Mohon tunggu...
Rendi Ariyanto Sinanto
Rendi Ariyanto Sinanto Mohon Tunggu... Freelancer - Promkespreneurship_Nursing_Public Health_From Fakfak West Papua

"Seorang Penulis Belum Tentu Cendekia, dan Seorang yang Cendekia Belum Tentu Menulis" _Wahyu Wibowo_

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Permasalahan Promosi Kesehatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Terabaikan

15 Juli 2024   08:32 Diperbarui: 15 Juli 2024   08:34 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PKRS (Sumber : Pixabay.com)

Kenyamanan saat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan merupakan hal yang diinginkan oleh setiap orang ketika sedang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan. Secara sederhana fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa jenis seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, serta praktik mandiri.

Fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut faskes merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang, baik orang sehat maupun orang sakit, dan termasuk fasilitas pelayanan publik yang wajib memberikan rasa aman dan nyaman bagi setiap orang yang berkunjung. Rasa nyaman tersebut tidak hanya terletak pada persoalan alur pelayanan, namun bagaimana sebuah konsep tata ruang atau tata graha sebuah gedung yang dipadukan dengan keilmuan promosi kesehatan agar bisa memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang efektif pada semua pengunjung.

Faskes yang baik adalah faskes yang mampu memberikan rasa nyaman dan aman mulai ketika pengunjung tiba di halaman faskes, masuk gedung faskes, dan sampai pulang dalam keadaan aman dan selamat serta bertambah wawasan kesehatan.

Kenyamanan pada sebuah faskes terletak pada kemampuan faskes dalam menerapkan program promosi kesehatan rumah sakit yang baik. 

Program promosi kesehatan rumah sakit atau sering disebut PKRS merupakan upaya memberdayakan pasien, keluarga pasien, sumber daya manusia rumah sakit, pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit untuk berperan serta aktif dalam proses asuhan untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal.

Secara sederhana promosi kesehatan rumah sakit diartikan sebagai sebuah seni dalam memberikan edukasi kepada berbagai sasaran seperti pasien, keluarga pasien, sumber daya manusia rumah sakit, pengunjung rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit.

Promosi kesehatan dapat tercipta ketika apa yang ingin disampaikan dapat sampai dan diterima oleh sasaran. Pintu masuk yang baik dalam promosi kesehatan terletak pada media promosi kesehatan. Media promosi kesehatan yang tepat guna, kreatif dalam penempatan, mampu tampil beda dan elegan tanpa mengesampingkan keilmuan merupakan media yang baik untuk mendukung program promosi kesehatan.

Promosi kesehatan rumah sakit yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya berbicara tentang rumah sakit dalam aspek sempit, namun mencakup semua faskes yang lebih luas. Adapun beberapa fakta yang memiliki evidence based berdasarkan pengalaman penulis saat menjadi praktisi promosi kesehatan. Salah satunya terdapat fakta berbagai permasalahan dalam promosi kesehatan di faskes yaitu berupa promosi kesehatan yang kurang diminati, dianggap tidak menarik, serta tidak mampu tampil menarik. 

Selain itu menurut penulis hal yang paling mendasar adalah promosi kesehatan tidak banyak dilakukan oleh tenaga yang kompeten (diampu bukan oleh tenaga promkes), serta yang tidak kalah penting adalah pengembangan media promosi kesehatan dilakukan tanpa visi yang baik, saat ini promosi kesehatan di berbagai faskes ditampilkan ala kadarnya tanpa memperhitungkan aspek estetika, keilmuan, dan efektifitas sebuah media.

Bagaimana mengembangkan media promosi kesehatan dengan visi yang baik?

Media promosi kesehatan yang baik pada sebuah faskes adalah media promosi kesehatan yang tepat guna, tidak monoton, dan tidak mengandalkan satu jenis media saja. Ada beberapa orang menganggap bahwa jenis media promosi kesehatan tertentu bisa menjawab semua kebutuhan, sebagai contoh pada sebuah gedung faskes, ketika hanya memanfaatkan media poster dianggap itu sudah bisa menjawab seluruh permasalahan. 

Namun yang sebenarnya terjadi adalah hal tersebut termasuk dalam penempatan media yang tidak tepat guna. Poster memiliki fungsi tersendiri, leaflet memiliki fungsi tersendiri, banner memiliki fungsi tersendiri serta lembar balik/flipchart memiliki fungsi tersendiri.

Sebagai contoh membuat media promosi kesehatan dengan visi yang baik yaitu dengan memanfaatkan berbagai jenis media dalam program promosi kesehatan. Dalam hal ini penulis mencontohkan bagaimana media poster, lembar balik, dan leaflet dalam satu tema dapat digunakan secara bersamaan sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik. 

Jika pada sebuah faskes memiliki ruang tunggu hal tersebut cocok jika menempatkan beberapa poster sesuai tema dan angka kejadian penyakit yang ada di wilayah kerja faskes tersebut, kemudian untuk mendukung proses konseling bagi dokter, perawat, dan bidan untuk melakukan edukasi secara individu bisa menggunakan lembar balik, dan untuk memastikan agar informasi yang sudah didapatkan oleh pasien dapat diingat, maka memberikan merchandise untuk dibawa pulang berupa leaflet atau flyer dapat dilakukan, hal ini akan meningkatkan ingatan sehingga pasien mampu menyebarkan informasi yang sudah didapat sebelumnya kepada orang lain. Jika hal tersebut dapat terlaksana maka program promosi kesehatan pada faskes dapat optimal, dan penggunaan media promosi kesehatan tepat guna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun