Pada dasarnya, kontes burung kicau ini adalah sebagai media untuk mempromosikan burung-burung kicau juga sebagai tempat untuk menambah nilai jual burung. Semakin baik di lapangan, semakin baik pula harganya. Saat ditanya perihal burung-burung yang pernah dijual apakah pernah melewati nilai 10 juta, ia menjawab “Pernah, 10, 15 Juta tapi itu murah. Dulu pernah di Subang ada yang nawar 70 juta, cuma gak dijual, bapak pengen 150 waktu itu.”
Kisahnya adalah ketika ia berkontes di daerah Subang seperti biasanya, salah satu burungnya ada yang menawar senilai 70 juta rupiah, namun sayang sekali burung itu tidak dijual karena Aceng menginginkan harga yang lebih yaitu 150 juta. Setelah ditolak burung itu tak pernah dijual kepada siapapun karena burung itu tidak lama kemudian mati.
Jumlah piagam dan piala yang Aceng miliki lebih dari 100, di rumahnya terdapat dua lemari besar yang berukuran sedang dan besar yang dikhususkan untuk menyimpan seluruh piala dan piagam yang dimilikinya dan itu belum semuanya. Aceng mengatakan bahwa ia dahulu telah banyak masuk media massa karena prestasinya. Salah satu prestasi terbesarnya adalah juara 2 nasional di burung pleci.
Ketika ditanya soal apa yang menjadi cara rahasia untuk membuat burung-burung kicau itu juara ia menjawab. “Tergantung mood, kalau mood burungnya lagi gak bagus, gak akan juara. Harus dirawat juga kalau di lapang harus tau apa mau burungnya.” Lalu perihal pakan ia mengatakan bahwa itu tidak terlalu penting, yang penting pakannnya cukup.
Burung Kicau menjadi menarik karena suatu bisnis di dalamnya yang melibatkan investasi secara tidak langsung dengan sifat dan karakteristik cara jual beli burung-burung kicau tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H