Mohon tunggu...
ALBERTUS ANTERO ARNAYUSRANDITA
ALBERTUS ANTERO ARNAYUSRANDITA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Program Studi Teknologi Sains Data Universitas Airlangga

Still learn about Data, Technology, Business, Design, and Social Life

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia: Kekayaan dan Kemajuan yang Terhalang Pola Pikir SDM Rendah

23 Juni 2022   08:00 Diperbarui: 23 Juni 2022   08:39 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Kebijakan pemerintah selama ini cukup untuk mendorong SDM unggul melalui perantaraan bidang akademik. Namun, hal tersebut sepertinya hanya dirasakan bagi mereka yang  saat ini masih mampu untuk terus bersekolah hingga pendidikan tinggi. Kebanyakan mereka adalah seseorang yang mampu secara ekonomi dan akademis, mampu secara ekonomi ataupun mampu secara akademis. Namun, bagi mereka yang tidak mampu baik secara ekonomi maupun akademis, tidak dapat merasakan hal yang sama. Padahal jelas, akademis seseorang mampu mempengaruhi pola pikir orang tersebut. Sebaiknya, pemerintah merumuskan kebijakan baru lagi terkait pendampingan dan pembimbingan bagi mereka yang kurang atau bahkan tidak mampu baik secara akademis dan ekonomi. Jika dirasa kebijakan tersebut kurang efisien (karena pesertanya yang cenderung malas), paling tidak mampu mengubah pola pikir mereka agar tidak berperilaku anarkis melainkan berperilaku secara rasional, kritis, dan tentunya produktif untuk membawa Indonesia mencapai tahun keemasan-nya.

            Selain memperbaiki pola-pikir generasi mendatang, pemerintah hendaknya juga memperbaiki pola pikir anggota pemerintahannya sendiri yang meliputi pemerintah, kementrian hingga staff  aparatur sipil negara yang bekerja di bawah sector pemerintahan. Terkadang pola pikir masyarakat juga timbul karena cerminan dari pimpinan-pimpinan mereka. Pola pikir masyarakat Indonesia yang cenderung santuy dan mengutamakan kesenangan diri mereka sendiri dibandingkan kontribusi terhadap negara, sebaiknya dikurangkan dan dirubah menjadi pola pikir yang kontributif, produktif, dan kritis agar nantinya target Indonesia Emas 2030 benar-benar tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun