Mulanya, Dia datang ke Pulau Seribu utk melihat perkembangan Program Keramba Budidaya Ikan yang dicanangkan Pemda DKI, dlm meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Tidak tampak di hatinya saat itu, untuk menistakan agama yang dianut oleh 75% masyarakat DKI yang dipimpinnnya tsb. (Catatan: Rasanya aneh dan bodoh memang, kalau seorang Gubernur menjelekk2kan agama yang dianut oleh masyarakat yang akan memilihnya dalam Pilkada DKI 2017 itu.). “Orang tua angkat saya di Belitung ber-Agama Islam. Keluarga saya banyak yang beragama Islam juga,” katanya dalam suatu wawancara. “Ahok itu pejabat yang BAIK. Karena jujur, anti-korupsi, cerdas, pekerja keras....” kata Prof Syafiie Maarif, mantan Ketua Umum Muhamadyah pada acara ILK. Jadi, rasanya Dia tidak mungkin menistakan Agama Islam...
Tapi lain yang kemudian yg terlihat oleh banyak orang, ketika Dia diminta menyampaikan pidato. Karena Dia mengatakan seperti ini: “....kalian jangan mau dibodohi2i oleh para pembohong yang ‘memakai’ ayat Al-Maida 51...” Kata2 tersebut terdengar kasar dan tidak elok (etis). Apalagi diucapkan oleh seorang pejabat publik di tempat umum. Saya kira, memang betul: Dia telah MENYINGGUNG ayat dari Al-Quran. Tapi, apakah menyinggung sama artinya Menistakan (menhina)..??
Saya setuju, bahwa Dia telah membuat KESALAHAN dg perkataannya tersebut. Yang lalu bagaikan sarang Lebah yang spt di-obok2...Maka, kemudian ratusan ribu umat keluar dari sarang, turun ke jalan tanpa bisa dikendalikan... “Sakit sekali hati ini mendengar ucapan seperti itu...Sepertinya kami selama ini sia2, dan terhina sekali..,” demikian AA Gym mengungkapkan perasaan hatinya dalam salah satu acara ILK di TV One. Tapi sebenarnya, yang dimaksud dengan “Pembohong” oleh perkataan AHOK adalah, “para POLITISI” yang kerap menggunakan Agama untuk mempengaruhi masa. “Saya tidak suka dengan dg para politisi yg suka menggunakan kitab2 suci Agama, entah itu Al-quran, Alkitab dan lain2 untuk kepentingan politik....” demikian katanya dalam salah satu wawancara.
Tapi akhirnya, semua orang Muslim (politisi, ulama. Ustaz, bahkan orang2 biasa yg dulunya mengagumi sebagai Gubernur terbaik..) kini dibuatnya MARAH... “Saya tahu itu! Oleh karena itu, saya sudah berkali2 meminta MAAF... ,” katanya. Tapi rupanya MAAF saja dalam urusan MENYINGGUNG Agama ini, ternyata tidaklah cukup. Bahkan, proses hukum yang sedang dijalankan oleh negara pun dirasakan lamban oleh umat, dan tidak memuaskan sebagian masyarakat yang sedang MARAH tersebut.
Lalu, pelajaran apa yang bisa dipetik hikmahnya dari kasus ini?
Jelas, ber-hati-hatilah menggunakan bahasa ketika memberi komentar, terutama jika Anda pejabat publik. Kalau bisa, jangan pernah memberikan komentar negatif di ruang publik berkaitan dengan SARA (Suku, Agama dan RAS). Karena, situasi emosional masyarakat Indonesia saat ini, ternyata sangat peka dan sensitif sekali tentang hal ini. Termasuk mungkin juga pada semua orang Indonesia yang taat ber-Agama (Agama apapun itu). Jadi, jangan suka berkomentar bernada AGAMA.. apalagi yang bukan pemngikutnya...Termasuk juga, oleh orang yang ber-agama A mengkritik Agama B, maupun orang yang ber-Agama B ke Agama C, dan seterusnya, sebagaimana sering juga kita dengar juga dimana-mana, bukan? “PBNU sudah melarang kiyai atau ustaz menjelek2kan Agama lain dalam khotbahnya, “ demikian kata Ketua Umum PBNU, DR. Agil Siradj dalam wawancara dengan majalah TEMPO.
Cukup banyak juga dari kita (mudah2an tanpa disadari) mungkin pernah “menistakan” Agama orang lain. Entah smabil berguyon atau berkumpul. Oleh karena itu, AA Gym (dalam acara ILK) mengimbau semua pihak (pemerintah, pejabat publik, ulama, masyarakat dstnya) dalam kasus AHOk ini dengan mengatakan: “Sudahlah...saling MEMAAFKAN saja...!” katanya. “Emangnya kita ini tidak pernah ber-Dosa..?” tanya AA GYM lebih lanjut. Jangan sampai negara Indonesia ini terpecah dan rusak hanya karena Isu ini. “Terlalu mahal biaya sosialnya..” pesan AA GYM.
KESALAHAN Gubernur AHOK memang ada, tapi menurut saya TIDAK MUTLAK (Tidak bulat). Lihaat saja, mayoritas dari 33 orang saksi ahli (dlm bidang Hukum Pidana dan Bahasa) menyatakan Dia, TIDAK menistakan AGAMA (krn tdk tampak niat utk itu). Tapi saya setuju bahwa Dia telah MENYINGGUNG masyarakat Muslim dengan menyeebut ayat al-quran. Namun sebaliknya, mayoritas dari 22 orang saksi AGAMA (ulama, kiyai dll) menyatakan: Dia telah MENISTAKAN AGAMA.
Ya, benar sekali pepatah ini: “Mulutmu adalah Harimau-mu..!” Pepatah lama yang bijak yang seringkali kita dengar tapi terlupakan itu kini bergaung kembali Tapi, bagaimanapun: Nasi sudah menjadi BUBUR buat Dia! Gubernur AHOK memang harus menanggung semua akibatnya... termasuk jika nanti Dia pun tak terpilih kembali menjadi Gubernur, dan bahkan menjadi terpidana di penjara....
Namun, sebaliknya, jika proses hukum Indonesia menyatakan: Ahok tidak BERSALAH (secara PIDANA), maka masyarakat Islam pun, saya pikir harus “legowo” pula untuk mau menerima keputusan legal dari negara hukum yang bernama NKRI ini... Kasihan khan, negara kita tercinta yang kemudian iklim politiknya menjadi sangat panas dan menjadi hingar-bingar hanya karena kasus ini... Habis pula ENERGI kita terkuras yang dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak hal lain yang mungkin sama pentingnya..
Yang perlu direnungkan kemudianadalah, bila TUHAN saja, Maha PEMAAF. Seharusnya kita pun sebagaimana MANUSIA, bisa memaafkan orang yang ber-SALAH itu. Apalagi yang bersangkutan sdh meminta MAAF. Saya yakin, banyak umat Muslim yang kini telah memaafkannya... Dan saya yakin pula, AHOK kelak nanti berubah banyak sikap2nya, karena belajar banyak dari kejadian ini...berikan Dia kesempatan untuk membangin Jakarta kembali (jika terplih di Pilkada DKI 2017 nanti, tentu..)
Dan saya berharap, mudah2an, tidak ada agenda politik lain yang memanfaatkan momentum ini sebagai akselerator untuk menggantikan NKRI dengan sistem negara Indonesia yang lain.......?? Karena, Indonesia adalah salah satu bangsa majemuk terbesar di dunia yang sangat rawan dg isu2 seperti ini. Saya tidak mengharapkan NKRI ini lalu ter-koyak2 hanya karena kasus ini.....(Hm, sepakat-kah ANDA..?)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H