Isu terhangat media massa hari ini yang saya baca lewat media online tanah air soal polemik pemberian gelar Profesor kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri, hari ini (Jumat, 11/6) oleh Universitas Pertahanan (Unhas).
Berita ini pun jadi popular setelah beberapa pengamat dan akademisi memberikan pernyataan yang menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat. Seperti yang disampaikan Pakar komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga serta Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nizam.
Nizam menyebut tidak ada gelar profesor kehormatan di perguruan tinggi yang ada doktor kehormatan. Sedangkan Jamiludin mengatakan pengukuhan gelar profesor Ibu dari Ketua DPR RI, Puan Maharani tersebut berisikan kepentingan politis. Â
Jamaludin memastikan untuk memperoleh jabatan akademik tertinggi di perguruan tinggi memerlukan proses panjang dan berliku. Pendidikannya juga harus lulusan S3 (doktor). Jadi tidak bisa ujug-ujug diberi gelar Profesor bila tidak melalui tahapan tersebut.
Beda halnya, bila Megawati juga pernah menempuh sidang promosi doktor seperti yang dilalui oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat yang sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Edhi Baskoro Yudhoyono atau akrab disapa Ibas itu.
Di mana, Ibas tampil sebagai mahasiswa yang berjuang mendapatkan gelar doctor lewat sidang promosi doctor kepakaran di bidang ekonomi secara live di hadapan pejabat penting serta para kader Partai Demokrat, Kamis (10/6) kemarin.
Bahan disertasi yang diberi judul "Strategi Pembiayaan dan Investasi untuk Pengembangan Pariwisata Terpadu yang Berkelanjutan dan Inklusif" tersebut Ibas tampil menyampaikan data dan pemodelan statistik di hadapan tim penguji selama lebih dari dua jam. Â
Ibas menyampaikan bahan-bahan tersebut disaksikan oleh para kader Partai Demokrat, Â beberapa pejabat publik dan tokoh bangsa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Ayahanda yang juga merupakan Presiden ke 6 Republik Indonesia, SBY.
Yang membuat saya salut, Ibas dinyatakan lulus dengan nilai akademik 4,0 dan lulus dengan predikat cumlaude. Dengan begitu, public sudah tak meragukan keunggulan Ibas dalam hal akademik. Terlebih bidang ekonomi. Maka hari itu semakin mempertegas, Partai Demokrat memang laik untuk disebut sebagai partai muda yang memiliki kekuatan dalam segala bidang.
Anehnya lagi, apa yang diperoleh lewat gelar yang didapati Megawati tidak ditayangkan secara langsung seperti Ibas memperoleh gelar akademik yang membuat kita terpukau tersebut.
Publik bisa menilai, atas pencapaian akademik yang diperoleh putra ke dua Presiden ke 6 Republik Indonesia itu tak diragukan lagi. "Tak ada dusta di antara kita".
Hal ini dimaksudkan agar publik percaya dan yakin bahwa jurnal yang dibuat benar hasil karya Ibu dari Puan Maharani tersebut. Jadi tidak hanya pemberian gelar, Megawati juga disebut sebagai guru besar tidak tetap di universitas tersebut. Sehingga tidak menimbulkan polemik atas ujug-ujug gelar Profesor disematkan begitu mendadak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H