Mohon tunggu...
Surya Narendra
Surya Narendra Mohon Tunggu... ASN -

Kapan kita akan melakukan revolusi, Kawan Bejo?

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nama Prabowo di Uang Pecahan Rp 50.000

27 Januari 2014   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang istirahat makan siang di kantor, iseng saya membuka salah satu media online nasional. Mata saya agak tergelitik saat membaca judul berita “Beredar Uang Kertas Berstempel Kampanye Prabowo”. Setelah saya klik tautan berita tersebut, lumayan terkejut saya melihat gambar (berupa foto) yang disertakan dalam berita itu.

Saya baca beritanya, ternyata pihak media online tersebut mendapat foto dan berita tersebut dari media sosial Twitter, dimana pertama kali di-tweet oleh akun @SimonPeres. Dikarenakan media online ini beberapa hari yang lalu mengeluarkan berita yang tidak aktual tentang tenda SBY seharga 15 milyar rupiah, maka saya putuskan untuk menginvestigasi terlebih dahulu.

Saya buka akun Twitter-nya Simon Peres ini dan munculah tweet seperti gambar di bawah ini :

[caption id="attachment_318621" align="aligncenter" width="480" caption="sumber : screenshoot pribadi"][/caption] Untuk lebih meyakinkan mata saya, foto itu kemudian saya simpan ke dalam memori handphone saya. Benar saja, ternyata fotonya menjadi lebih jelas dan terpampanglah di hadapan saya selembar uang kertas pecahan Rp 50.000 dengan stempel berwarna biru. Dalam stempel bulat itu terbaca “PRABOWO. SATRIA PININGIT. HERU CAKRA RATU ADIL”

[caption id="attachment_318622" align="aligncenter" width="480" caption="sumber : akun twitter @SimonPeres"]

13908007401990718919
13908007401990718919
[/caption]

Akun @SimonPeres kemudian melaporkan temuannya ini kepada akun resmi Prabowo di @prabowo08, tetapi belum ada tanggapan resmi dari akun salah satu calon presiden 2014 itu.

Saya menuliskan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan Prabowo sebagai calon presiden 2014. Saya bukan kader atau simpatisan partai apapun. Saya juga bukan tim sukses salah satu calon presiden.

Ada beberapa kemungkinan tentang beredarnya uang berstempel nama Prabowo ini, antara lain :

1.Penyebaran uang berstempel nama Prabowo ini memang diinstruksikan oleh Prabowo sendiri, atau paling tidak oleh tim sukses Prabowo. Jika memang penyebaran uang ini ada isntruksi dari Prabowo atau tim sukses pencapresannya, maka ada kemungkinan bisa termasuk dalam money politics. Akan tetapi dibutuhkan analisa yuridis terlebih dahulu untuk menentukan apakah peristiwa ini masuk kategori money politics atau bukan menurut undang-undang.

2.Penyebaran uang berstempel ini dilakukan atas inisiatif pribadi atau kelompok simpatisan Prabowo tanpa ada perintah langsung dari Prabowo dan tim suksesnya. Untuk mengetahui ini, kita tunggu saja klarifikasi Prabowo atau tim suksesnya dan kalau perlu hasil investigasi KPU dan Bawaslu.

3.Penyebaran uang berstempel ini adalah ulah lawan politik Prabowo. Hal ini dilakukan untuk menjatuhkan nama Prabowo di mata masyarakat agar langkahnya menuju kursi RI 1 terjegal atau paling tidak terseok.

.

Masih banyaknya kemungkinan atas beredarnya uang berstempel nama Prabowo tersebut hendaknya kita jadikan sebagai tali pengekang agar kita jangan terburu nafsu menyalahkan satu atau beberapa pihak. Mari berpikir bijaksana, apalagi menghadapi hal yang belum jelas asal-usul dan kronologisnya.

Namun bila suatu saat akhirnya penyebaran uang tersebut terbukti ada instruksi dari Prabowo dan tim suksesnya, alangkah baiknya kita jadikan pelajaran bagi kita semua untuk senantiasa berhati-hati dalam memilih pemimpin.

Seperti yang dikatakan Megawati dalam acara Mata Najwa, “Buktikan dulu bahwa kamu bisa menjadi pemimpin, baru kamu boleh menjadi presiden. Jangan terbalik, maunya jadi presiden dulu baru memimpin.”

.

.

.

Klaten_27012014

Dunia politik penuh dengan intrik. Kilik sana kilik sini itu sudah lumrah. Seperti orang adu jangkrik. Kalau nggak ngilik nggak asik. (Iwan Fals)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun