Selama 13 tahun di Mekah, perintah untuk berpuasa tidak turun padahal kaum Yahudi & Nasrani saat itu memiliki waktu dan tata cara berpuasa sendiri, namun Muhammad SAW bersama kelompok kecilnya saat itu belum diperintahkan untuk berpuasa.
Kemudian datanglah waktu hijrah ke Madinah. Tentu keadaan di Mekkah sangat berbeda dengan di Madinah. Sekarang di Madinah umat Islam merasakan lingkungan yang lebih tenang. Mungkin, saat inilah akan diturunkan perintah berpuasa, sebagaimana umat terdahulu berpuasa.
Tetapi tidak, perintah untuk berpuasa tidak juga turun, bahkan sesuatu yang aneh terjadi ketika umat Islam tiba di Madinah, mereka diharuskan menghadap Jerussalem sebagai arah kiblat dan membelakangi Ka’bah ketika melaksanakan sholat. Tidak pernah ada seorang Arab dalam sejarah yang pernah membelakangi Ka’bah.
Sementara di Madinah, terdapat komunitas besar Yahudi yang sangat berpengaruh dimana para ulama Yahudi juga terdapat di dalamnya. Mengapa mereka di Madinah? Apa yang mereka lakukan di sana?
Yang jelas hal ini menjadi sebuah berita besar yang segera menyebar di komunitas Yahudi. Mereka menganggap pasti ada sesuatu yang penting yang dibawa oleh agama baru ini, karena umat Islam menghadap ke arah yang sama dengan kaum Yahudi dalam beribadah.
Namun tidak cukup sampai disitu, Rasulullah SAW kemudian berpuasa dengan waktu puasa yang sama dengan puasanya kaum Yahudi, di hari yang sama & tata cara serta hukum yang sama seperti yang tertulis di Taurat, yakni dari matahari terbenam hingga matahari terbenam lagi, tidak makan, tidak minum, tidak mendatangi istri, hampir sama dengan puasa yang kita lakukan sekarang, hanya waktunya berbeda.
Allah SWT hendak menunjukkan kepada kaum Yahudi bahwa Tuhan yang samalah yang menurunkan Al-Quran dan juga menurunkan Taurat, bahwa Tuhan yang samalah yang memerintahkan untuk berpuasa, dan bahwa Tuhan yang samalah yang mengutus Nabi Muhammad SAW sebagaimana Ia mengutus Musa as. Untuk menunjukkan hal ini, umat muslim berpuasa layaknya orang Yahudi selama 17 bulan hingga Sya’ban kedua di Madinah setelah Hijrah. Lalu apa yang ditunggu oleh Allah SWT hingga 17 bulan?
Allah SWT telah memberikan kepada mereka, kaum Yahudi, satu pintu, satu pintu terakhir untuk mendapatkan ampunan langit, ampunan atas dosa-dosa mereka yang sedemikian besar di masa lalu.
Inilah nabi dan rasul terakhir, pintu terakhir kaum Yahudi, kesempatan terakhir mereka. Bila mereka menerima Nabi Muhammad SAW, percaya dan beriman kepadanya, mengikutinya, menghormatinya, membantunya, maka Allah SWT akan memberikan ampunanNya. Saat ini ada satu pintu terbuka untuk mereka, dan pintu itu adalah kesempatan terakhir mereka.
Pada akhir 17 bulan di Madinah, ternyata semuanya menjadi jelas, bukan hanya mereka menolak Nabi Muhammad SAW sebagai rasul, “Ia bisa saja rasul bagi mereka para orang Arab, tapi tidak bagi kami. Ia bukan seorang Yahudi, tidak mungkin dia adalah seorang rasul yang diutus bagi kami”, mereka juga menolak Al-Quran sebagai Firman Tuhan, bahkan mereka berkonspirasi untuk menghancurkan Islam. Saat inilah, Allah SWT menutup satu pintu terakhir bagi mereka. Saat inilah titik balik dalam sejarah, saat Tuhan Yang Satu menutup pintu ampunan terakhir bagi mereka, kaum Yahudi.
Bagaimana Allah SWT menutup pintu ampunan itu? Yang pertama, Yang Maha Besar mengganti arah kiblat . “Berpalinglah dari Jerussalem, kembalilah menghadap Mekkah!” (Al-Quran surat Al Baqarah ayat 142-150).
Ketika kejadian pemindahan kiblat ini berlangsung, hal ini menimbulkan kegoncangan dalam komunitas kaum Yahudi di Madinah. Sebagian dari mereka terkejut dan sadar bahwa pintu terakhir telah ditutup, bahwa orang-orang yang menyembah Tuhan yang satu, yang bersama-sama mereka selama 17 bulan menghadap Jerussalem ketika beribadah, sekarang telah berpaling ke Mekkah. Tidak hanya menutup pintu terakhir ampunanNya, hal ini juga menyebabkan kemarahanNya.
Pemindahan kiblat juga memiliki implikasi lain, yakni bahwa hanya merekalah yang kini berpindah arah kiblat ke Mekah, hanya merekalah yang mengikuti satu agama, satu agama yang sebenarnya. Satu agama yang sebenar-benarnya agama adalah agama Nabi Ibrahim as, dan kini agama Nabi Ibrahim as itu telah disempurnakan melalui rasul Nya yang terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H