Mohon tunggu...
Yayat Suratmo
Yayat Suratmo Mohon Tunggu... -

im just nothing

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ini Dia Cara Jegal Ahok..

26 April 2016   11:42 Diperbarui: 26 April 2016   11:51 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum bertarung melawan Ahok di Pilkada 2017, para lawan Ahok harus menyadari beberapa hal ini. Pertama, secara popularitas, sosok Ahok nyaris tiada banding. Ini membuat elektabilitas Ahok cukup tinggi. Kedua, sebagian besar masyarakat Jakarta justru cenderung menyukai gaya kepemimpinan Ahok yang keras dan tanpa tedeng aling-aling.

Ketiga, masyarakat pemilih Jakarta bukan masyarakat homogen, tetapi heterogen. Seluruh suku, agama, ras, berkumpul di wilayah ini. Keempat, Ahok adalah calon petahana yang otomatis punya lebih banyak kesempatan mencuri perhatian masyarakat melalui program-program yang telah, maupun yang akan dilakukan untuk Jakarta.

Empat hal tersebut adalah Fakta yang tidak boleh tidak diterima oleh calon lawan Ahok. Bahkan harus. Hindari sikap jumawa atau besar kepala bahwa Ahok mudah dikalahkan. Plis, jangan tiru sikap Sok Jago Ahmad Dhani yang akhirnya terbukti cuma masuk keranjang sampah.

Juga hindari menyerang frontal atau membully menggunakan isu SARA. Misal, menyebut Ahok Kafir, Cina, dll. Ingat, masyarakat Indonesia  (baca: Jakarta) adalah  masyarakat yg mudah memberikan simpati kepada siapapun, baik tokoh, artis, pejabat, yang teraniaya. Apalagi kalau orang yang dibully itu ternyata punya kontribusi sesuatu. Sederhananya, jika ia bukan kriminal, jangan dibully seperti seorang kriminal. Yang ada, justru namanya semakin besar dan berkibar. Menghina Ahok sama saja membesarkan namanya. Percayalah.

Saat ini lawan ahok atau pihak yang anti Ahok, nyatanya cenderung hanya bermodal menghina, mengkritik, menyerang. Yang menyedihkan, bahkan ada pihak cuma bermodal teriak doang. Mereka pikir dengan takbir keras-keras, bawa-bawa agama dan Tuhan, Ahok bisa dikalahkan. Ingat, Khalid Bin Walid atau Muhammad Al Fatih menguasai konstatinopel pun menggunakan OTAK dan STRATEGI. Bukan cuma modal semangat dan pedang!

Jujur, saya muslim dan kalau boleh saya memilih, saya lebih memilih pemimpin muslim. Tapi di sisi lain, saya juga gemasdengan pihak-pihak yang kerap bawa embel-embel agama namun tanpa strategi. Dipikirnya, semua masyarakat muslim Jakarta punya pemahaman agama yang sama dalamnya dengan mereka.

Sekalinya pakai strategi, strategi kering dan tolol. Misalnya, salah satu calon lawan melakukan aksi sosial memungut sampah. Humanis sih keliatannya. Tapi kenapa harus dilakukan di Bundaran HI? Emang disana ada sampah? Kenapa tidak dilakukan di kali Manggarai? Saya membayangkan si calon turun ke kali, berkotor-kotor menyisingkan lengan baju, angkat celana, lalu disyut wartawan, dipoto jeprat-jepret. Keren.

Kenapa bukan itu yang dilakukan. Apa karena si calon lawan ini terlalu klimis untuk turun ke kali? Atau timsesnya yang kepinteran? Jika lokasi bunderan HI dipandang sebagai episentrum yang cocok untuk promosi diri, pertanyaannya, mau promosi kepada siapa? Ke orang-orang bermobil yg lalu lalang? Percayalah, mereka sudah memilih Ahok sebelum dia mungut sampah.

Lantas, bagaimana cara menjegal Ahok? Jelas memerlukan strategi. Strategi  yang cerdas dan brilian.

Pertama, lakukan profiling terhadap Ahok secara detail. Mulai dari masa kecil, remaja, hingga masa-masa awal di terjun ke politik. Siapa saja kawan dan musuh politiknya. Siapa orang-orang yang mempengaruhi kehidupannya. Apa saja karya-karyanya. Hingga apa makanan kesukaan dan hobinya.  Ini mungkin mirip-mirp kerja intelejen. Tapi tetap sah dilakukan sepanjang tidak melanggar aturan. Anggap saja seperti sedang membuat buku biografi Ahok.

Selanjutnya, kumpulkan seluruh pernyataannya di media baik saat masih menjadi pejabat di Bangka Belitung, politisi di senayan, hingga menjadi gubernur seperti sekarang. Ingat, seluruh pernyataannya, baik yang jelek maupun bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun