Otak kita butuh asupan energi positif
Masyarakat Kita umumnya memang mempunyai sikap tepo seliro, saling menghormati dan memiliki empati yang besar. Kadangkala sikap dan sifat itu tak mampu menjadi kekuatan perlawanan terhadap perilaku koruptif. Contoh hal yangat sangat sederhana adalah persaingan memasukan anak sekolah pada sekolah favorit dengan sistem zonasi menimbulkan tragedi atas akal sehat. Apapun dilakukan para orang tua untuk 'mengakali' aturan zonasi demi buah hati masuk ke sekolah favorit. Masuk ke institusi pemerintahpun juga marak dengan suaop dan gratifikasi. Bahkan di dunia audit dan pemeriksaan terjadi suap menyuap atas sebuah temuan. Kejadian yang terjadi pada auditor BPK RI bahkan Pimpinan BPK RI pun terjadi perilaku koruptif itu.
Hanya satu kata yang harys diterapkan pada otak kita semua yaitu "LAWAN.!". Dan ternyata kata itu sulit berada di tempurung otak kita. Kata itu semakin lemah dan kita tak berdaya. Energi positif yang mungkin bisa kita lakukan adalah kembali yakin akan konsep DOSA, Dan Hukuman yang akan diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa pada Mahkluknya yang melakukan perbuatan Dosa.
Konsep di dalam agama yang kita kenal yaitu DOSA, hanya bisa dilawan oleh sebuah energi positif yang patut kita tumbuhkembangkan dalam tempurung otak kita sejak dini, bahkan bisa kita riset pada otak kita sekarang juga. Energi positif ini harus sama-sama kita terapkan dan berani mengatakan TIDAK PADA KORUPSI.!. Kalimat itu jangan dijadikan sebuah slogan tetapi dijadikan sebuah konsep dalam tempurung otak kita sebagai energi yang mampu menghasilkan tindakan terpuji bukan tindakan DOSA. Â
Melawan ilusi dalam tempurung Otak Kita
Konsep DOSA yang telah ada ribuan tahun lalu Ketika manusia menemukan Agama, adalah tindakan yang melanggar perintah Tuhan YME sebagaimana dilakukan Adam dan Hawa yang termaktub dalam kitab suci. Perlawanan atas pengingkaran ini sudah berusia tua dan sebagai budaya primitif yang wajib kita terapkan selamanya dan bersemayam di dalam otak kita. Perilaku Koruptif harus kita anggap sebagai tindakan melanggar perintah Tuhan dan sebaiknnya memang konsep melawan perilaku korupstif tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan seremonial belaka. Memasang spanduk, banner, dan kegiatan show up terbukti tak ada gunanya. Bahkan hanya menghamburkan anggaran semata, sementara dampaknya tidak ada sama sekali.
Ilusi atas itu semua harus mulai dari dalam tempurung otak kita. Semacam bahasa Algoritma dam Deep Machine Learning yang diterapkan di Artifial Intelligemce. Otak kita diharapkan mampu secara otomatis menanamkan semacam chip bahwa 'perilaku koruptuf' otomatis di'ignore' dari tindakan kita di manapun dan dalam keadaan apapun. Sehingga manusia layaknya AI mampu berbuat baik dan positif serta terhindar dari perilaku korupif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI