Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati Keindahan Danau Waduk Batu Tegi dan Cerita Mistiknya

4 April 2017   13:03 Diperbarui: 5 April 2017   23:30 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(My wife in action.... Di lokasi Dermaga Jetty di tengah hujan gerimis. Pengunjung yang mau menyeberang menuju pulau di tengah harus melewati enceng gondok yang tampak tumbuh subur di sini / Photo by: Rendra Tris Surya)

Cuaca Bandara Husein Sastranegara di Bandung cerah, ketika pesawat Wing Air di hari Jumat, 24 Maret 2017 itu, lepas landas menuju Bandara Raden Inten II di Bandar Lampung, setelah sebelumnya delay hampir 3 jam. Kali ini, saya  menemani istri yang pulang kampung ke Desa Muaradua, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Ini kunjungan saya yang kelima selama 30 tahun terakhir. Mungkin karena jarang mengunjungi desa ini, maka tampak  di mata saya berbagai perbedaan dan perkembangan signifikan yang terjadi di sana. Lima tahun rupanya waktu yang cukup lama untuk terjadinya banyak perubahan di desa ini..

(Keterangan Photo: Lokasi Danau Waduk Batu TEGI di perbatasan Kecamatan Pulau Panggung, Kecamatan Tekad dan Kecamatan Airnaningan. Dari Bandar lampung (Tanjung Karang) sekitar 3 jam perjalanan arah ke kota Agung / Sumber peta: duniapariwisataanIndonesia.blogspot.co.id)
(Keterangan Photo: Lokasi Danau Waduk Batu TEGI di perbatasan Kecamatan Pulau Panggung, Kecamatan Tekad dan Kecamatan Airnaningan. Dari Bandar lampung (Tanjung Karang) sekitar 3 jam perjalanan arah ke kota Agung / Sumber peta: duniapariwisataanIndonesia.blogspot.co.id)
Hampir setiap pagi saya duduk-duduk di beranda depan rumah mertua mengamai hilir-mudik berbagai orang di jalan utama desa ini. Tampak anak-anak yang dahulu hanya berani bermain di halaman, kini menginjak remaja. Bahkan beberapa di antaranya telah menjadi Ibu pula dengan beberapa anak yangs elalu membuntutinya. Sebagian remaja baru dewasa inbi, kemudian tampak “berkejaran” dengan waktu dengan motor-motor yang dikenderainya dengan kencang, memakai seragam sekolah yang tampak lebih berwarna-warni. Lalulintas jalan raya satu-satunya di Kampung Muaradua itu pun, kini semakin terlihat lebih dinamis.

Pagi itu, saya menemanu istri berbelanja ke pasar utama yang terletak beberapa kilometer dari rumah, berlokasi di Talang Padang. Pusat belanja masyarakaat sekitar kampung yang meliputi beberapa kecamatan tersebut, juga terlihat semakin ramai dan lengkap. Mulai banyak bermunculan gerai Indomaret dan AlfaMart  di berbagai sudut. Idiom-idiom yang menunjukkan kawasan desa yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Semende, Lampung Selatan ini, sudah tidak lagi sepenuhnya bercorak sebuah Desa murni sebagamana yang banyak didefinisikan oleh para sosiolog. Di antara berbagai perubahan tersebut, yang kemudian menonjol dan paling menarik adalah keberadaan Danau Waduk “Batu TEGI”.  Yang akhir-akhir ini mulai lebih dikenal dan menjadi salah satu objek andalan pariwisata di Kabupaten Tanggamus khsusunya dan Propinsi Lampung.    

Lima belas tahun lalu, pertamakali saya mengunjungi waduk yang luasnya sekitar  3.560 hektar ini, dan  merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara. Saat itu, masih belum terlihat kemegahannya seperti hari ini. Yang tampak menonjol adalah kesibukan para pekerja projek yang bekerja hingga malam masuk ke  dalam bawah tanah, menggali  dengan mesin-mesin canggih. Mereka sedang membuat  terowongan besar yang menembus sungai, agar aliran dapat masuk ke kawasan waduk. 

Dari kejauhan, saya melihat berbagai pipa besi besar di sana-sini yang tergantung rapi yang siap dipindahkan. Waktu itu, saya sempat merasa “miris” melihat pemandangan kerja projek seperti ini, karena  terlihat begitu beresiko tinggi.  Saya tidak tahu, apakah waktu itu perusahaan asing kontraktor yang menggarap pembangunan rpojek Batu tegi ini sudah menerapkan konsep K3L (Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja serta Lingkungan), atau tidak.

Pertanyaan yang muncul dari berbagai orang awam yang datang: bagaimana jika pipa itu tiba-tiba putus dan terjatuh di tengah keramaian orang yang sedang bekerja” Akhirnya, segala kekhawatiran itu memang kemudian terjadi. Saya mendengar   kabar telah terjadi korban sebanyak 13 orang pekerja. Tapi hari ini, tampaknya pengorbanan mereka tidak sia-sia. Waduk Batu Tegi ini kemudian menjadi salah satu danau buatan termegah dan bisa memberi manfaat besar buat masyarakat di sana.  

Tanggal 08 Maret 2004, Waduk Batu TEGI tersebut kemudian diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno. Dalam pidatonya, Megawati mengharapkan agar waduk ini  menjadi pemicu dalam mempercepat pembangunan kawasan pertanian di sini. Menjadi penggerak  perekonomian petani khususnya dalam mengairi sawah. Sawah-sawah luas di Lampung Bagian Selatan ini, sudah sejak lama merupakan salah satu lumbung padi bagi Propinsi Lampung. Dapat mengatasi kekeringan saat memasuki musim kemarau, yang tentu menganggu sumber pendapatan utama masyarakat,  yang sangat  bergantung oleh keberadaan sawah dan perkebunan holtikultura.

Mungkin, berkah Danau Waduk Batu Tegi inilah yang menjadi salah satu faktor kemajuan masyarakat desa di kawasan ini. Indikator kemajuan tersebut secara sederhana dapat dilihaat dari  jalan raya beraspal mulus di depan rumah mertua saya di Desa Muaradua ini. Desa yang hanya berjarak 15 menit dengan berkendaraan dari Batu Tegi ini, juga mulai ramai oleh hilir mudiknya mobil-mobil bagus keluaran terbaru. Pemandangan  yang langka di era tahun 1980-an ketika saya mengunjungi desa ini untuk pertama kalinya. “Mungkin, ada sekitar 50% dari rumah-rumah penduduk di sini yang sudah punya mobil,” kata Irsan, salah seorang yang lahir dan dibesarkan di desa ini. “Bahkan rata-rata masyarakat  sudah mampu memiliki paling tidak, dua motor di rumahnya dari hasil panen Kopi, Lada, Coklat, Kates dan produk pertanian Holtikultura,” jelasnya lebih lanjut.

Indikator kemajuan lain, munculnya berbagai ide dalam pengelolaan kebon  buah-buahan dan sayur seperti Kates California (Pepaya) yang kini menjadi trend di sana. “Bibit asli Pepaya ini awalnya dari  California USA, yang kemudian dikembangkan di Sukabumi, Jawa Barat dan kami beli untuk ditanam di sini, “ kata Irsan. Di Desa Muaradua ini, Kates merupakan komoditas yang dapat diandalkan dan semakin populer. Mungkin karena tanah dan cuacanya yang berbeda, rasa buah Kates Muaradua ini sangat manis dan alami. “Saya hampir tiap hari mencicipinya sebagai penutup makan, “ kata Farida Saimi, istri saya yang selalu merindukan suasana kampungnya kalau sedang jenuh di Bandung dan Cimahi. Tanah pertanian yang akhir-akhir ini semakin subur,  bisa jadi karena kehadiran Bendungan Danau Batu TEGI.  

Fasilitas Wisata Seadanya dan Listrik pun “Byar Preett”

Danau Batu Tegi berada di antara dua bukit, di ketinggian 625 meter di atas permukaan laut. Lingkungan alam dan udaranya yang  dingin, namun tampak masih asri tersebut, membuat pengunjung betah berlama-lama di sini menenangkan pikiran daan beristirahat . Gerimis yang senantiasa menyambut pengunjung di musim hujan ini, membuat persewaan payung yang berwarna warni tampak menghiasi jalan aspal di atas bendungan besar tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun