Mohon tunggu...
Rendy ArthaLuvian
Rendy ArthaLuvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG. Anggota FLP (Forum Lingkar Pena).

Pegawai biasa dan pemimpi yang mencurahkan hikmah, ide, serta gagasan ke dalam tulisan karena menulis adalah bagian dari membangun sebuah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kegilaan dan Asa

7 Februari 2023   13:30 Diperbarui: 13 Februari 2023   07:35 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayat ke-60 merupakan yang paling misterius tapi terkesan sungguh bermakna bagi Jamal. Ia sering membuka facebook dan menjalin pertemanan dengan orang-orang yang didakwa memiliki penyakit serupa dirinya, yang kebanyakan berasal dari luar negeri. Ada yang berhasil merasakan hidup normal kembali dan ada yang masih berkutat hingga puluhan tahun lamanya. Jamal mencoba mencari kesamaan antara apa yang dialaminya dengan cerita-cerita yang dibacanya di halaman media sosial itu. Mimpi-mimpi yang dialami olehnya kadang seperti sebuah film buatan, di lain waktu seolah hal yang ditemuinya di dunia nyata pernah muncul sebagai gambaran-gambaran ketika ia tidur. Tetapi bukan itu yang membuat seram, ia merasa mimpi-mimpi itu bisa dilihat oleh orang-orang lain, bahkan dari cerita-cerita laman media sosial yang ia baca, mereka percaya bahwa pikirannya diketahui oleh orang banyak.

"Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu, "Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk (zaqqum) dalam Al-Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka."

Ayat di atas lah yang memberikannya kepasrahan dan rasa menerima takdir Tuhan, tak ada gunanya selain berusaha hidup normal, terutama bersama keluarga dan orang-orang terdekat.

Ayat ke-59-nya juga memberikan kesan tersirat. Ia membaca ayat itu berulang-ulang hingga ia pun tersenyum. Allah memberikan perumpamaan di ayat ini, begitulah Ia memberikan penjelasan kepada Hamba-hambanya yang bisa berpikir dengan jernih.

"...Dan telah Kami berikan kepada kaum Tsamud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (unta betina itu)..."

Sempat, ia bingung bagaimana dengan orang-orang yang mengganggunya dulu sebelum suara-suara tanpa rupa itu muncul jelas, di kantor, di perjalanan, hingga ke rumah, suara-suara keras atau yang hanya sekedar membicarakannya dari jauh, mercon, hingga kembang api. Lalu dia berpikir, tentu saja, bukankah kaum Tsamud juga memiliki kebebasan untuk menjadi manusia zalim? Yang diyakininya tentunya, entah itu dengan suara iblis yang memanas-manasi atau mereka sendiri yang memilih menjadi bagian dari setan.  

Tidurnya mulai tak nyenyak sekitar setahun setelah awal gangguan itu, ketika malam hari ada suara-suara yang terdengar samar antara manusia yang ada di sana atau suara lain, ketika akan terlelap ia selalu dibangunkan, itu berlangsung hingga pagi. Itulah pertama kali suara-suara itu mengganggunya. Setelah itu ia mendengar orang-orang juga berbicara seperti suara-suara yang di dengarnya. Ketika sepi, suara-suara itu serasa membuat pikiran hilang akal.

Ah, seram memang! Gila rasanya, kegilaan yang tak berujung, apalagi ketika terpaksa mengikuti permainan iblis, tak pernah ia merasa tenang. Untungnya ia selalu berusaha melawan dan gigih menjaga sholat dan kedekatannya dengan Sang Pencipta, yang membuatnya tetap terlihat normal meskipun di dalam dirinya berusaha selalu tegar dan istiqomah.

Padahal dulu sunyi, desir angin dan rintik hujan terdengar merdu, semua nyaman dan tidurpun tak terganggu, hingga ia mengalami seluruh kejadian itu di umur 29 tahun. Sesekali ia melihat tayangan di youtube, pernah sebuah channel menayangkan tentang Al-Hajar, tempat-tempat dengan suasana tenang dan damai, untuk sekedar merasakan kembali seluruh keindahan ciptaan tuhan dengan normal, sama seperti kampung halaman tempat ia dibesarkan dahulu. Meskipun demikian istrinya selalu setia menemani hingga kini ia sudah memiliki seorang anak perempuan.

Saat itu sudah lewat waktu dhuha, saatnya si kecil pulang sekolah, dilihatnya tatapan mata itu penuh dengan rasa bahagia dan kemurnian seorang manusia yang belum dirusak oleh setan.

Tatapannya kembali ke mushaf dan dibacanya ayat ke-65 di sana sebelum ia bergegas menggendong buah hatinya.  "Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun