Â
Nasionalisme dalam Fanatisme
Â
Tim Nasional Sepakbola Indonesia hari ini memasuki babak baru bahwa Federasi Sepakbola Indonesia di bawah kepemimpinan Erick Tohie menerapkan kebijakan penuh atas program Naturalisasi pemain Diaspora Indonesia yang tergabung di klub-klub eropa bahkan ada yang bermukim di klub elite eropa seperti Jay Idzes di Klub Venezia Italia yang bermain di Liga Utama Italia, Marteen Paes (FC Dallas USA) yang bermain di MLS Liga Utama Sepakbola Amerika Serikat. Selain itu ada Kevin Diks (FC Kopenhagen), Nathan Tjo A On (Swansea City), Ivar Jenner (FC Utrecht) dan banyak lagi.
Program Naturalisasi ini sesuai dengan syarat dari FIFA dimana keluarga pemain memang berasal dari Bangsa Indonesia yang memiliki Bangsa Indonesia. Namun dengan begitu terdapat kontroversi dan menjadi perdebatan sengit bagaimana mereka dinilai bukan orang Indonesia Asli. Namun ada banyak fans sepakbola Indonesia yang sudah tak lagi mempermasalahkan atas sikap kebangsaan mereka atas negara Indonesia.
Fanatisme sepakbola Indonesia mulai digoyang issue Nasionalisme para pemain diaspora ini, berbagai alasan dan argumentasi bahwa pemain diaspora dipertanyakan rasa kebangsaan dan nasionalismenya terhadap negara Indonesia. Issue ini memang sensitif, bahkan ada pemain sepakbola diaspora Indonesia yang jelas memiliki Ayah kelahiran Indonesia Asli yaitu Emil Audero mentah-mentah tak ingin membela Timnas Indonesia yang dianggap miskin prestasi dan tak terkenal di dunia sepakbola.
Pernyataan ayah Emil Audero ini sontak mendapat reaksi negatif dari Fans Fanatik Timnas Indonesia, sehingga memunculkan rasa Nasionalisme tinggi bahwa Anak Indonesia Asli juga mampu dibanding Emil Audero dan mengecam balik dengan diksi kebencian pada ayah Emil Udero. Permasalahan ini sangat mengganggu dan mencederai rasa Nasionalisme yang telah diucapkan para pemain yang telah bergabung dengan Timnas Indonesia. Jay Idjes dkk sampai saat ini telah membuktikan keraguan sebagian masyarakt Indonesia yang lain serta membantah pernyataan negatif dari ayah Emil Audero. Mereka mematahkan seluruh anggapan bahwa pemain diaspora bukan dan tak bisa membela Indonesia. Menurut mereka sikap nasionalisme tidak perlu dibuktikan hanya karena darah keturunan bangsa Indonesia 100% semata, tetapi proses pertandinganlah yang bisa diperlihatkan, bagaimana mereka berjuang sampai akhir di setiap pertandingan membela Bangsa dan Negara Indonesia.
Jay Idjez dan kawan-kawan seolah memberi pesan bahwa menunjukan semangat bertanding tanpa menyerah dilapangan bermain fairplay bahkan sesekali menunjukan protes pada pihak-pihak pengadil yang bersikap curang seperti ditunjukan oleh Shayne Patynama dkk. Sikap-sikap membela tanah air di lapangan olahraga itu adalah salah satu sikap nasionalisme abad terbaru hari ini. Tidak hanya mengangkat senjata saja melawan penjajah. Membela negara di pertandingan olahraga oleh para Diaspora juga merupakan simbol utama bagi nasionalisme era milenial hari ini.
Konsep Identitas Bangsa
Â
Agustinus Wibowo dalam Buku Kita dan Mereka menuturkan bahwa sejatinya identitas asli sebuah bangsa ada semacam ilusi akut dan seolah jadi stigma berbangsa dan bernegara. Jika melihat sejarah penyebaran umat manusia di dunia, seperti daerah Kazakhtan, Turmenistan, Uzbekistan, sampai Pakistan itu merupakan asal bangsa nomaden. Bangsa berindanhh dan pengumpul dari Bangsa China Kuno. Sama halnya dengan Bangsa Rusia dimana dahuku berkumpul dan bersatu dalam UNI SOVYET. Ciri dan identitas sebuah bangsa hanya merupakan konsensus batas wilayah atas perjanjian ekonomi, sosial dan politik.