhirat. Segala ucapan yang baik merupakan doa bagi mereka yang telah wafat dan mendahului kita semua.

Sejatinya tradisi berziarah ini juga selaras dengan semangat menghargai jasa-jasa para pahlawan yang notabene merupakan para pendahulu kita. Kakek, Nenek, dan buyut adalah orang-orang yang dahulu berjuang demi hidup Ayah, Ibu, Paman, dan Bibi kita. Mereka yang memperjuangkan tempat tinggal, fasilitas hidup, maupun pendidikan orang tua kita.

Tak aneh jika masing-masing dari kita sekarang mendoakan para pendahulu karena atas usahanyalah kita dapat menikmati kehidupan dan pendidikan yang lebih baik saat sekarang ini. Para pahlawan dihargai atas jasa-jasanya melawan penjajah dan sudah lumrah jika menjadi tugas serta kewajiban masing-masing dari kita untuk sekedar mendoakan mereka yang berjasa bagi kedua orang tua dan kehidupan kita di saat sekarang ini.

Ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja utamanya di hari Jum’at namun demikian sudah menjadi tradisi yang mengakar cukup kuat di Indonesia. Saat lebaran tiba adalah saat berkumpul bersama keluarga dan saatnya pula mendoakan para leluhur yang sudah lebih dahulu mendahului kita semua.  

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berziarah ke makam bapak atau ibunya, paman atau bibinya, atau berziarah ke salah satu makam keluarganya, maka pahalanya adalah sebesar haji mabrur. Dan barang siapa yang istiqamah berziarah kubur sampai datang ajalnya maka para malaikat akan selalu menziarahi kuburannya.” (HR Abu Hurairah).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun