Sebuah penekanan yang perlu adalah diarahkan pada implikasi-implikasi dari kepemilikan media, dan fakta bahwa pandangan-pandangan dan kepentingan dari suatu golongan dan para pemilik media besar, pada asas tertentu mempengaruhi out put media. Sejauh media massa dapat memngaruhi agenda politik, agenda ini akan cenderung konservatif dan paling tidak cocok atau selaras dengan kepentingan-kepentingan dari suatu kelompok yang dominan dalam masyarakat.
Dalam buku politik edisi keempat karya Andrew Hywood, faktor kedua adalah ketika media massa tidak memiliki akuntabilitas publik, ia menjadi contoh klasik dari “kekuasaan tanpa tanggung jawab”. Betapapun baik dan menariknya pandangan-pandangan daripada jurnalis dan penyiar, dan betapapun bersemangatnya mereka, akan menggambarkan diri mereka sebagai “suara rakyat”. Para profesional media tidak seperti para politisi yang terpilih melalui pemilihan, tidak mewakili siapapun kecuali diri mereka sendiri, dan tidak memiliki landasan yang bermakna untuk mengklaim bahwa mereka berkepentingan untuk menyuarakan opini publik.
Ketiga,terdapat alasan-alasan untuk meragukan independensi media terhadap pemerintah. Jadi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sudah lazim sebuah hubungan simbiosis antara para profesional media dan elit politik yang pada akhirnya membatasi pandangan-pandangan politik dari media massa dan membatasi kemampuannya untuk bertindak sebagai “pengawas” yang efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H