Setiap sore di hari Kamis, mereka berdiri di depan pagar Istana. Berpakaian hitam di bawah naungan payung yang juga hitam. Banner, poster, beserta foto-foto korban turut melengkapi mereka. Menghabiskan waktu untuk mengheningkan cipta, berupaya menarik perhatian pemerintah dan lembaga agar mengindahkan permintaan yang sebetulnya adalah janji negara.
Sejak pertama kali dilakukan pada 18 Januari 2007, tahun 2025 ini menjadi tahun ke-18 Aksi Kamisan tetap dilangsungkan.
"Datang lagi ya... hari ini tg. 9/1/25 @aksikamisan pertama di tahun 2025," tulis Ibu Maria Catarina Sumarsih di kolom komentar pada salah satu postingan partisipan aksi.
Ibu Maria Catarina Sumarsih itu sendiri ialah seorang aktivis HAM yang merupakan ibunda dari Wawan --- mahasiswa Universitas Atma Jaya korban tewas Tragedi Semanggi I. Sampai saat ini, semangatnya masih sangat menggebu dalam menghadiri Aksi Kamisan demi menuntut keadilan atas pelanggaran HAM yang menimpa anaknya.
Selain Ibu Sumarsih, inisiator Aksi Kamisan lainnya meliputi Ibu Suciwati dan Bapak Bedjo Untung. Mereka adalah istri dari mendiang Munir (pegiat HAM) dan pimpinan Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965. Mereka bertiga tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) yang menjadi pegiat rutin Aksi Kamisan di depan Istana Negara, Jakarta.
Sudah hampir memasuki tahun ke-18, namun sesungguhnya Aksi Kamisan ini belum bertemu capaian tujuannya. Pemerintah dan lembaga masih belum memberikan apa yang diminta, belum memenuhi apa yang diinginkan, belum mengobati apa yang menjadi kegelisahan.
Awal dan tujuan utamanya, kesediaan keluarga korban yang hadir pada Aksi Kamisan adalah manifestasi desakan terhadap pemerintah dan lembaga terkait penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu yang tidak kunjung tuntas diusut hingga saat ini. Mereka hanya menginginkan keadilan, seperti apa yang selalu dijanjikan orang-orang tinggi itu pada tiap kesempatan.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, bersamaan dengan timbulnya kasus-kasus sama dan serupa yang turut mewarnai Nusantara, konsistensi pantang menyerah yang dicerminkan Aksi Kamisan sanggup menggugah simpati dan empati lebih banyak masyarakat, menjadikan Aksi Kamisan kini kedatangan partisipan dari beragam lapisan --- bahkan orang yang tidak memiliki keterlibatan status apapun dengan kasus yang menjadi alasan. Isu-isu yang diangkat oleh Aksi Kamisan juga ikut melebar, tidak terbatas pada Hak Asasi Manusia saja melainkan lebih dari itu.
Mengutip dari Kompas.com (19/1/24), Ibu Sumarsih memaparkan alasan yang mengharukan di balik kegigihannya dalam memperjuangkan keadilan lewat Aksi Kamisan ini.