Dan, selama waktu panjang itu pula, karena berbagai kesibukan: Ayah dan Ibunya baru bisa melihat Odimz sebanyak tiga kali. “Tidak baik juga memang kalau sering-sering dilihat. Karena akan membuat pasien menjadi galau dan ingin segera pulang, “ kata pengasuh pondok tersebut lebih lanjut. namun, kami selalu berusaha setiap bulan berbicara dengannya melalui telpon. Meski pun akhirnya selalu diakhiri dengan pernyataan “kapan saya dijemput?”.
“Biarkan saja dulu Odimz belajar Agama lebih mantap di sana, sambil membangun kedisplinan dirinya. Kita ikhlaskan bila kita rindu dengan dia. Di sana, dia tidak mungkin lagi begadang seenaknya tiap malam sebagaimana di rumah. Mendengar musik rock keras-keras seharian di kamar yang kemudian menganggu orang tidur. Tidak mungkin juga enggan bergaul dan takut dengan keramaian. Bahkan di sana dia tidak sempat melamun dalam kesendiriannya. Anak laki-laki itu, memang harus dididik lebih berdisplin, demi perkembangan dirinya sendiri untuk bisa menjadi sosok yang tangguh,” demikian Ibunya, berulangkali memberi alasan.
Tapi hari ini, entah mengapa, saya ingin sekali bertemu dengannya. Saya seperti mendapat bisikan bathin dari jauh darinya. Seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan ke Ayahnya dalam komunikasi “telepati” tersebut. Saya pikir, mungkin karena dia sedang jenuh. Atau ingin mengetahui keadaan kesehatan Ayahnyapasca operasi jantung. Atau, ingin curhat untuk menyampaikan sesuatu yang sudah sangat menyesakkan dadanya ?
Mencari Persewaan Motor
Maka, pagi di hari Rabu, 24 Mei 2017 jam 07:00 pagi itu, “Bus Budiman” dari Kota Cimahi akhirnya berangkat ke Tasikmalaya yang berjarak sekitar 4 Jam tersebut. Di dalam perjalanan, baru saya teringat memberitahu sobat lama, Yuyun Serano yang tinggal di Kota Tasik, niat saya mampir dan sekaligus meminjam motornya seperti biasa. Akan tetapi kali ini jawabannya mengagetkan: “Wah, maaf Mas...! Motor sudah dikirim ke anak yang sedang kuliah di Bandung. Saya sekarang, bahkan sudah di mutasi ke Garut. Rumah kami di Tasik kosong..” Sungguh saya tidak menduga hal ini bisa terjadi. Karena selama beberapa kali ke kota Tasik, kami selalu bersilaturahmi ke rumahnya dan dibantunya dengan senang hati meminjamkan motor kesayangannya itu. Yuyun dan keluarganya sudah seperti saudara saya sendii. Tapi, ya, itulah suatu PERJALANAN....Selalu ada hal yang tak terduga dan berbeda. Dan mungkin bisa mengejutkan!
“Wah, lalu gimana, kiita nih...?” tanya saya ke Bobie Tisna Anandika yang duduk di samping di dalam bus tersebut.
Menggunakan angkutan umum di kota Tasik ini sangat tidak praktis. Operasionalisasi angkutan umum di sana hanya sampai sore hari, dan banyak berhenti “ngetem” menunggu penumpang. Akhirnya, saya mencoba alternatif lain: mencari di google tentang informasi persewaan motor khusus di kota Tasikmalaya. Walaupun selama ini memang tidak ada yang berbisnis begini di sini. Tidak seperti di Bali atau Yogya, di sana bisnis persewaan motor tumbuh menjamur, seiring dengan banyaknya turis backpacker lokal maupun mancanegara yang datang ke sana. Tapi disini, di kota Tasik, hampir tidak pernah terlihat ada turis bule yang berkeliaraan dengan ranselnya tersebut.....
“Kita coba saja googling, karena biasanya selalu ada informasi yang mengejutkan mengenai apa saja dari dunia maya ini,” ujar saya ke Bobbie T Anandika, anak kedua yang menemani perjalanan kali ini. Ternyata benar! Saya mendapat nomor kontak HP Pak Andi (081320736702), yang mungkin satu-satunya orang di kota Tasik saat ini yang berani menjalankan bisnis menyewakan motor harian, mingguan hingga bulanan tersebut.
“Awalnya saya ragu-ragu memulai bisnis ini. Karena takut motor saya dibawa lari para penyewa.. /hehe..,” katanya sambil tertawa ramah, ketika kami berkenalan dan bertemu di Pool Bus Budiman Jl Juanda, Tasikmalaya pada hari itu. “Tapi setelah saya jalankan, lumayan lancar dengan modal empat buah motor seperti ini...Tapi ya itu tadi, penyewa harus membawa jaminan empat kartu identitas asli ,” jelasnya. Kebetulan saya selalu menyiapkan itu semua setiap kali ber-backpacking atau pergi ke luar kota.
Kemudian, saya menyerahkan kartu keluarga asli, KTP anak saya, Passport dan Kartu PNS asli. “Sewanya Rp 75.000 per 24 jam, Pak. Terhitung mulai dari jam sekarang sampai jam yang sama besoknya. Kalau nanti pada hari Jumat sore Bapak kembalikan, maka kalau ada kelebihan pemakaian, per jamnya Rp 10.000,” jelasnya mengenai “The rule of his motorcycle rental”. “Siapa saja yang biasanya menyewa motor di sini?” tanya saya penasaran juga, mengingat Tasikmalaya bukan kota wisata yang terkenal . “Orang-orang dari luar, Pak! Dulu ada seorang dokter muda yang sedang praktek kerja selama 3 bulan di pelosok Kabupaten Tasik yang perlu motor. Ada juga mahasiwa-mahasiswa yang sedang traveling dari Bandung ke sini,” ujarnya.
Akhirnya, dengan motor pinjaman merek MIO berwarna merah dari Yamaha, yang tampak masih gres keluaran tahun 2016 itu, kami kemudian mencari penginapan murah di sekitar jalan Juanda. Setelah beristirahat sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan mengunjungi Odimz yang lokasinya berada di luar kota Tasik, yaitu di Kecamatan Sukaratu. Seperti biasa, saat pertama kali bertemu, Odimz terlihat kaget. “Lho kok ada Papa di sini? Gimana operasi jantungnya, Pa?” itu responnya spontan.