Mohon tunggu...
Rendy ArthaLuvian
Rendy ArthaLuvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG. Anggota FLP (Forum Lingkar Pena). Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Pegawai biasa dan pemimpi yang mencurahkan hikmah, ide, serta gagasan ke dalam tulisan karena menulis adalah bagian dari membangun sebuah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Analisis: Mengapa Dampak Gempa Turki Begitu Besar?

8 Februari 2023   08:53 Diperbarui: 8 Februari 2023   08:58 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: Lempeng Arab bertabrakan dengan lempeng Anatolia di patahan Anatolia sebelah timur (sumber: Mikenorton/Nasa/wiki, CC BY-SA)

Tak heran jika korban jiwa begitu banyak berjatuhan, angka di bagian awal tulisan tadi belum ditambah dengan mereka yang terluka atau hilang karena terjebak diantara reruntuhan bangunan.

Pada dasarnya memang lempeng tektonik itu terus bergerak dengan lambat dimana gerakannya bergantung pada konveksi material di dalam mantel bumi. Gerakan lempeng tektonik ini bisa saling berlawanan atau menabrak sehingga melepaskan energi yang besar ke permukaan.

Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. 

Turki dalam hal ini mirip sekali dengan Indonesia, gunung-gunung berapi yang aktif di sana serta pertemuan tiga lempeng tektonik menjadikan wilayah negara ini mengalami gempa rutin beberapa kali setiap tahunnya. Hal yang juga terjadi di negeri kita, dimana gempa-gempa kecil hingga sedang acap terjadi tiap tahunnya.

Lokasi, kekuatan, dan wilayah yang dipengaruhi gempa Turki pada 6 Februari 2023 (sumber: earthquake.usgs.gov)
Lokasi, kekuatan, dan wilayah yang dipengaruhi gempa Turki pada 6 Februari 2023 (sumber: earthquake.usgs.gov)

Namun demikian kekuatan gempa mencapai 7,8 skala richter seperti senin lalu sudah tidak terjadi di Turki setidaknya selama delapan puluh tahun terakhir.

Pada 26 Desember 1939 adalah waktu terakhir kali Turki merasakan dampak dari bencana dahsyat ini. Menurut catatan sejarah 33.000 orang dilaporkan meninggal kala itu, menyebabkan kerusakan ekstrem di Dataran Erzincan dan Lembah Sungai Kelkit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun