Proses perjuangan itu tidak instan butuh kekuatan dalam menikmati prosesnya secara konsisten, kami punya rekam jejak yang tersimpan jelas sebagai wujud sinergi dan kolaborasi Komunitas Kreatif antar daerah (kota dan kabupaten) di dalam arsip CCC (Connect, Collaborate, Commerce/Celebrate) yang menjadi catatan sejarah e-narasi (digital) menuju revolusi industri kreatif.
Perjalanan dalam menjahit, merajut dan menganyam jejaring kota kabupaten kreatif Indonesia menjadi sebuah peranan baru yang menjanjikan kebahagiaan dan kesejahteraan bersama khalayak.
Strategi pengobatan akupuntur kota/kabupaten dengan teknik menusukkan jarum kreatifitas di titik ketimpangan/kesenjangan sosial masyarakat adalah gerakan visioner sebagai arus baru yang mempertemukan dua arus yang berbeda misi antara melawan atau mengikuti arus. Komunitas dengan kekuatan kreatifitas telah menjadi solusi yang hasilnya telah di nikmati bersama oleh seluruh stakeholders.
Awalnya penyelenggaraan CCC (Creative Cities Conference) Bandung yang merupakan rangkaian dari KAA (Konferensi Asia Afrika) ke 60 di tahun 2015, kemudian mendeklarasikan terbentuknya ICCF (Indonesia Creative Cities Forum) sebagai Jejaring Komunitas Kreatif Nasional bersamaan dengan lahirnya rumusan 10 Prinsip Kota Kreatif, serta menunjuk Solo (Surakarta) menjadi tuan rumah perdana penyelenggaraan ICCC (Indonesia Creative Cities Conference) sebagai tindaklanjut MOU antara Pemerintah Kota Surakarta dengan Pemerintah Kota Bandung.
Di Surakarta (Solo) kurang dari 2 bulan pasca CCC Bandung di tahun yang sama 2015 dalam pelaksanaan ICCC, terjadi perubahan nama dari forum (ICCF) menjadi network (ICCN; Indonesia Creative Cities Network) kemudian mendeklarasikan 10 Prinsip Kota Kreatif serta menunjuk Malang sebagai penyelenggara ICCC ke-2 tahun 2016 yang mewujudkan sinergi pentahelix ABCGM yaitu Academic, Bussines, Community, Goverment, Media sebagai kunci dalam proses pengembangan Ekonomi (Industri) Kreatif.
Di lanjutkan ICCC ke-3 tahun 2017 di Makassar yang memperkokoh pondasi Connect, Collaborate, Commerce (CCC), serta festival sebagai bentuk celebration berdampak pada value sosial, ekonomi, seni budaya, kearifan lokal serta jejak fisik kekhasan daerah dan konsisten pada sinergi pentahelix.
Selanjutnya di Jogjakarta dan Sleman yang ke-4 tahun 2018 berevolusi menjadi Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) karena gema serta geliat yang semakin membumi melahirkan metode kreatif sebagai solusi pembangunan kota/kabupaten, dengan mewujudkan 10 Prinsip Kota Kreatif sebagai implementasi dan parameter Kota Kreatif Indonesia.
Di tahun 2019 ini tuan rumah penyelenggaraan ICCF untuk ke-5 kalinya secara mufakat menunjuk Ternate, karena saat konferensi dan kongres 2018 di Jogja dan Sleman, serta persentase delegasi kota Ternate yang di wakilkan oleh Jaringan Komunitas Ternate (Jarkot) membawa konten kreatif (muatan lokal) yang fantastik, sehingga sebagian besar jejaring komunitas kota kabupaten kreatif seluruh Indonesia memilihnya menjadi pelaksana ICCF 2019, dan inilah untuk pertama kalinya festival kreatif terbesar di selenggarakan di timur Indonesia.
Kesiapan serta persiapan yang akan di laksanakan pada tanggal 2 s/d 7 September 2019 Ternate kota rempah-rempah dunia sungguh luarbiasa, telah menumbuhkan inisiatif Pemerintah Kota Ternate serta Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan juga mendorong pemerintah pusat untuk pro dalam pembangunan SDM hingga ke pelosok Nusantara. Dimana terdapat 7 agenda acara yang menjadi konsep dan konten kreatif.