Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Keliru, Sholat Tarawih Mengalahkan Sholat Wajib

9 April 2023   17:00 Diperbarui: 12 April 2023   09:22 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            

Sepanjang tahun Ramadhan dan tradisi yang selalu hadir terutama di masyarakat Indonesia memberikan warna tersendiri. Namun demikian tak setiap hal yang terlihat baik itu benar adanya. Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dan secara kritis perlu diperbaiki adalah tradisi sholat tarawih yang hampir selalu membuat masjid penuh.

 Bukan masalah penuhnya masjid akibat jamaah yang membludak, yang tentunya itu dapat dianggap sebagai hal yang baik. Namun jumlah yang sedemikian banyak itu tidak sebanding ketika pelaksanaan sholat wajib, baik sholat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, bahkan di Isya’nya sekalipun. Tak sedikit yang menyaksikan orang-orang datang berbondong-bondong ke masjid saat malam hari hanya untuk melaksanakan sholat tarawih berjamaah saja. Isya’nya? Semoga tak lupa untuk dilaksanakan pula, meskipun sayangnya hanya di rumah saja.

Pandemi yang sempat datang mengganggu keberkahan sholat berjamaah selama tiga tahun lalu tak akan mengubah tradisi ini, apalagi setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah tak lagi diberlakukan. Sekarang dapat kita saksikan lagi masjid-masjid kembali penuh saat waktu sholat tarawih tiba. Meskipun, masker masih senantiasa nampak dipakai oleh jamaahnya.

Keutamaan sholat wajib merupakan satu dari lima hal penting yang menjadi landasan Islam. Tanpanya seseorang dapat dikatakan telah kafir karena menolak untuk sholat dengan sengaja.

Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan sholat” (HR. Muslim no. 82).

Dari Abdullah bin Buraidah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum musyrikin) adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir” (HR. At Tirmidzi no. 2621, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Sholat wajib ini meliputi 5 waktu sholat yang sudah ditentukan.

Diriwayatkan oleh Thalhah bin Ubaidillah, dia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah SAW, dia bertanya tentang Islam. Lalu, Rasulullah SAW bersabda, 'salat 5 waktu sehari semalam.' Pria itu bertanya, 'Apakah saya diwajibkan salat selain itu? Nabi menjawab, 'Tidak, kecuali sekadar sunnah.' (HR Bukhari dan Muslim).

Nah, Islam itu pelaksanaannya dibangun atas 5 hal yang menjadi rukun. Pertama membaca syahadat, hadirkan hati kita dalam mengucapkannya dan tunduk dan patuhlah dalam bersyahadat. Kedua mengerjakan sholat, ketiga membayar zakat, keempat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, kelima melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.

Sekarang, logikanya Pancasila tanpa sila pertama apakah masih bisa disebut Pancasila?

Tanpa sila kedua tentu LGBT merusak lebih parah lagi, karena kemanusiaan berjalan tanpa adab.

Tanpa sila ketiga, tak ada usaha untuk menyatukan dalam kebaikan dan kebenaran.

Tanpa sila keempat, demokrasi bisa kebablasan terutama jika suara-suara setan yang mendominasi.

Tanpa sila kelima, tak ada lagi kesempatan yang sama dan toleransi dalam hal sosial.

Pancasila tanpa salah satu silanya bukan Pancasila dan Islam tanpa sholat wajib yang dikerjakan bukanlah Islam. Meskipun tentu logika di atas tidak dapat dijadikan perbandingan secara utuh, dapat kita telaah bahwa dalam pancasila sila yang awal selalu melandasi sila berikutnya. Oleh karena itu Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama selalu berada dilandasannya.

Kewajiban sholat juga selalu berdampingan dengan zakat dan puasa. Begitu pula Haji dan kesemuanya dilandaskan atas tauhid kepada Tuhan yang Tunggal Pencipta Langit dan Bumi yang dilambangkan dengan syahadat.

Bukankah sudah seharusnya jumlah jamaah sholat wajib setara dengan jumlah jamaah sholat tarawih? Atau bahkan lebih banyak lagi? Bukan sebaliknya.

Lebih parahnya lagi mereka yang sholat tarawih hanya ikut-ikutan saja dan demi hal lain selain yang bernilai ibadah. Terlihat bagus memang, namun menyimpan hal yang buruk yang jika diteruskan terus menerus lama-lama sholat hanya menjadi tradisi tanpa makna dan nilai ibadah yang tergerus. Padahal sholat tarawih bukanlah hal yang wajib dilakukan di masjid.

Tapi ternyata tradisi seperti ini bersifat umum kok, juga terjadi di zaman Rasulullah SAW.

 “Rasulullah Saw pada suatu malam hari sholat di masjid, lalu banyak orang sholat mengikuti beliau, kemudian beliau sholat pada malam berikutnya dan orang-orang bertambah banyak, lalu pada hari ketiga dan keempat orang-orang banyak berkumpul menunggu Nabi, namun Nabi tidak keluar (tidak datang) ke masjid. Ketika pagi hari, Nabi bersabda: “sesungguhnya aku melihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang ke masjid karena aku takut sekali kalau sholat ini diwajibkan kalian”. Dan berkata: “Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Baiknya mereka yang datang hanya di sholat tarawih saja selalu diingatkan untuk juga datang ke masjid saat sholat wajib datang waktunya. Hal yang menjadi PR setiap hari bagi mereka yang mendapatkan kesempatan untuk berkhutbah sebelum sholat tarawih.

Sholat wajib adalah perkara yang sangat penting. Tak heran jika kewajiban ini sudah dibebankan semenjak masih kanak-kanak.

 “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Nah, jaga sholat wajib juga di masjid ya, selain sholat tarawih.           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun