Mohon tunggu...
Rendi Septian
Rendi Septian Mohon Tunggu... Guru - Founder Bimbel The Simbi

Seorang pengajar yang ingin berbagi ilmu, kisah dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kedewasaan dalam Menerima Perbedaan Penetapan Awal Bulan Hijriah

11 Juli 2022   13:41 Diperbarui: 11 Juli 2022   13:45 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun dewasa ini, mustahil melihat hilal dengan kriteria tertentu, 3.6 derajat dengan kriteria mabims terbaru. Mata kita dapat melihat bulan sabit langsung ketika sudah memasuki hari ke dua atau ke tiga. Karena ketinggianya sudah dapat dijangkau oleh mata kita.

Oleh Karena itulah, untuk menyatukan perbedaan, Kementrian Agama melakukan sidang isbat pada tanggal 29 di akhir bulan Sya'ban untuk menetukan awal Ramadhan, akhir bulan Ramadhan untuk menentukan awal Syawwal dan Dzulqoidah untuk menentukan awal Dzulhijjah.  

Karena seperti yang kita ketahui, beberapa ormas Islam kadang memiliki cara penentuan hilal. Seperti Muhammadiyah yang sudah sangat yakin dengan hisabnya. Pun dengan ormas Islam lainnya.

Jika setiap ormas Islam dibiarkan menentukan sendiri, niscaya persatuan umat akan terpecah. Warga Nahdatul Ulama mengikuti fatwa NU, Warga Persatuan Islam mengikuti istinbath dewan hisbah, juga warga Muhammadiyah tunduk pada keputusan dewan tarjih. Untuk itu, maka pemerintah memfasilitasi dengan sidang isbat agar dilihat, disaksikan dan diterima oleh semua kalangan.

Kompasianers, apa hikmah yang dapat diambil dari perbedaan ini? Hikmahnya adalah umat Islam dapat bersatu meskipun memiliki cara, metode dan keyakinan yang berbeda. 

Meskipun persatuan ini masih dalam bentuk usaha karena umat Islam saat ini masih belum memiliki otoritas pusat dunia yang dapat mewadahi semua golongan mahzab dan ormas Islam di seluruh dunia.

Apakah kita mesti dibingungkan dengan kajadian ini? Tidak juga. Karena perbedaan yang ada pun tidak besar. Hanya selisih satu hari. Terkadang pemerintah yang terlebih dahulu, ormas Islam lain yang belakangan. 

Pun sebaliknya ormas Islam dulu lalu pemerintah belakangan. Karena tidak ada aturan baku dalam penentuan ini sehingga dikembalikan lagi kepada keyakinan masing-masing. 

Namun, alangkah lebih bijak jika mengikuti pihak yang berwenang, dalam hal ini BMKG dan Kemenag melalui pemerintah pusat. Sehingga diharapkan satu negara dengan satu kaidah.

Bukankah spirit kebersamaan itu lah yang menjadi syiar Umat Islam dalam perayaan besar dua hari raya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun