Mohon tunggu...
Rendra Prasetya
Rendra Prasetya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manusia Biasa Saja

Tukang Kopi, menjadi biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merit System yang Dipertanyakan

5 September 2024   21:31 Diperbarui: 5 September 2024   21:44 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
LinkedIn Allan Menagh

Moralitas dan Integritas ini secara kualitatif terkadang luput atas penilaian pada kelayakan seorang PNS untuk menduduki jabatan yang diinginkan oleh pimpinan. Dan terkadang tidak menjadi prioritas oleh tim seleksi atau dewan jabatan tinggi yang ada di organisasi terkait. Sikap seorang ASN (Pegawai Negeri Sipil) selayaknya mendapat assesment ketat yang harus dilakukan sebelum dilakukan seleksi ikut dalam penyaringan menduduki jabatan yang lebih tinggi sebagai jenjang karir dan masa depan.

Masalah Moralitas dan Integritas bagi kalangan pegawai negeri sipil merupakan masalah klasik dimana seorang pegawai selalu terjebak dalam sikap oportunis dan selalu individualis yang terkadang menjadikannya sifat sombong karena terlalu berpegang teguh pada kemajuan diri atas prestasinya tanpa memandang lagi temannya menjauhkan sifat toleran terhadap pegawai yang lain yang rendah dari dirinya.

 Kesombongan atas Meritokrasi 

Ada hal menarik yang dikemukakan oleh Michael Sandel dalam Bukunya ''Tyranny Of Merit" bahwa pendekatan Sistem Merit yang dibiaskan atau termanipulasi oleh sikap jumawa bahwa prestasi diri yang dihasilkan atas sikap sombong dan hasil dari bias kompetisi yang didalamnya terdapat prinsip amoral yaitu nepotisme dan kolusi menjadikan metode Sistem Merit itu ternoda dengan sendirinya. Sikap amoral ini kadang timbul tanpa sadar dan seolah tak terlihat, namun bagi mereka yang dianggap tidak terseleksi dalam kompetisi atas prestasi diri menimbulkan sikap antipati dan kebencian atas nama kritis.

Asumsi-asumsi ideologi meritokrasi yang telah mempolarisasi pegawai kedalam dua kelompok yaitu winners dan losers atau pemenang dan pecundang menurut Sandel adalah keadaan yang rumit dan berbahaya dikarenakan hasil meritokrasi yang mengabaikan sikap baik yaitu Integritas dan Moralitas.Sistem Merit yang menghasilkan struktur pegawai yang jumawa karena prestasi diri yang tidak adil dan dihasilkan atas sikap jauh dari integritas dan amioral (salah satunya sikap manipulatif) adalah keadaan yang sombong hasil dari meritokrasi yang keliru.

Solusi atas Kesombongan Meritokrasi 
Sandel sendiri pun di dalam bukunya ''Tyranny Of Merit" memberikan Solusi yaitu :Perlunya revitalisasi public discourse. Revitalisasi diskursus publik menuntut peninjauan kembali secara kritis atas premis dasar liberalisme yakni the principle of avoidance (prinsip penghindaran)pembaharuan untuk mengevaluasi kembali martabat kerja.perlunya reorientasi dalam memberi bobot pada perkerjaan.mengapresiasi para pegawai yang dianggap tidak terampil dan karena itu tidak dianggap baik.Intinya Solusi untuk menghindari kekeliruan pada proses system merit adalah memantapkan Kembali pada penilaian Integritas dan Moralitas Pegawai Negeri Sipil Dimana sikap moral yang jujur harus dikedepankan sehingga membentuk pribadi PNS yang kuat.

Sudah layakkah mereka menjadi pejabat.?

Pertanyaan diatas adalah persoalan mendasar, bagaimana banyak pegawai negeri sipil tak mendapatkan akses dan kesempatan yang adil dan bisa berkarir dengan baik, aman dan lancar. Berbagai hambatan yang dialami pegawai tentunya kesempatan yang tidak ada dikarenakan kolusi dan nepotisme lebih dikedepankan serta terjadi amoralitas dan tidak memiliki integritas. Sehingga proses system merit hanya seolah-olah yang sejatinya semua itu tidak terjadi.

Akibatnya kelayakan dan kemampuan menjadi pejabat dan menduduki sebuah jabatan terus dipertanyakan. Kondisi ini menghasilkan suasana yang tidak kondusif, dan menghambat tujuan organisasi.

Kelayakan seorang pegawai yang dihasilkan oleh "Tyranny Of Merit" pasti mengakibatkan kontroversi yang tak berujung.

Layakkah mereka.?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun