Mohon tunggu...
Rendra Manaba
Rendra Manaba Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat Kreatifitas

bermain dengan rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejaring Komunitas Mendeklarasikan Indonesian Creative City Forum (ICCF)

20 Mei 2015   22:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_384651" align="aligncenter" width="615" caption="Opening Ceremony Helar Fest 2015"][/caption]

Pendopo Bandung merupakan bangunan situs sejarah peninggalan kolonialisme yang menjadi benda cagar budaya bagi Indonesia. Area dan berbagai bangunannya telah dijadikan sebagai kawasan dari rumah jabatan Walikota Bandung. Suasana zaman doeloe masih terasa disini, hingga kini. Menikmati bangunan heritage sungguh mengagumkan. Dapat mengugah rasa serta membangkitkan ide dan imajinasi. Pelestarian sejarah adalah bagian dari sebuah pengetahuan dan pembelajaran untuk masa kini dan masa depan, serta menjadi bagian dari kehidupan warga Bandung yang bersahaja. Minggu 26 April 2015 pukul delapan pagi, area Pendopo menjadi ramai oleh orang-orang kreatif yang berasal dari beberapa kota di Indonesia dan internasional. Terlihat jejeran para pejuang kreatif sedang meregistrasi kehadiran mereka atas undangan dari Bandung Creative City Forum (BCCF) sebagai penyelenggara Creative Cities Conference (CCC). Acara yang menjadi rangkaian dari peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke - 60. Setelah para delegasi dan tamu undangan selesai memenuhi registrasi, pihak penyelenggara kemudian mempersilahkan untuk menikmati morning coffee terlebih dahulu. Bertempat tepat ditengah kawasan antara taman dan bangunan Pendopo. Halaman tersebut menjadi area food and beverage dalam Konferensi Kota Kreatif yang baru pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia.

Para delegasi dan tamu undangan CCC begitu menikmati suasana asrinan bersejarah. Sehingga dengan sendirinya dapat terbangun keakraban dan rasa kekeluargaan. Bercengkrama antara satu dengan yang lainnya, serta saling tegur sapa antara delegasi dan tamu undangan menemani sarapan pagi itu. Tidak lama kemudian datanglah Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia disusul dengan para pembicara internasional. Diantaranya dari SouthEast Asian Creative Cities Network (SEACCN), Asia Europe Foundation (ASEF) dan Thailand Creative and Design Center (TCDC). Yang kemudian ikut membaur bersama menikmati morning coffee. Sebuah acara konferensi yang inklusif dan mengindahkan sebuah aturan protokoler yang serba kaku, walau bertempat disebuah rumah jabatan Walikota. Inilah kebaruan dari sebuah penyelenggaraan konferensi berskala nasional dan internasional yang digabungkan secara bersamaan. Acara ini menggunakan venue semi outdoor yang bertempat di sebuah Pendopo. Dimana udara dengan leluasa dapat masuk untuk ikuti serta dan menemani para delegasi, tamu undangan maupun pembicara.

Sementara dari dalam bangunan rumah jabatan Walikota Bandung, Ridwan Kamil ditemani Istri bersama dengan Achmad Purnomo Wakil Walikota Surakarta. Mereka secara surprise hadir ditengah forum yang kemudian menyapa serta mengundangsecara langsungpara delegasi, tamu undangan dan pembicara untuk menuju ke Alun-Alunterlebih dahulu dengan berjalan kaki. Jarak antara Pendopo dan Alun-Alun kota Bandung sekitar 20 meter. Semua rombongan CCC tanpa terkecuali ikut berjalan kaki bersama-sama dengan rasa senang. Alun-Alun Bandung telah berubah bentuk, selain sebagai tempat hangout, juga menjadi public space. Serta menjadi tujuan wisata kota favorit bagi warga Bandung dan sekitarnya. Alun-Alun sangat mempesona dengan adanya rumput sintetis dan taman bunga cantik yang mewajibkan para pendatang agar tidak mengenakan alas kaki untuk bisa menikmatinya, sehingga kebersihan dan kesucianya tetap terjaga. Ini adalah salah satu bentuk inovasi dari sebuah arsitektur ruang terbuka publik yang dapat membuat masyarakat menjadi gembira dan bahagia. Posisi Alun-Alunberdampingan mesra dengan Mesjid Raya Bandungyang menjadi tempat pelaksanaan opening ceremony Helar Fest 2015. Kegiatan ini merupakan program tahunan dari BCCF, dan sudah diselenggarakan sejak tahun 2008.

“Helar Festadalah ruang bagi komunitas-komunitas kreatif untuk unjuk diri dengan aksi kreatifitasnya, dan menjadi fasilitas untuk mempromosikan dan memasarkan produk lokal yang dihasilkan secara konsisten. Kegiatan ini akan berlangsung selama hampir sebulan penuh dengan beragam agenda acara. Tagline yang kami angkat untuk tahun 2015 adalah Bandung Statement. Ini sebagai bentuk perayaan bagi komunitas, seniman, relawan KAA dan masyarakat umum”. Pungkas Tegep Direktur Helar Fest 2015. Kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari Fikisatari sebagai ketua BCCF yang menitiskan bahwa kegiatan ini didedikasikan buat almarhum kang Irvan Noeman yang baru seminggu meninggalkan kita semua. Almarhum memiliki cita-cita besar dan kini menjadi kenyataan ditahun ini. Fiki mengutip kembali analogi pisang muda, matang dan busuk yang menjadi jargon perjuangan dari almarhum dalam mewujudkan kota kreatif. Posisi Helar Fest 2015 telah menjadi bagian dari perkembangan ekonomi kreatif Indonesia”.Tutup Fikisatari. Keceriaan masyarakat umum yang berbondong-bondong datang ke Alun-Alun kota Bandung pagi itu, terlihat jelas dari raut wajah mereka begitu bergembira dan bahagia. Setelah melihat pemimpin merekatelah merubah wajah Bandung menjadi lebih bermartabat penuh dengan kreatifitas.

Ridwan Kamil adalah Walikota Bandung. Dimana dalam sambutannya menjelaskan bahwa Helar Fest tahun ini merupakan rangkaian dari acara peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke – 60 tahun. Menjadi sebuah sejarah bagi kehidupan dunia dalam menghapus segala bentuk penjajahan. Awalnya hanya khusus untuk kawasan benua Asia dan Afrika, yang kemudian menjadi inisiatif terbentuknya negara-negara non blok.Semoga acara ini juga menjadi kekuatan bangsa untuk membendung adanya penjajahan ekonomi dan sosial yang terjadi di negara berkembang hingga kini. Helar Fest 2015 memiliki 29 rangkaian kegiatan kreatif, salah satunya adalah Creative Cities Conference (CCC) yang bertempat di Pendopo Bandung. Dan beberapa creative event yang ditujukan bagi seluruh warga Bandung, tamu nasional maupun internasional. Sementara Triawan Munaf kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menyatakan bahwa Bandung sudah melewati banyak perubahan. Kota yang berantakan mungkin bisa saja menginspirasi para kreator, tapi warga butuh kota yang teratur untuk mengkonsumsi karya-karya kreatif. Saya lahir, besar dan menempuh pendidikan di kota ini. Baru kali ini saya dapat merasakan kegembiraan atas semua perubahan yang telah terjadi oleh kebijakan dari seorang pemimpin kreatif. Warga Bandung sangat bersyukur telah memiliki pemimpin yang visioner dan tahu bagaimana cara membahagiakan masyarakatnya”. kutip Triawan.

Acara opening ceremonyHelar Fest 2015 ditandai dengan pelepasan burung merpati dan balon gas secara bersamaan. Dilanjutkan dengan penyerahan cenderamata buku tentang Konferensi Asia Afrika dari Karang Taruna Kota Bandung. Kemudian dilanjutkan dengan agenda kegiatan lainnya yang menjadi rangkaian dari acaraHelar Fest 2015. Sebagai kegiatan edukasi dan hiburan cerdas bagi masyarakat luas.Setelah acara opening ceremonial di Alun-Alun selesai dilaksanakan, kemudian rombongan delegasi, tamu undangan, pembicara CCC dan Walikota beserta jajaran Pemkot Bandung, Wakil Walikota Surakarta serta Kepala Bekraf RI kembali berjalan kaki menuju Pendopo untuk melanjutkan pelaksanaan Creative Cities Conference. Sesampai di Pendopo, para delegasi dan tamu undangan serta pembicara disambut dengan senyum sumbringa oleh para penyelenggara, yang sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk melaksanakan CCC. Susunan kursi dengan desain seminar menjadi tempat para delegasi. Tiba-tiba sumber dari pengeras suara yang diantarkan oleh MC mempersilahkan untuk mengambil bagian masing-masing di kursi tersebut. Acara Creative Cities Conference diawali dengan kata sambutan dari Komite Kreatif Kota Bandung yang diwakili oleh Kepala Bidang Ekonomi Kreatif. Dan berlanjut dengan penandatangan MOU antara Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Kota Surakarta untuk berkomitmen bekerjasama mengembangkan industri kreatif antar kedua kota kreatif itu. MOU tersebut disaksikan langsung oleh Kepala Bekraf RI.

Penandatanganan MOU ini menjadi contoh komitmen antar kota kreatif di Indonesia untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta memperkuat sub sektor industri kreatif yang telah dipetakkan ditiap-tiap kota sebagai kekuatan ekonomi baru. Kita telah banyak menguras energi positif menjadi energi negative. Karena kecenderungan berkompetisi antar kota. Ekonomi kreatif dapat dengan mudah berkembang jika kota-kota di Indonesia dapat berjejaring dengan baik dan berkesinambungan. Setiap kota memiliki keunggulan dalam menghasilkan produk kreatif dan menjadi ciri khas dari kota tersebut. Dengan jejaring ini, pasar akan terbuka luas dan SDM disetiap kota bisa saling berinteraksi serta membentuk solidaritas. Sehingga permasalahan pengembangan industri kreatif dengan tepat menghasilkan solusi. Jejaring kota Bandung hingga kini sudah terbangun antar kota-kota di Asean, Asia dan beberapa kota di Eropa untuk menyambut kehadiran MEA dan globalisasi. Dengan semangat Solidaritas Asia Afrika, dua hari Creative Cities Conference, mari senyapkan kata kompetisi dan gaungkan kata kolaborasi. Menutup pemaparan Kang Emil.

[caption id="attachment_384655" align="aligncenter" width="573" caption="Pemaparan Kepala Bekraf RI"]

14321348081293306135
14321348081293306135
[/caption]

Triawan Munaf dalam pemaparan materinya menjelaskan tujuan dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia oleh Presiden Jokowi. Untuk menyikapi adanya perubahan peradaban ekonomi yang telah terjadi. Yaitu dari ekonomi pertanian, ekonomi industri, ekonomi informasi dan kini masuk pada peradaban ekonomi kreatif. Tentunya Indonesia sebagai negara besar yang masih memiliki semua peradaban tersebut, serta memiliki banyak SDM kreatif dan potensial untuk mengembangkan industri kreatif yang telah dibagi ke dalam 16 sub sektor yaitu film, video dan fotografi, musik, teknologi informasi, desain, mode, kerajinan, arsitektur, periklanan, permainan interaktif, riset dan pengembangan, seni pertunjukan, seni rupa, tv dan radio, penerbitan dan percetakan serta kuliner. CCC ini menjadi proyek kolaborasi dalam membangun solidaritas untuk mengembangkan industri kreatif Indonesia. Kita akan mendorong adanya perlindungan hak kekayaan intelektual bagi setiap karya yang dihasilkan oleh anak bangsa, membuka pasar nasional dan internasional agar pelaku industri kreatif semakin masiv dalam berkarya dan terus berinovasi. Melaraskan hubungan kerjasama antara pemerintah, pengusaha, akademisi, komunitas maupun para penggiat seni dan pelaku industri kreatif. Serta membuat regulasi yang tepat dalam hal permodalan oleh perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.

Keseruan konferensi ini terasa begitu mengasikkan, melahirkan semangat baru untuk konsisten ber komitmen mengembangkan industri kreatif kepada setiap delegasi dan tamu undangan yang hadir. Semangat tersebut tetap bersemayang hingga memasuki waktu istirahat siang. Disela waktu istirahat dan makan siang, dalam forum ini juga menghadirkan performance dari musisi muda dan komunitas kreatif yang beraksi untuk menghibur para delegasi dan tamu undangan serta pembicara yang ada. Waktu break CCC tidak perna kosong, melainkan diisi dengan pemutaran video dokumentasi dari BCCF. Kita dapat saksikan disisi kiri dan kanan layar serta monitor LCD yang terpasang disudut-sudut Pendopo dengan rapi. Setelah istirahat, acara dilanjutkan lagi dengan materi dari pembicara internasional yaitu Dr. Neil Khor Jin Keong dari SouthEast Asian Creative Cities Network (SEACCN), Anupama Sekhar dariAsia Europe Foundation (ASEF)dan Inthaphan Buakeow dari Thailand Creative and Design Center (TCDC). Persentase dari semua pembicara internasional tersebut telah membuka cakrawala berpikir dan bertindak, untuk melahirkan ide-ide cemerlang dan mengaplikasikannya secara cermat. Forum semakin aktif lagi dengan adanya sesi tanya jawab antara pembicara dan seluruh peserta yang ada, sehingga tercipta interaksi dua arah dan menjadi sebuah diskusi berkualitas. Waktu telah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Konferensi hari ini telah selesai, namun rangkaian acara CCC masih tetap berlanjut hingga malam hari.

[caption id="attachment_384656" align="aligncenter" width="567" caption="Sightseeing – Intervened Spots "]

14321351932136502348
14321351932136502348
[/caption]

Untuk agenda pada sore hari dilanjutkan dengan Sightseeing – Intervened Spots. Para delegasi dan tamu undangan dibawa berkeliling kota Bandung dengan alat transportasi yang unik dan lucu bernama Bandros. Bandros singkatan dari Bandung Tour On Bus yang merupakan bus pariwisata dalam kota bertingkat dua dengan desain terbuka ala Eropa. Bandros dibuat oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai kendaraan untuk berkeliling menikmati ibukota Periangan dan berkunjung di spot-spot wisata kota kembang. Para delegasi dan tamu undangan dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok dikawal oleh 2 orang LO, setiap bandros mengangkut 4 kelompok dengan pembagian merata dari jumlah rombongan yang ikut. Sehingga mencukupi 3 unit bandros yang dilengkapi dengan fasilitas microfon dan alat pengeras suara serta monitor LCD. Sopirnya berpakaian adat Sunda dan ditemani dengan seorang kernet berbudaya lokal. Tour On Bus dengan tujuan utama berkunjung ke Festival Of Nation. Perjalanan dimulai dari pendopo kemudian menyusuri jalan-jalan protokol kota Bandung, diselingi dengan penjelasan dari LO melalui pengeras suara disetiap titik-titik tempat yang dilewati, dan juga berperan sebagai gaet dalam perjalanan tersebut. Bandung Tour On Bus melintasi beberapa bangunan heritage yang masih berdiri kokoh dan tetap dilestarikan, serta melewati taman-taman tematik yang kini menjadi kekayaan dari arsitektur kota Bandung.

Sesampainya di daerah Dago yang merupakan tempat diselenggarakannya Festival Of Nation. Seluruh rombongan CCC diberi waktu selama sejam untuk menikmati festival Asia Afrika yang menjadi acara perayaan dalam peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA). Disini terdapat stand-stand internasional yang memamerkan khasanah seni dan budaya dari negara-negara peserta KAA yang sungguh menakjubkan. Dan stand nasional dari beberapa provinsi di Indonesia yang menggambarkan kekuatan industri kreatif Indonesia, serta stand lokal yang menawarkan kulinar khas Bandung. Pasca magrib seluruh rombongan sudah berkumpul ditempat yang sudah ditentukan sebelumnya, yang menjadi halte pemberhentian bandros untuk kembali ke Pendopo melanjutkan agenda CCC di malam hari. Perjalanan wisata dengan menggunakan bandros memberi sensasi yang berbeda, kita dapat merasakan wahana arung jeram di udara dengan menghindari beberapa ranting pohon dan kabel listrik yang menyisir dilantai dua bandros. Hal inilah yang membuat suasana perjalanan menjadi fantastik dan menumbuhkan rasa solidaritas dari para delegasi dan tamu undangan CCC. Di Pendopo Bandung suasana konferensi sudah berubah drastis menjadi sebuah restoran mewah dengan penataan meja dan kursi untuk menikmati diner with impressions. Perjamuan makan malam dengan sajian hiburan seni dan budaya Jawa Barat yang menampilkan tarian tradisional sebagai penutup konferensi dihari pertama.

[caption id="attachment_384658" align="aligncenter" width="586" caption="Seni dan Budaya Indonesia"]

14321361391490776983
14321361391490776983
[/caption]

Senin, 27 April 2015 adalah hari kedua pelaksanaan Konferensi Kota Kreatif. Kali ini lebih fokus pada pembahasan nasional untuk membuat kerangka pendirian sebuah asosiasi atau forum antar kota-kota kreatif Indonesia demi memperkuat jejaring, membangun komitmen solidaritas serta membuat program bersama dan berkelanjutan kepada seluruh peserta yang ada. Pembicara pertama diantarkan oleh Gustaff Iskandar dengan materi “Kota Kreatif”. Dalam penjelasannya berisikan prinsip kota kreatif Indonesia yang terbagi atas sepuluh poin. Wacana ini mencuak ke dalam forum untuk dibahas dan dikaji secara bersama sehingga menghasilkan kesepakatan untuk mendeklarasikan berdirinya jejaring paten. Pembahasan tersebut berlangsung selama dua jam, dimana para peserta yang merupakan profesional, penggiat, praktisi, akademisi, komunitas kreatif dan pelaku industri kreatif yang ada di Indonesia. Para peserta banyak memberi masukan, saran, kritikan dan sanggahan. Sehingga menjadikan forum semakin aktif serta membuat suasana diskusi dan sharing bagaikan lautan ide-ide cemerlang yang sulit dibendung. Mewujudkan kota kreatif merupakan harapan bagi seluruh peserta yang mewakili kota masing-masing. Tercatat ada 16 delegasi kota kreatif yang ikut dalam konferensi ini. Poin-poin dari prinsip kota kreatif Indonesia diapresiasi secara bijak dan akan menjadi acuan pergerakan dan perjuangan mewujudkan kota kreatif di daerah-daerah. Selain inisiatif dibutuhkan afiliasithen, now, forever together in solidarity dengan pemerintah baik pusat, provinsi maupun kota dan kabupaten bersama dengan pengusaha yang ada didaerah untuk berkolaborasi secara intens dan konkrit menjalankan prinsip tersebut.

[caption id="attachment_384660" align="aligncenter" width="600" caption="Jejaring Komunitas Nasional (Delegasi CCC)"]

1432136292421848353
1432136292421848353
[/caption]

Penyusunan kerangka pendirian asosiasinasional sempat terpending untuk dibahas lebih detail oleh tim perumus yang telah dibentuk sebelumnya.Konferensi dilanjutkan dengan pemaparan materi internasional oleh Lekuthai dari Thailand Creative and Design Center (TCDC) yang membahas pentingnya sebuah Creative Center dari sebuah kota. Sementara Yose Rizal Founder of Media Wave™ berbicara tentang Politics in Social Media. Yose menjelaskan bahwa “Ridwan Kamil telah memanfaatkan sosial media sebagai alat politik. Lewat akun sosmed yang dikelola sendiri, Kang Emil dapat berinteraksi dan mendengarkan langsung suara warga Bandung. Setelah kedua narasumber tersebut menyelesaikan pemaparan dan tanya jawab. Kemudian diskusi nasional berlanjut pada hasil rumusan pendirian asosiasi kota kreatif Indonesia, yang telah disepakati bersama dengan seluruh delegasi yang hadir dan melahirkan sebuah forum nasional bernama Indonesian Creative City Forum (ICCF) sebagai lembaga yang mandiri dan independen. Deklarasi pendirian ICCF dan 10 prinsip kota kreatif Indonesia, inti poinnya berisikan welas asih, inklusif, hak asasi manusia, kreatifitas, lingkungan, sejarah, masa depan, transparan adil dan jujur, kebutuhan dasar, energi terbarukan dan fasilitas umum. Penunjukkan langsung pembacaan deklarasi di amanahkan kepada Kendari Kreatif mewakili kota Kendari, Solo Creative City Network mewakili kota Solo dan Medan Heritage mewakili kota Medan dengan penuh hikmat. Sebagai bentuk tindak lanjut hasil dari deklarasi tersebut, kota Solo akan menjadi tuan rumah tempat berlangsungnya konferensi pertama Forum Kota Kreatif Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun