Nasionalisme dalam Sepakbola, sebuah identitas bangsa atau profesionalisme.?
Kajian sederhana tentang sikap dan nilai berbangsa dalam olahraga
Oleh Rendra Prasetya
Abstraksi
Sepakbola adalah olahraga umat manusia yang paling digemari di muka bumi. Bagaimana tidak kelahiran sepakbola yang diyakini dimulai di tanah eropa yaitu negara Inggris pada abad ke 8 dan FA yaitu federasi Sepakbola Inggris lah yang membuat aturan sepakbola dunia hingga kini. Olahraga tersebut berkembang menjadi kebanggaan bagi negara yang mengikuti kompetisi Piala Dunia hingga saat ini. Walaupun kemudian diadakan berbagai turnamen Piala Eropa, Piala Afrika dan Piala Asia sebagai bentuk eksistensi sebuah negara melalui sepakbola. Bangsa dan negara yang memiliki sebuah Tum Nasional Sepakbola diharapkan memiliki previlege dan rasa kebangsaan yang tinggi. Sepakbola tidak hanya sebagai permainan belaka, namun telah menjelma sebagai identitas sekaligus sikap sportifitas dan profesionalisme.
Pendahuluan
Â
Umat manusia telah mengenal olahraga sepakbola sebagai permainan kebugaran tubuh dan kemampuan untuk memiliki fokus yang tinggi, sehingga menjadi permainan olahraga yang paling diminati masyarakat dunia saat ini. Sepakbola telah menjadi simbol sebuah bangsa yang dapat memberi pesan kuat atas sikap sportifitas sekaligus sikap profesionalisme. Sepakbola dianggap sebagai olahraga paling lengkap karena seluruh kegiatan anggota tubuh bergerak aktif, mulai dari kepala, tangan sampai dengan Kaki. Kedua kaki inilah anggota tubuh yang paling utama dalam permainan olahraga sepakbola.
Olahraga sepakbola merupakan olahraga yang banyak dipilih oleh kaum laki-laki, namun pada abad 20 dan abad 21 ini cabang olahraga yang dinilai miliki kaum laki-laki ini telah pula digemari kaum hawa atau kaum wanita. Baryu-baru ini Indonesia menjuarai Piala AFF dalam sepakbola U-20 tahun 2024. Sehingga stigma sepakbola hanya milik kaum laki-laki berangsur-angsur hilang. Indonesia dikenal sebagai negara di Asia yang besar dan memiliki gans sepakbola terbesar di dunia. Bahkan fans klub bola di eropa seperti Manchester United, Liverpool, Arsenal, Manchester City, Barcelona, Real Madrid, AC Milan, Inter Milan dan lain sebagainya. Indonesia pun kini memiliki Tim Nasional Sepak Bola yang mulai dikenal di Asia setelah Jepang, Korea Selatan, Australia, Arab Saudi dan Thailand.
Pergeseran nilai dari hanya sekedar olahraga, Sepakbola sudah menjadi agama'baru dan menjurus ke sikap Nasionalisme garis keras. Terkadang dalam perhelatan pertandingan sepakbola terjadi kohesi sosial yang ditimbulkan oleh fanatisme yang berlebih, energi yang besar dan kecintaan yang murni melebihi apapun. Nasionalisme hampir membaur dengan fanatisme jika menghubungkan kaitannya dengan pride of nationalisme.
Â
Nasionalisme dalam Fanatisme
Â
Tim Nasional Sepakbola Indonesia hari ini memasuki babak baru bahwa Federasi Sepakbola Indonesia di bawah kepemimpinan Erick Tohie menerapkan kebijakan penuh atas program Naturalisasi pemain Diaspora Indonesia yang tergabung di klub-klub eropa bahkan ada yang bermukim di klub elite eropa seperti Jay Idzes di Klub Venezia Italia yang bermain di Liga Utama Italia, Marteen Paes (FC Dallas USA) yang bermain di MLS Liga Utama Sepakbola Amerika Serikat. Selain itu ada Kevin Diks (FC Kopenhagen), Nathan Tjo A On (Swansea City), Ivar Jenner (FC Utrecht) dan banyak lagi.
Program Naturalisasi ini sesuai dengan syarat dari FIFA dimana keluarga pemain memang berasal dari Bangsa Indonesia yang memiliki Bangsa Indonesia. Namun dengan begitu terdapat kontroversi dan menjadi perdebatan sengit bagaimana mereka dinilai bukan orang Indonesia Asli. Namun ada banyak fans sepakbola Indonesia yang sudah tak lagi mempermasalahkan atas sikap kebangsaan mereka atas negara Indonesia.
Fanatisme sepakbola Indonesia mulai digoyang issue Nasionalisme para pemain diaspora ini, berbagai alasan dan argumentasi bahwa pemain diaspora dipertanyakan rasa kebangsaan dan nasionalismenya terhadap negara Indonesia. Issue ini memang sensitif, bahkan ada pemain sepakbola diaspora Indonesia yang jelas memiliki Ayah kelahiran Indonesia Asli yaitu Emil Audero mentah-mentah tak ingin membela Timnas Indonesia yang dianggap miskin prestasi dan tak terkenal di dunia sepakbola.
Pernyataan ayah Emil Audero ini sontak mendapat reaksi negatif dari Fans Fanatik Timnas Indonesia, sehingga memunculkan rasa Nasionalisme tinggi bahwa Anak Indonesia Asli juga mampu dibanding Emil Audero dan mengecam balik dengan diksi kebencian pada ayah Emil Udero. Permasalahan ini sangat mengganggu dan mencederai rasa Nasionalisme yang telah diucapkan para pemain yang telah bergabung dengan Timnas Indonesia. Jay Idjes dkk sampai saat ini telah membuktikan keraguan sebagian masyarakt Indonesia yang lain serta membantah pernyataan negatif dari ayah Emil Audero. Mereka mematahkan seluruh anggapan bahwa pemain diaspora bukan dan tak bisa membela Indonesia. Menurut mereka sikap nasionalisme tidak perlu dibuktikan hanya karena darah keturunan bangsa Indonesia 100% semata, tetapi proses pertandinganlah yang bisa diperlihatkan, bagaimana mereka berjuang sampai akhir di setiap pertandingan membela Bangsa dan Negara Indonesia.
Jay Idjez dan kawan-kawan seolah memberi pesan bahwa menunjukan semangat bertanding tanpa menyerah dilapangan bermain fairplay bahkan sesekali menunjukan protes pada pihak-pihak pengadil yang bersikap curang seperti ditunjukan oleh Shayne Patynama dkk. Sikap-sikap membela tanah air di lapangan olahraga itu adalah salah satu sikap nasionalisme abad terbaru hari ini. Tidak hanya mengangkat senjata saja melawan penjajah. Membela negara di pertandingan olahraga oleh para Diaspora juga merupakan simbol utama bagi nasionalisme era milenial hari ini.
Konsep Identitas Bangsa
Â
Agustinus Wibowo dalam Buku Kita dan Mereka menuturkan bahwa sejatinya identitas asli sebuah bangsa ada semacam ilusi akut dan seolah jadi stigma berbangsa dan bernegara. Jika melihat sejarah penyebaran umat manusia di dunia, seperti daerah Kazakhtan, Turmenistan, Uzbekistan, sampai Pakistan itu merupakan asal bangsa nomaden. Bangsa berindanhh dan pengumpul dari Bangsa China Kuno. Sama halnya dengan Bangsa Rusia dimana dahuku berkumpul dan bersatu dalam UNI SOVYET. Ciri dan identitas sebuah bangsa hanya merupakan konsensus batas wilayah atas perjanjian ekonomi, sosial dan politik.
Sikap berbeda karena identitas bangsa sejatinya tak berlaku atas asal-usul sebuah bangsa. Bagaimana warga Korea Utara dan Korea Selatan hanya berbeda negara tetapi tidak berbeda identitas msyarakat baik bahasa dan budaya. Karena persoalan politik dan batas wilayah lah mereka seolah berbeda identitas. Juga bangsa Vietnam atas China serta Taiwan dan Hingkong. Jadi penerapan pembauran identitas yang juga kerap disebut dengan istilah diaspora seolah menjadi stigma pembeda dari identitas seseorang pada bangsanya. Padahal menurut Agustinis Wibowo semua manusia di dunia ini tak ada yang dinakaman pribumi asli, tidak ada. Â Sehingga persoalan administrasi kewarganegaraan ini membuat sekat dan tembok penghalang yang serius bagi seseorang yang mencintai tanah air dan bahasa ibu dan bapaknya berasal.
Politik Identitas ini memang sangat membahayakan hubungan sosial yang menjurus pada sikap anti RAS tertentu. Padahal asal-usul manusia itu tak pernah ada yang genuine blood, semuanya sudah membaur, bercampur sehingga seharusnya persatuan umat manusia ini menjadi akar jalan damai menuju dunia yang aman dan damai sentosa selamanya dimanapun manusia itu berada dan sejatinya bersaudara.
Â
Profesional dalam Sepakbola
Â
Sekelumit kontroversi pemecatan pelatih Tim Nasional STY oleh PSSI ternyata ada hal yang paling kontroversial antara lain info diantaranya adalah persoalan tentang perseteruan antara pemain diaspora dengan pelatih serta tak imbangnya komposisi skuad Timnas antara pemain naturalisasi dengan pemain diaspora. Sekelumit persoalan itu ada hal yang paling menarik bahwa pemain diaspora dinilai memiliki sikap profesional, dimana info bahwa pelatih STY yang dinilai keras atas keputusannya terhadap Elkaan Bagot yang dinilai tak menghargai surat pemanggilan untul TC Timnas, sedangkan Elkaan beralasan sedang memperhitungkan kesempatan bermain di klub utama yang akan berlaga di Liga Utama Premiere Inggris. Juga perseteruan dengan Elliano yang dinilai berseteru secara teknis dan taktikal. Bahkan Kapten Timnas Jay Idjez dinilai mengambil alih peran Profesional Pelatih saat jelang menghadapi Arab Saudi di putaran ketiga Piala Dunia 2024.
Sikap-sikap Profesional para pemain diaspora ini terlihat dominan dalm menjaga antara sikap nasionlisme dan sikap sebagai pemain profesional yang dibayar oleh Klub besar yang sekarang mereka bermain. Penjelasan ini dituturkan oleh para jurnalis bola.com dalam tayangan podcastnya. Para Jurnalis itu membocorkan hasil liputannya bagaimana rahasia dibalik permasalahan pemecatan STY dari kursi kepelatihan Timnas Indonesia.
Sikap pemain diaspora atas profesionalitas baik di lapangan untuk timnas dan klub patut dijadikan contoh dan aturan main bagi pelatih dan federasi sepakbola Indonesia ke depan. Profesionalitas ini adalah kunci, karena hendaknya para pemain mampu menjaga ritme permainan, menjaga kebugaran dan kesehatan serta waktu untuk diri sendiri/keluarga, klub dan negara.
Para pemain diaspora ini bisa dijadikan contoh dalam mengimplementasikan sikap profesionlitas untuk memperkuat sikap nasionalisme pada bangsa dan negara tanpa mencederai identitas sebagai bangsa Indonesia yang selalu membela negaranya.
Sikap Profesional sekaligus menjadi Nasionalis bukan hal yang mustahi bsa dijalnkan secara bersama-sama. Permasalahan di Timnas Sepakbola Indonesia hari ini sudah membuktikan bahwa pemain diaspora layak dijadikan rule of model dan sudah bukan zamannya lagi kita mempersoalkan dan memepertanyakan dengan nada sinis.
Kedua sikap ini juga perlu digalakan kepada pemain yang dinilai sebagai pemain pribumi Indonesia, dan diharapkan mereka belajar dari Jay Idjes dkk dan bisa diterapkan sebagi bagian utama dalam pembinaan sepakbola Indonesia ke depan. Saya berkeyakinan jika PSSI mau membuat statura barui bagi sekuruh klub Indonesia dan menjalankan seluruh kompetisi sepakbola kelompok umur dengan konten Profesional dan Nasionalisme secara bersamaan sebagai sikap utama para pemain sepak bola di seluruh jenjang kelompok umur.
Â
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI