Mohon tunggu...
Rendra PandegaPutra
Rendra PandegaPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

21 tahun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Permasalahan Pendidikan dan Kebudayaan Masa Kini

20 Mei 2022   21:20 Diperbarui: 20 Mei 2022   21:37 6031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan dan kebudayaan menjadi hal yang erat berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang hidup bersosial. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut di mana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern kondisi sistem pendidikan itu menjadi sanggat kompleks, artinya suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri. 

Misalnya, masalah kualitas hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dipisahkan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat sekitar, dari mana asal siswa berasal, serta banyak faktor lain di luar sistem sekolah terkait dengan kualitas hasil pembelajaran ini.

Permasalahan aktual pendidikan dan kebudayaan saat ini yang dapat dilihat di sekitar kita berupa kesenjangan antara apa diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai oleh proses pendidikan saat ini kita harus segera mengatasinya.Masalah pendidikan yang sebenarnya antara lain:masalah integritas dalam mencapai tujuan, kurikulum, peran guru,pendidikan 12 tahun,dan penggunaan teknologi pendidikan.salah satu faktor permasalahan yang kerap dihadapi yaitu mengenai kurikulum pendidikan. Begitu banyak masalah mengenai pembelajaran yang dialami Indonesia.Masalah-masalah ini berkontribusi pada dampaknya pada pembelajaran.dan pendidikan Indonesia. 

Masalah resume meliputi masalah konseptual dan masalah konten.penerapan.Akar masalahnya adalah bagaimana sistem pendidikan dapat melakukannya membekali siswa untuk memasuki dunia kerja (bagi yang tidak mau lanjut sekolah) dan memberikan landasan yang kokoh bagi perguruan tinggi (bagi siswa ingin melanjutkan pendidikan). 

Dibandingkan dengan kurikulum pendidikan di negara maju, kurikulum yang diterapkan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berdampak tidak baik bagi guru maupun siswa. Siswa akan kewalahan dengan segudang materi untuk dikuasai. Oleh karena itu, siswa harus berusaha untuk memahami dan mengikuti materi yang telah dipelajari. 

Kedua hasil ini akan menyebabkan siswa tidak memahami semua materi yang diajarkan. Siswa akan lebih suka mempelajari materi dengan memahami materi secara singkat saja. Selain berdampak pada siswa, guru juga akan berdampak. Tugas guru akan menumpuk dan tidak maksimal dalam penyampaian pengajaran. Guru akan kewalahan dengan pencapaian tujuan materi yang terlalu banyak, meskipun masih banyak siswa yang kesulitan, guru harus melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru. 

Apalagi, kurikulum sekolah di Indonesia sering berubah. Namun, perubahan ini hanyalah perubahan nama. Tanpa mengubah konsep kurikulum, jelas mengubah kurikulum pendidikan di Indonesia tidak akan berdampak positif. Mengubah nama kurikulum pendidikan tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dari segi ekonomi, akan lebih baik jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang memiliki potensi lebih besar untuk kemajuan pendidikan.

Serta kurangnya sumber-sumber untuk pengembangan kurikulum karena pengembangan kurikulum pendidikan tentunya bertumpu pada sumber asas, untuk menunjukkan dari mana asal muasal asas pengembangan kurikulum. Sumber utama pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris (pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektifitasnya), data eksperimen (hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup di masyarakat,dan akal sehat. Namun, dalam kenyataan hidup,keberadaan data sangat terbatas. Banyak data yang tidak diperoleh dari hasil penelitian yang terbukti efektif bahkan dalam memecahkan masalah yang kompleks, termasuk adat istiadat yang hidup di masyarakat . Ini juga merupakan hasil dari pemikiran umum atau akal sehat.

Dan juga perkembangan IPTEK yang tentunya berpengaruh pada pendidikan dan kebudayaan menuntun guru sebagai bagian dari sistem pendidikan juga harus berubah. Dari sudut pandang untuk siswa, tidak mungkin guru menmberi ajaran dan pengarahan sendirian. Untuk membimbing proses belajar siswa, ia dibantu oleh staf lain seperti konsultan (guru BP), pustakawan, asisten laboratorium dan teknisi sumber belajar. 

Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan pembelajaran (direktur), mengatur kegiatan pembelajaran (koordinator), berkomunikasi dengan siswa dengan berbagai sumber belajar (komunikator), menyediakan dan menyediakan fasilitas belajar (fasilitator). ) dan memberikan rangsangan untuk belajar (stimulator).

Permasalahan lain mengenai pendidikan dan kebudayaan saat ini juga dapat dilihat pada masalah mengenai pemerataan pendidikan.Yang mana Masalah pemerataan dapat muncul karena kurangnya koordinasi yang terorganisir antara pemerintah pusat dan daerah, bahkan di daerah terpencil. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga pengendalian pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah tidak sampai ke pelosok. Dengan demikian, ini berarti mayoritas penduduk usia sekolah Indonesia tidak akan dapat menerima penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud.

Masalah lain yang berkaitan dengan masalah pemerataan pendidikan adalah mengenai masalah efisensi pendidikan seperti bagaimana memfungsikan sarana dan prasarana,tenaga pendidik,serta penyelenggaraan pendidikan. Jika penggunaannya tepat, maka dapat dikatakan efisiensinya tinggi. Namun jika tejadi sebaliknya, pendidikan dikatakan memiliki efisiensi yang rendah. Jika dikaitkan dengan masalah nyata masyarakat, maka masalah efisiensi pendidikan yang perlu ditonjolkan adalah masalah pengangkatan, penempatan,dan pengembangan staf. 

Pengangkatan yang dimaksud di sini adalah pengangkatan tenaga kependidikan untuk memenuhi kebutuhan di berbagai derah. Namun, masalah dengan penunjukan ini adalah kesenjangan antara angkatan kerja yang bersaing untuk penempatan dengan bagian jumlah kuota yang terbatas. Kebutuhan lapangan tidak dapat menampung seluruh tenaga kependidikan yang ada, sehingga hal ini berarti keberadaan tenaga tersebut tidak dapat aktif dalam mengajar.

Masalah relevansi pendidikan juga perlu untuk disorot dalam permasalahan pendidikan dan kebudayaan saat ini. Masalah relevansi muncul karena ketidaksesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan nasional. 

Masalah ini berkaitan dengan perbandingan antara lulusan yang dihasilkan oleh suatu institusi pendidikan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh satuan institusi pendidikan yang lebih tinggi atau oleh lembaga yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Permasalahan relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari beberapa satuan pendidikan yang kurang siap secara kognitif dan teknis untuk melanjutkan ke satuan pendidikan yang lebih tinggi.Permasalahan relevansi juga ditemukan pada banyaknya lulusan dari beberapa satuan pendidikan yang belum siap kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun