Mohon tunggu...
Rendra Manaba
Rendra Manaba Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat Kreatifitas

bermain dengan rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Kota dengan Ekosistem Ekonomi Kreatif

19 April 2016   12:36 Diperbarui: 19 April 2016   21:56 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="www.indonesiakreatif.net"][/caption]Kota merupakan pusat peradaban, dimana peradaban terbentuk dari hasil kreatifitas warga kota. Kota menjadi tempat segala bentuk kebaruan terjadi, dimana aktifitas warga kota menjadi sebuah inovasi. Dikota terdapat beraneka ragam aktifitas bisnis dan ekonomi, yang dapat bertahan adalah warga kota yang bersosialisasi, peduli dan menjadi solusi. Kota memiliki sejarah panjang hingga dianggap menjadi sebuah kota, maka jaga dan lestarikan sejarah lahirnya kotamu.

Untuk mengukur parameter serta menganalisa tingkat kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap kotanya. Dapat dilihat dari seberapa besar apresiasi serta kebanggaannya terhadap karya lokal yang menjadi produk dari orang-orang kreatif. Jangankan menggunakan, melihatpun mereka enggan. Disebabkan mata, hati, pikiran dan rasanya telah dipengaruhi oleh kebulean. Diperparah lagi dengan gaya para pemangku kepentingan saling kejar-mengejar prestise serta keuntungan sepihak bagi pribadi dan golongannya.

Kekuatan politik dan kerakusan politikus telah melemahkan seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Diberbagai bidang sangat dikendalikan oleh permainan politik untuk meraih kekuasaan, demi mewujudkan keangkuhan serta kepuasan birahi. Sebagian besar warga kota banyak yang terjerumus dan ikut masuk ke dalam permainan politik praktis, walau mereka tidak paham akan hakikat berpolitik.

Pergeseran paradigma masyarakat sangat dipengaruhi oleh prilaku para politikus yang kini terlihat sukses, padahal penuh dengan kecurangan dan kerusakan moral. Banyaknya lahir generasi pragmatis yang mencuri keinstanan adalah jalan singkat demi mencapai keinginannya, bukan untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka tidak menghargai sebuah proses guna meraih kebutuhan rohani dan jasmani. Generasi muda sebagai penerus perjuangan dan penerima tongkat estafet pembangunan telah dipertontonkan sebuah drama dan film sinetron, bukan film heroik dan teater kolosal penuh arti, nilai dan sarat makna yang sangat berharga.

Permainan politikus telah memaksa generasi muda bertingkah laku transaksional tanpa rasa iba. Generasi muda telah kehilangan identitasnya, lupa akan sejarahnya, meludai seni budayanya serta mencaci maki kearifan lokal yang hakikatnya menjadi benteng terbentuknya karakter dan prinsip hidupnya. Warga masyarakat galau melihat gaya para pengambil kebijakan, baik di pusat maupun di daerah. Dimana pemerintah cenderung koruptif, pengusaha bersikap opportunis, akademisi berpikir apatis. Hingga kehilangan kepedulian terhadap kehidupan masyarakat. Materi telah merusak moralnya, prilakunya, pengalamannya, pengetahuannya dan keilmuannya.

Namun dari semua itu, masih ada harapan bagi warga dan pemangku kota untuk bangkit dan berkembang hingga maju dan berjaya, yaitu dengan membangun ekosistem ekonomi kreatif. Dimulai dari membentuk sumber daya manusia yang dapat menghasilkan karya kreatif baik berbentuk barang ataupun jasa, kemudian menciptakan iklim kebersamaan yang kondusif, menyatukan semua asset dan potensi kreatifitas perkotaan, serta proses penelitian pengembangan secara ilmiah.

Akselerasi industri kreatif mulai dari ide kreasi, produksi, distribusi, eksibisi dan pangsa pasar merupakan tumpuan utama dalam hasil dari kreatifitas, serta konservasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk kota. Menumbuhkan kesadaran terhadap hak kekayaan intelektual dan perlindungan hak cipta. Menciptakan sinergi dan kolaborasi antara ‘quadruple helix’ yaitu pemerintah, pengusaha/bisnis, akademisi, komunitas dan penggiat dalam pengembangan ekonomi kreatif wajib terselenggara secara seksama.

Ada 3 sektor kehidupan yang menjadi parameter kesejahteraan kota (daerah) dan warga masyarakat, berdasarkan kutipan Fiki Satari yaitu: Ekonomi, Sosial dan Infrastruktur.

Nilai ekonomi tidak selamanya diukur dengan jumlah uang, hakikat dari makna ekonomi adalah memenuhi kebutuhan. Peningkatan ekonomi harusnya didasari pada pendapatan masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan dasar secara adil dan merata. Membentuk masyarakat menjadi produktif dengan mengangkat potensi yang dimiliki dari setiap kelompok masyarakat dimasing-masing lingkungan. Pelatihan produktifitas keluarga merupakan salah satu solusi agar potensinya dapat tercuak hingga melahirkan usaha rumahan dengan harapan terbentuk home industry disetiap lingkungan masyarakat. Nilai ekonomi harusnya tergambar jelas dan terasa langsung pada warga masyarakat.

Kehidupan sosial masyarakat dapat terwujud jika interaksi sosial dapat terbangun dan terpelihara dengan baik. Menumbuhkan kembali identitas masyarakat yang santun, yang selalu memelihara silatuhrahmi, yang menjaga harkat martabat keluarga merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang kokoh. Memanfaatkan ruang kosong yang ada dilingkungan masing-masing menjadi ruang interaksi sosial dan ruang terbuka publik menjadi jawaban agar terjaga silatuhrahmi dan komunikasi aktif dilingkungan masyarakat. Rekayasa sosial dapat dibangun dengan mengubah kebiasaan buruk masyarakat terhadap lingkungannya agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang damai, tertib, bersih, indah serta berestetika dan beretika karena adanya kesadaran akan hal itu.

Infrastruktur merupakan hal paling mudah untuk dilaksanakan karena faktor utamanya adalah dana. Membangun kota bukan dengan orientasi proyek sesaat, tapi dengan orientasi program berkelanjutan, terarah dan tepat sasaran. Agar terwujud sinergitas, solidaritas dan kolaborasi serta membentuk jejaring kebaikan untuk melahirkan program tepat guna. Pembangunan infrastruktur harusnya dibarengi dengan pembangunan karakter. Bagaimana menanam kebanggaan masyarakat hingga memanen keceriaan dan kegembiraan masyarakat serta menumbuhkan inisiatif, antusias dan kepedulian penduduk kota.

Pembangunan fisik perkotaan harusnya terkurasi dengan melibatkan sejarawan, seniman, budayawan, komunitas dan para kreator lokal. Agar infrastruktur berkarakter lokal menjadi sebuah monumen tematik yang membangkitkan semangat, motivasi dan etos kerja masyarakat. Pemanfaatan material fisik yang ada disekitar lingkungan masyarakat dan melibatkan secara langsung warga kota adalah hal terpenting dalam pembangunan infrastruktur. Otomatis pemberdayaan warga masyarakat terwujud, yang secara afiliatif membentuknya menjadi produktif serta masiv dalam berkarya.

Kampanye ekonomi dan industri kreatif harusnya digalakkan lewat kegiatan sosial kemasyarakatan dengan lebih kreatif dan interaktif berbentuk MICE yang menggabungkan segala jenis event yaitu; meetig, incentive, convention dan exchibition. Kegiatan ini dapat membangkitkan antusias dan apresiasi terhadap karya lokal, serta menumbuhkan kepedulian dan inisiatif masyarakat untuk ikut serta dan berkontribusi bagi pembangunan kota.

Peran masyarakat sangat mempengaruhi pencapaian dari proses penyelenggaraan pemerintahan yang kuat. Dengan kegiatan tersebut seluruh potensi kota akan tersosialisasikan dengan tepat. Sehingga metodologi city branding, promo destinasi wisata kota, produk unggulan, tingkat kebahagiaan warga masyarakat serta sinergitas, solidaritas dan kolaborasi seluruh perangkat kota dapat terlukiskan dengan indah. Dari MICE juga dapat lahir jejaring nasional dan internasional demi memperkuat kepentingan dan kebutuhan kota.

Siklus ekosistem ekonomi kreatif wajib terpelihara dengan baik dan terkontrol dengan benar, agar tingkat kesejahteraan masyarakat teraplikatifkan, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Terkadang kesenjangan antara fakta dan fiktif (retorika) sulit diukur. Kebanyakan pemangku kebijakan mengesampingkan hal itu, yang terpenting baginya adalah menilai kinerja dengan angka-angka yang tidak komprehensif dan menentukan rasio pencapaian yang tidak akumulatif. Perlakuan dari kebijakan ataupun peraturan hanya untuk menjaga kepentingan, serta kesimpulan yang diambil hanya merupakan bentuk pencitraan.

Olehnya itu mari bersama menanamkan nilai-nilai pancasila sebagai dasar Negara yang harus dimaknai dan diterjemahkan secara konkrit. Baik di Pusat, di Provinsi, di Kota, di Kabupaten dan di Desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun