Nusantara dulunya adalah sebuah bangsa-bangsa yang berdaulat berbentuk Kerajaan/Kesultanan di semua kepulauan. Dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku keseluruhan hingga Papua.
Sebagian besar NKRI di rampok oleh sebuah perusahaan dagang yang bernama VOC. Namun sebagian kecil yang mengetahui bahwa Bangsa Indonesia itu sudah ada sebelum masehi, bahkan kekayaan hasil bumi nusantara sudah viral sejak zaman Nabi dan Rasul. Bukan hanya Arab, Cina dan Belanda yang pernah berkunjung ke nusantara tapi beberapa negara eropa yaitu; Portugis, Spanyol dan Inggris serta negara baru yang bernama Amerika Serikat pun pernah berkunjung ke negara kepulauan yang kaya akan rempah-rempah di masa monarki nusantara.
Yang menguatkan teori bahwa bumi itu bundar adalah nusantara, padahal di dalam Al'Quran sudah sangat jelas menyebutkan bahwa bumi itu bundar bukan datar. Pertemuan akhir dari perjalanan panjang menyusuri lautan Spanyol ke arah barat dan Portugis ke arah timur atas inisiasi Paus dalam Perjanjian Saragosa itu di Maluku Utara tepatnya di Ternate. Pertemuan Spanyol dan Portugis di Ternate itulah yang membunuh teori bahwa bumi itu datar.
Sejak dahulu kala nusantara itu kaya raya akan rempah-rempah. Jauh sebelum bersatu menjadi sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa kita ini menjadi rebutan oleh bangsa-bangsa eropa untuk mendapatkan rempah-rempahnya. Hanya karena cengkeh, pala serta hasil bumi nusantara lainnya bisa membuat negara mereka (eropa) membangun kebesarannya menjadi negara kaya dan maju. Indonesia kini punah oleh sejarah itu, mau juga diperbodohi oleh mereka (negara luar) dengan pertambangan yang merusak kekayaan dasar dari alam nusantara yaitu rempah-rempah.
Jadi kalau Indonesia mau jadi negara maju dan kaya raya, maka kembalilah kepada potensi dasar dari geografis dan kultur nusantara, yaitu mengelola serius rempah-rempah dengan kreatifitas. Pengembangan Ekonomi Kreatif menjadi solusinya, sehingga generasi muda yang banyak bergelut di Industri Kreatif bisa mengeksplor rempah-rempah dengan benar dan keren
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H