Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Puasa dan Kekuatan (Bagian 3 - Selesai)

12 April 2023   17:00 Diperbarui: 12 April 2023   16:56 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perintah berpuasa akhirnya diturunkan..

Allah SWT akhirnya menurunkan perintah berpuasa. Tidak selama 13 tahun di mekah, tidak selama 17 bulan di Madinah. Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa untuk berjihad diperlukan kekuatan, dan kekuatan ada di dua dimensi yang berbeda. Satu yaitu kekuatan eksternal dan yang kedua adalah kekuatan internal.

Perintah berpuasa diturunkan supaya kita dapat memperoleh kekuatan internal dari Allah SWT. Sehingga apabila kita bertempur melawan musuh (berjihad), kita bertempur tidak hanya dengan kekuatan eksternal, namun juga dengan kekuatan internal. Dan umat Islam selalu dapat mengalahkan musuhnya sekuat apapun juga, selama kekuatan internal, kekuatan spiritual yang langsung berhubungan dengan Allah SWT, ada dalam diri mereka.


Hal ini dapat menjelaskan mengapa mujahidin selalu dapat mengalahkan musuh-musuhnya, padahal lawan mereka memiliki persenjataan dan perlengkapan yang jauh lebih hebat dari mereka. Bukan hanya di Afganistan, tapi di seluruh dunia, para mujahidin tidak dapat dengan mudah ditaklukkan. Tidak pernah di belahan dunia manapun juga musuh-musuh Islam dapat dengan mudah menaklukkan para mujahidin yang memiliki iman dan kekuatan internal yang kokoh. Selalu, ketika Islam dikalahkan, hal itu diawali dengan kerusakan iman dan lemahnya kekuatan internal.

Berpuasa merupakan ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah SWT. Bahasa yang digunakan oleh Allah SWT untuk menunjukkan hal ini sungguh sangat intim, "Bila kau berpuasa, kau berpuasa untuk Ku". Bila kita berpuasa kita berpuasa langsung untuk Nya.

Puasa Ramadhan mengetuk pintu-pintu hati kita, Ia datang tidak hanya menghubungkan kita langsung kepada Allah SWT, namun juga membersihkan kita sebersih-bersihnya. Puasa Ramadhan menjadikan diri kita menjadi muslim yang tak ternilai harganya. Kemarin diri ini bisa dibeli hanya dengan seonggok rupiah, sepercik harta duniawi, bahkan sekilas kepuasan semu, puasa Ramadhan pun tiba dan menjadikan diri ini tidak bisa dibeli bahkan dengan satu gunung emas sekalipun. Sungguh, hal ini merupakan sebuah pencapaian yang sangat luar biasa besarnya. 

Puasa Ramadahan mengetuk pintu-pintu hati kita. Bila sebuah panah dipatahkan tentunya hal itu sangatlah mudah, tetapi bagaimana bila ribuan panah menjadi satu? Puasa Ramadhan, memberikan rasa kebersamaan yang kuat bagi kita, di sebuah keluarga, di sebuah desa, di satu wilayah, di seluruh dunia. Setiap muslim berpuasa, dan rasa kebersamaan itu muncul di hati-hati kita. Bulan yang menjadikan kita satu. Tidak hanya ribuan, bahkan jutaan panah menjadi satu, dan itu merupakan kekuatan.

Untuk melawan sesuatu, bertempur setiap harinya, kita membutuhkan lebih daripada kebersamaan. Ketika kita melawan, kita butuh daya tahan. Dan ketika kita berpuasa, kita selalu belajar untuk menahan diri setiap waktunya, setiap harinya. Puasa Ramadhan mendisiplinkan kita, dimana kualitas daya tahan dan kesabaran menjadi sempurna.

"Bila kau bisa berpuasa untuk Ku dari subuh hingga tenggelamnya matahari. Menahan nafsumu dengan puasa hari demi hari, maka mengapa kau tidak bisa hidup untuk Ku ?"

Ia mengubah umat Muhammad SAW pada saat itu menjadi orang-orang yang hidup hanya untuk Sang Maha Hidup. Bila kita korelasikan di kehidupan saat ini, bisakah kita meninggalkan semua yang dilarang Nya, untuk kemudian hidup untuk Nya ?

Ketika seseorang telah siap untuk mengorbankan hidupnya, ia dapat mengalahkan musuh yang jauh lebih kuat dari dirinya. Ketika seseorang telah siap untuk memberikan hidupnya untuk Sang Maha Hidup, ia tak akan dapat dikalahkan. Meskipun ia mati, alasan mengapa ia mengorbankan hidupnya akan selalu hidup, dan di akhiratlah kemenangan yang sebenar-benarnya.


Hidup untuk Allah SWT memberikan kekuatan kepada diri kita. Baik dalam kehidupan maupun di medan perang, dan di setiap pertempuran. Karena hanya mereka yang dapat hidup untuk Nya, hanya mereka, yang dapat mati untuk Nya. Sisanya, hanya seperti debu yang datang dan pergi ditiup angin.

Akhirnya Puasa Ramadhan memberikan umat Muhammad SAW saat itu kekuatan, kekuatan yang memberikan mereka kemenangan di medan pertempuran pertama, Badr.

(sumber: Ceramah Maulana Imran Nazar Hosein, "Fasting And Power")

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun