Kelompok Teater Dardanella sempat tersohor di era 40-an. Teater pimpinan Pedro (Willy Klimanoff), pria berkebangsaan Inggris keturunan Rusia itu bukan hanya manggung di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Dari Asia hingga Eropa.
Dardanella mencapai puncak keemasan ketika diperkuat dua seniman serba bisa Tan Tjeng Bok dan Devi Dja. Pada masa itu, mereka merupakan roh pertunjukan Dardanella. Tan Tjeng Bok mendapat julukan “Douglas Fairbanks Van Java” sementara Devi Dja dijuluki “Bintang dari Timur” (Star From the east).
Saat ini agak sulit mencari biografi Devi Dja secara lengkap, kecuali mungkin di buku otobiografi “Gelombang hidupku, Devi Dja dari Dardanella” karya (Alm) Ramadhan KH yang dicetak tahun 1982 oleh penerbit Sinar Harapan. Sayangnya, buku itu pun sudah tergolong langka.
Karena minimnya literature, Matthew Cohen PhD, staf pengajar di University of London dalam sebuah diskusi kesenian Bali-Jawa di Amerika ‘Dewi Dja Goes to Hollywood’ Tahun 2009, tertarik untuk mendokumentasikan kembali kehidupan Devi Dja bersama kelompoknya
di Amerika Serikat dalam sebuah buku yang sedang disusunnya berjudul ”Performing Java and Bali on International Stages: Routes from the Indies, 1905-1952”.
Siapa Devi Dja?
Menurut Ramadhan KH dalam bukunya, Devi Dja atau “Bintang Dari Timur” lahir pada 1 Agustus 1914 di Sentul, Yogyakarta, dengan nama kecil Misria dan kemudian menjadi Soetidjah. Dia bukan dari golongan ningrat, melainkan tipikal keluarga Jawa yang miskin di awal abad ke-20.
Dia sering menguntit kakek dan neneknya, Pak Satiran dan Bu Sriatun, ngamen berkeliling kampung memetik siter. Devi Dja memang memiliki minat seni sejak kecil. Saat mereka sedang ngamen di daerah Banyuwangi, dimana kebetulan grup sandiwara Dardanella pimpinan Pedro yang sudah terkenal, juga main di Banyuwangi.
Pedro mengaku tertarik dengan Soetidjah dan langsung melamarnya. “Ternyata Pedro melihat pertunjukan kami. Katanya ia tertarik pada saya ketika saya menyanyikan lagu Kopi Soesoe yang ketika itu memang sedang populer,” tutur Devi Dja ketika berkunjung ke Jakarta menjenguk Tan Tjeng Bok yang sedang terbaring sakit tahun 80-an, Seperti ditulis Ramadhan KH.
Meski keluarganya keberatan, akhirnya Devi Dja mau menerima pinangan Pedro dan bergabung sebagai pemain Dardanella. Soetidjah tak penah mengenyam pendidikan sebelumnya, dia baru belajar baca dan menulis latin ketika bergabung di Dardanella pada usia 14 tahun.
Awal bergabung, Devi Dja hanya dapat peran-peran kecil dan lebih sering menjadi penari yang tampil dalam pergantian babak. Bintang Devi Dja mulai bersinar ketika pemeran utama wanita Dardanella, Miss. Riboet jatuh sakit. Devi Dja pun didaulat memerankan tokoh Soekaesih—peran yang selama ini dipegang Miss. Riboet—dalam lakon “Dokter Syamsi”. Meski usianya baru 16 tahun, akting Devi Dja cukup memukau. Dan lakon “Dokter Syamsi” adalah pintu Devi Dja menuju kesuksesan selanjutnya.
Keliling Dunia, Nginap di Rumah Mahatma Gandhi lalu Berlabuhdi Amerika